BANJARNEGARA – Selain menampilkan keeksotisan, Dieng Culture Festival 2019 juga menjadi ajang akulturasi budaya. Cerita rakyat Bali dipadukan dengan kesenian khas Dieng. Hasilnya adalah Tari Badong. Tarian akulturasi budaya ini disajikan dalam Pagelaran Kesenian Tradisional, Sabtu (3/8).

Pagelaran Kesenian Tradisional ditampilkan di Lapangan Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Selain Tari Badong, kesenian tradisional lain yang ditampilkan adalah Angklung Anglista, Tari Nyai Pohaci, Tari Bentang Panggung, Bangkit Wahyu Samudro, Tari Arimbi Atmaja, Kubro Siswo, dan penutupnya Ketoprak Laras Budaya.

Tari Badong dibawakan Sanggar Sari Mangli Tresno Budoyo. Asalnya dari Campur, Pejawaran, Banjarnegara. Tari Badong menampilkan 21 seniman lokal. Rizki menambahkan, Dieng dan sekitarnya sangat kaya seni budaya.

“Dieng Culture Festival ini panggung besar. Beragam kekayaan seni dan budaya dari tradisional hingga kontemporer ditampilkan semuanya. Semuanya menunjukan betapa kreatifnya masyarakat di sana. Sebab, beragam kekayaan nusantara diadopsi dan dikembangkan baik di sini,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani, Sabtu (3/8).

Tari Badong mengambil basic cerita rakyat Bali. Tema yang dipilihnya adalah Calon Arang. Aksi penampilannya terbagi jadi beberapa sesi. Karakter Calon Arang dimunculkan dalam rupa Leak. Dikolaborasikan dengan warna lokal Dieng, ditampilkan juga parade Kuda Lumping. Kuda Lumping ini jadi gambaran prajurit Jawa yang membantu Mpu Barada melawan Calon Arang.

“Pagelaran Kesenian Tradisional sangat menarik. Uniknya, mereka menampilkan beragam konten seni budaya nusantara dengan kemasan khas Dieng dan sekitarnya. Kreativitas ini tentu menambah warna Dieng sebagai destinasi wisata. Wisatawan mendapat banyak nilai plus dari kolaborasi tersebut,” terang Ketua Tim Pelaksana CoE Kemenpar Esthy Reko Astuty.

Selain mengembangkan ciri khas lokal, Sanggar Sari Mangli Tresno Budoyo banyak mengadopsi aneka tari nusantara. Secara basic, mereka cenderung bergaya Banyumasan. Artinya, kesenian khas Banyumas seperti Lengger juga ikut dikembangkannya. Namun, cita rasanya tetaplah Dieng. Produktif berkarya, mereka juga memiliki sendratari berupa Brawijaya Paras.

“Jika ingin menikmati cita rasa seni budaya nusantara, silahkan datang ke Dieng. Kemasannya selalu menarik. Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati beragam destinasi alam yang eksotis. Kombinasi ini tentu akan menjadi experience terbaik dari Dieng,” jelas Esthy lagi.

Mendukung cerita, Tari Badong ditopang kostum menarik. Kostumnya tetap mengadopsi gaya Bali yang digabungkan dengan warna khas Jawa. Tampilannya semakin menarik perhatian dengan style rambut kribo panjang dan acak-acakan. Tari Badong juga ditampilkan di Festival Sindoro Sumbing 2019 pada 9 Juni hingga 27 Juli kemarin. Tema yang diangkat Ampak-Ampak Sindoro Sumbing.

“Kami mengembangkan banyak tarian nusantara. Tarian dari berbagai daerah diramu dan dikolaborasi dengan beragam warna Jawa. Sejauh ini respon penonton bagus. Mereka selalu memadati venue kalau kami tampil. Kami memang banyak tampil diberbagai event besar,” papar Pembina Sanggar Sari Mangli Tresno Budoyo Heri Susanto.

Selain Tari Badong, ditampilkan juga ‘sekuel’ Tari Kubro Siswo. Tarian tersebut terbagi dalam 4 sesi. Selain Kubro, ada Topeng Ireng, Warok, dan Buto. Dikembangkan oleh Padepokan Tirto Suro, Kejajar, Wonosobo, Tari Kubro Siswo melibatkan 30 penari. Tarian tersebut pun rutin ditampilkan dalam Dieng Culture Festival setiap tahunnya.

“Ada banyak value positif yang didapatkan oleh wisatawan bila berkunjung ke Dieng Culture Festival. Ada banyak warna budaya yang ditampilkan dan menjadi representasi kekayaan nusantara. Silahkan menikmati warna eksois budaya di festival ini. Enjoy Dieng,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya.(****)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here