BATAM – Ekplorasi besar terus dilakukan peserta Photo Fiesta 2019. Warna kental dari budaya Melayu diburu melalui destinasi Tanjung Uma, Batam. Selain tarian, Tanjung Uma menawarkan kekuatan sastra hingga fenomena Orang Sampan.

Alarm lomba dibunyikan Photo Fiesta 2019, 23-24 Maret. Materi lombanya ada di Tanjung Uma, Lubuk Baja, Batam, Kepulauan Riau. Sebanyak 109 peserta dari 10 negara pun langsung bergerak demi konten terbaik. Sebab, Tanjung Uma punya background sejarah budaya Melayu luar biasa. General Manager Batam View Beach Resort Anddy Fong mengatakan, Tanjung Uma banyak memberikan kejutan.

“Karakteristik destinasi Tanjung Uma ini sangat khas. Budaya Melayunya masih sangat kuat. Wajar bila destinasi ini dipilih sebagai konten utama lomba. Peserta sebelumnya sudah melakukan pemanasan di Kampung Terih. Secara background budaya keduanya sama,” kata Anddy, Sabtu (23/3).

Berada di Tanjung Uma mulai 15.00 WIB, Sabtu (23/3), peserta disambut dengan Kompang. Ada juga Tari Persembahan. Pergerakan peserta dari titik penjemputan hingga pusat Kampung Tanjung Uma bahkan diiringi Kompang. Keramaian yang ditimbulkan pun menarik perhatian warga hingga mereka banyak yang berjejer di tepi jalan. Keseluruhan moment ini langsung dibidik peserta melalui mata kameranya.

“Tanjung Uma ini memiliki sisi sejarah luar biasa. Nafasnya memang Melayu. Ada banyak seni budaya yang masih terpelihara dengan baik di sini. Peserta Photo Fiesta 2019 bisa mengekplorasinya. Nuansanya makin lengkap dengan kekuatan bahari kampung ini,” jelas Dewan Kehormatan Lembaga Adat Melayu Batam Mahmur Ismail.

Secara histori, Tanjung Uma tumbuh bersamaan perkembangan Kerajaan Riau-Lingga. Sebab, saat itu wilayah Batam berada di bawah pemerintahan mereka. Berkembang pesat, wilayah ini pun memiliki 37 Kampung Tua termasuk Tanjung Uma. Dengan budaya kental Melayu, Tanjung Uma juga punya aneka seni dan budaya.

Untuk seni Melayu bisa dilihat dari tariannya. Ada Tari Persembahan Sekapur Sirih, Serampang 12, Mainang Pulau Kampai, dan Zapin. Tari Zapin bahkan dijumpai di luar Kepulauan Riau dengan warna kuat Melayu. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizky Handayani mengungkapkan, warna budaya Melayu milik Tanjung Uma memberi inspirasi bagi peserta Photo Fiesta 2019.

“Ada nilai yang bisa diambil bila berkunjung ke Tanjung Uma. Wilayah ini menjadi sebuah konservasi budaya yang luar biasa. Seni budaya Melayu memang masih dilestarikan di sini. Hal ini tentu menjadi daya tarik bagi para pengunjung,” ungkap Rizki.

Menjadi rumpun Melayu kuat, Tanjung Uma masih melestarikan beragam karya sastra. Sampai saat ini, budaya berbalas pantung masih dilakukan. Ada juga syair yang berisi beragam nasehat mulia. Semua warna ini selalu ditampilkan dalam acara pernikahan warga Tanjung Uma. “Budaya Melayu ini terkenal dengan pantun dan syair. Kerajaan Riau-Lingga bahkan punya Gurindam 12 yang terkenal,” kata Kiki.

Lebih lanjut, Tanjung Uma sebenarnya punya daya tarik lain yang luar biasa. Wilayah ini memiliki Orang Sampan atau Suku Laut. Keberadaan mereka dipercaya sudah ada sejak sebelum Tanjung Uma muncul. Orang Sampan ini menghabiskan seluruh aktivitasnya di atas air. Kehidupan mereka sederhana dengan aktivitas menombak ikan untuk makan pada malam hari.

“Peserta Photo Fiesta harus datang ke Tanjung Uma atau Batam lain waktu. Sebab, wilayah ini terkenal dengan Orang Sampan-nya. Sudah pasti ini sangat eksotis bila direkam melalui kamera. Wisatawan juga bisa menggali sisi lain dari budaya Orang Sampan ini,” terang Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.

Saat ini, jumlah populasi Orang Sampan sekitar 500-600 orang. Mereka selalu hidup berpindah. Zonasi dari pergerakannya mulai Tanjung Uma, Pulau Galang, Pulau Nguan, dan Lingga. Keunikannya, perahu mereka memakai atas yang disebut kajang. Kajang tersebut dibuat dari daun pandan laut yang dijemur dan dianyam.

Dan, warna budaya Orang Sampan semakin menarik. Setiap keluarga Orang Sampan akan membuatkan perahu bagi anaknya. Perahu ini selalu dikaitkan dengan perahu rumah utama mereka. Orang Sampan ini juga identik dengan peliharaan berupa burung Kakak Tua. Bagaimana bila Orang Sampan ini sakit? Mereka memiliki ritual khusus penyembuhan, selalu memiliki ramuan khusus dari akar-akaran.

“Orang Sampan ini luar biasa. Seluruh aspek Orang Sampan ini sangat bagus. Pasti menjadi experience terbaik bila bisa langsung berinteraksi dengan mereka. Posisi Orang Sampan ini semakin menguatkan posisi Batam sebagai destinasi wisata favorit,” tegas Kabid Pengembangan Pemasaran Area II Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Trindiana M Tikupasang.

Menawarkan berbagai atraksi, Batam menjadi spot menarik. Rapor ini bisa dilihat sejak awal tahun 2019. Sepanjang Januari 2019, arus kunjungan wisman mencapai 131.490 orang. Angka ini naik 47,75% atau 15.939 orang wisman dari periode sama di tahun sebelumnya. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun merekomendasikan Batam dan Kepulauan Riau sebagai destinasi liburan terbaik.

“Batam dan Kepulauan Riau adalah destinasi wisata luar biasa. Paket wisatawanya sangat lengkap. Ada warna alam dan budaya hingga fenomena Orang Sampan. Silahkan datang langsung menuju Batam dan Kepulauan Riau. Nikmati beragam atraksi yang ditawarkan. Destinasi ini juga didukung aksesibilitas dan amenitas yang sangat bagus,” tutup Menpar. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here