KALTENG – Pengembangan destinasi wisata di Kalimantan Tengah tertuang dalam beberapa draf peraturan. Salah satunya PP No.50/2011 tentang Rencana Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025. Wacana pembangunan sarana pariwisata pun mengemuka.

Sejalan dengan upaya pengembangan produk ekowisata berbasis sungai, ada 11 sungai besar di Kalimantan Tengah yang berpotensi untuk digarap. Panjang sungai tersebut lebih kurang 4.675 km. Yaitu Sungai Barito, Kapuas, Kahayan, Mentaya, Katingan, dan Kumai. Kemudian Sungai Seruyan, Arut, Sebangau, Jelai, dan Lamandau.

Kepala Bidang Sosial, Budaya dan Pemerintahan Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda Litbang) Kalimantan Tengah Tukas menyebut, beberapa sarana penunjang pariwisata sudah diusulkan. Antara lain pendopo di tepian sungai, guest house, jembatan titian dan dermaga tambat, serta perahu/ kapal wisata. “Kami siap ikut meningkatkan pembangunan untuk kebaikan sungai-sungai di Kalimantan Tengah,”ujar Tukas.

Pada Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan Produk Ekowisata Berbasis Sungai, mencuat sejumlah tempat Ekowisata. Dalam kegiatan yang berlangsung di Swiss Belhotel Palangkaraya, Jumat (10/5), disebutkan beberapa tempat yang layak dikunjungi.

Di sini ada kawasan yang disebut Tanjung Harapan Tanggui. Wisatawan dapat melakukan aktivitas memberi makan orangutan. Tersedia juga jalur trekking, information centre, menara pengintai satwa, penangkaran penyu sisik, dan lain-lain. Pelancong juga bisa ikut melakukan pelepasan tukik.

Sebelumnya, salah satu pemateri Ary Suhandi menyatakan, sungai dengan budaya dan kehidupan masyarakat di sekitarnya, adalah aset pariwisata. Dan merupakan daya tarik bagi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Beberapa contoh yaitu Pasar Terapung (Floating Market). Ini merupakan bagian dari sejarah wisata sungai sebagai salah satu daya tarik wisata bagi wisatawan asing maupun domestik. Tahun 2013, Kemenpar pernah memberikan perhatian untuk pengembangan wisata susur sungai di Banjarmasin, khususnya untuk sungai Martapura dan sungai Barito, serta anak-anak sungai lainnya.

Untuk menunjang ekowisata, berbagai aktivitas dapat dilalukan sesuai dengan karakteristik sungainya. Dalam hal ini ada dua kategori, yaitu wisata petualangan/ adventure. Meliputi Boating up, Rafting, Bamboo Rafting, Tubing, dan Body Rafting. Kemudian kategori natural-cultural & wildlife meliputi River Cruise, Wildlife Cruise, dan Cultural Festival.

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adyani mengatakan, ada beberapa langkah awal yang harus dilakukan untuk mengembangkan ekowisata di wilayah sungai di Kalimantan Tengah. Antara lain memberikan edukasi dan pemahaman pada masyarakat bahwa sungai memiliki fungsi yang lebih luas.

“Sungai tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tambang dan pembuangan sampah. Tetapi dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi kehidupan jangka panjang,” ujarnya.

Asdep Bidang Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alexander Reyaan mengaku akan menggali terus potensi-potensi yang ada di sejumlah sungai di Kalimantan Tengah. Menurutnya, pengoptimalan potensi tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat umum.

“Kegiatan ekowisata umumnya dilakukan di kawasan konservasi seperti Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya, Taman Buru dan Area Sungai. Namun ekowisata juga tetap dapat dilakukan di areal non-konservasi selama kegiatannya masih tetap mengacu 3 pilar utama yaitu Ekologi, Ekonomi, dan Sosial budaya,” bebernya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, tujuan FGD kali ini adalah untuk memperkenalkan serta mengangkat pengembangan produk ekowisata berbasis sungai di Kalimantan Tengah dan sekitarnya. Lalu brainstorming guna penyelarasan pengembangan produk ekowisata berbasis sungai dengan stakeholders terkait, memperoleh dukungan dari para stakeholders serta pemangku kawasan, sekaligus menyusun pola perjalanan produk ekowisata sungai.

“Dengan adanya acara ini, diharapkan dapat lebih memperkenalkan konsep produk ekowisata berbasis sungai kepada stakeholders ekowisata. Selain itu, diharapkan para pemangku kawasan lebih serius untuk bersinergi dalam pengembangan ekowisata yang memiliki konsep saling terkait dan menguatkan. Sehingga, konsep tersebut dapat memajukan pariwisata nasional dan berkontribusi nyata terhadap devisa negara,” tandasnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here