www.INDONESIATRAVEL.NEWS, HALONG BAY – VIETNAM – Delegasi Indonesia yang dipimpin Menpar Arief Yahya cukup terkesan dengan  Opening Ceremony ATF 2019, semalam, 16 Januari 2019. Terutama saat performance tari dan lagu di main stage, saat jamuan makan malam. Baik Singapore maupun Malaysia, menggunakan lagu bernuansa Indonesia.

Malaysia memainkan lagi Gelang Sipaku Gelang. Singapore mendendangkan lirik dan lagu Lenggang Kangkung. Sedang Indonesia, diwakili dengan lagi Tanah Air yang membuat delegasi Merah Putih ikut merinding.

“Bagi saya ini baik-baik saja, surprise, seni budaya Indonesia dijadikan lagu untuk mempromosikan Malaysia dan Singapore. Inilah bukti universalitas pariwisata, borderless pariwisata, dan inilah spirit yang sedang dibangun bersama-sama sejak 3 tahun silam, ASEAN sebagai satu destinasi,” kata Menpar Arief Yahya di Ha Long City, Quang Ninh Province, Vietnam.

Tema besar ATF 2019 ini adalah The Power of One, memperkuat regional ASEAN sebagai tourism destination yang bisa bersaing dengan kawasan lain di dunia, seperti Uni Eropa. ATF 2019 kali ini dilangsungkan di Vietnam, Negara dengan pertumbuhan Pariwisata yang spektakuler juga.

Vietnam National Administration of Tourism (VNAT) sekaligus mempopulerkan UNESCO World Heritage, Halong Bay. Teluk yang berada di Tonkin dekat perbatasan Tiongkok, atau sekitar ‪170 km dari Hanoi‬. Sejak tahun 1994, Teluk Halong ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO.

Begitu mendarat di Hanoi, Menpar Arief Yahya disambut oleh Dubes RI untuk Vietnam Ibnu Hadi, dan mempelajari bagaimana Vietnam bergerak cepat di sector Pariwisata. “Ini nyambung dengan pesan acara pelantikan pejabat di Kemenpar, Selasa 15 Januari 2019. Yang kita butuhkan sekarang adalah speed, kecepatan! Yang cepat mengalahkan yang lambat, bukan yang besar mengalahkan yang kecil,” kata Arief Yahya.

Tahun 2018, jumlah wisman ke Vietnam menembus 15,6 juta atau naik 2,7 juta dari tahun sebelumnya. Kenaikannya 21%. Karena itu, Menpar Arief Yahya meminta untuk benchmark, jika Malaysia adalah “musuh emosional”, Thailand adalah “rival professional”, maka Vietnam ini benchmark untuk speed atau kecepatan.

“Saya masih berasumsi, bahwa hasil yang luar biasa pasti dicapai dengan cara yang tidak biasa. Dan cara yang tidak biasa itu ada dua hal, pertama Deregulasi! Kedua, dengan teknologi, terutama digital. Hanya dua cara itu yang membuat Pariwisata bisa melompat lebih tinggi, berlari lebih cepat,” jelas Arief Yahya, Menpar yang ahli marketing dan sekaligus jagoan digital technology ini.

Tahun ini, ATF 2019 menjadi menarik karena berada di Negara yang pertumbuhan pariwisatanya sangat cepat. Sambil berconference, sambil belajar strategi apa yang telah, sedang dan akan dilakukan oleh Vietnam ini.
Tahun lalu, ATF 2018 yang ke-37 dilangsungkan di Chiang Mai, Thailand juga penuh sejarah, karena Menpar Arief Yahya menemui Deputi CNTA, semacam Menteri Pariwisatanya China saat itu, untuk melobi agar tetap datang ke Bali, setelah selama 3 bulan wisman Tiongkok turun drastis karena erupsi Gunung Agung.  

Tahun 2017, ATF ke-36 dilangsungkan di Singapore dan menjadi tonggak bersejarah ulang tahun ke-50 ASEAN. Karena itu di sector Pariwisata bergerak bersama dengan brand Golden Celebration Visit ASEAN@50. Program itu juga sudah diluncurkan bersama di ATF 2016 Manila Filipina dan dilaunching di ITB Berlin 2017 oleh Menpar Arief Yahya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here