BANYUWANGI – Salah satu destinasi wisata yang dikunjungi pada program famtrip “Perjalanan Wisata Pengenalan Destinasi Prioritas Pasar Domestik/Nusantara” adalah Taman Nasional Baluran. Meski secara administrasi berada di Kabupaten Situbondo, namun taman nasional seluas 25 ribu hektar itu lebih mudah dijangkau melalui Kabupaten Banyuwangi oleh karena letaknya yang berada di perbatasan. Famtrip ini diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bekerjasama dengan Garuda Indonesia. Dengan hastag #TerbangAman dan #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf dan Garuda Indonesia mendorong penerapan protokol kesehatan secara disiplin agar perjalanan wisata berlangsung aman, nyaman dan bebas dari paparan COVID-19.

 

Mengunjungi Taman Nasional Baluran kita akan disajikan oleh kawanan hewan liar seperti kerbau, kijang, rusa, banteng, burung merak, kera dan sejumlah hewan lainnya. Mereka berkerumun dan kita bisa melihat lebih dekat pola hidup mereka di alam liar. Ada tiga savana tempat mereka berkerumun berdasarkan kawanannya. Kita bisa menjangkau savana tempat mereka memanjakan diri sekitar sembilan kilometer dari pintu masuk.

Di sinilah Savana Bekol. Savana Bekol menjadi terkenal lantaran pernah dipakai syuting video klip oleh penyanyi Raisha. Gunung Baluran yang menjulang tinggi menjadi latar foto Instagrammable yang cukup apik. Tak hanya hewan liar, Taman Nasional Baluran juga terkenal dengan pantainya. Ya, di bagian ujung ada Pantai Bama. Kita bisa berenang, bermain kano, snorkling dan menangkap ikan di sini. Masih di sekitar Pantai Bama, kita bisa jalan-jalan mengelilingi Hutan Mangrove sambil menikmati hangatnya mentari pagi.

Koordinator Pemasaran Area 2 Regional 1 Kemenparekraf/Baparekraf, Nailis Sa’adah menuturkan, event ini diselenggarakan dalam rangka edukasi dua pihak, yakni pelaku wisata dan masyarakat ketika mereka berada di destinasi wisata. “Goals famtrip ini untuk mengedukasi protokol kesehatan di tempat wisata yang kita kunjungi,” kata Nailis.

Di sisi lain, Nailis menegaskan event ini diselenggarakan dalam rangka sosialisasi kepada masyarakat destinasi yang sudah memenuhi standar protokol kesehatan dengan baik. Katanya, pandemi saat ini membuat kita harus beradaptasi dengan kebiasaan baru seperti mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak. Destinasi yang dikunjungi pada famtrip ini, Nailis melanjutkan, telah memenuhi standar protokol kesehatan yang baik dan diterapkan secara disiplin.

“Melalui kegiatan ini kami hendak mempromosikan destinasi yang telah menerapkan standar protokol kesehatan dengan baik kepada masyarakat, sehingga bisa menjadi tempat pilihan berlibur ketika pandemi usai,” kata Nailis.

Menurut Nailis, jika pada masanya pandemi C0VID-19 berakhir, melalui sosialisasi ini masyarakat memiliki keyakinan bahwa destinasi wisata yang nantinya akan mereka kunjungi aman dan nyaman dari aspek kesehatan, utamanya paparan COVID-19. “Yang kami lakukan juga edukasi kepada masyarakat jika mereka datang ke destinasi wisata, maka obyek wisata tersebut telah menerapkan protokol kesehatan dengan baik. Tentu saja protokol kesehatan ini tujuannya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Salah satunya kita melakukan sertifikasi CHSE. Dan untuk setiap provinsi itu kami menyerahkan sertifikasi CHSE kepada hotel, restoran obyek wisata, MICE dan lainnya dengan maksud mereka telah memiliki label Indonesia Care yang artinya telah menerapkan CHSE dan 3M,” ungkap Nailis.

Nailis sendiri bertanggungjawab terhadap sertifikasi CHSE untuk hotel dan restoran di dua provinsi yakni NTT dan Jawa Tengah. “Kami telah melebihi target yang ditentukan. Selain hotel dan restoran, obyek wisata juga melakukan hal sama. Mengapa ini penting, karena ke depan orang akan mencari obyek wisata yang mengedepankan aspek kesehatan,” ujarnya. Direktur Pemasaran Pariwisata Regional 1, Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu menambahkan, famtrip ini sebagai upaya pemerintah mempersiapkan destinasi wisata untuk dapat dikunjungi kembali ketika pandemi berakhir.

Menurutnya, pandemi mengubah perilaku dan kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata. “Pandemi ini mengubah kebutuhan wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata. Tak lagi sekadar aksesibilitas, atraksi dan amenitas, tetapi juga aspek keselamatan dan kesehatan menjadi perhatian utama wisatawan dalam menentukan obyek wisata yang akan dituju,” tutur dia. Kegiatan ini ingin memastikan kebutuhan wisatawan dapat terpenuhi pada obyek-obyek wisata di Indonesia, khususnya di Kabupaten Banyuwangi. “Kami ingin memastikan jika protokol kesehatan telah berjalan dengan baik agar dapat tersampaikan kepada masyarakat,” ujar Vinsensius.

Jauh sebelum tiba di Banyuwangi, suasana aman dan nyaman dirasakan mulai dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang juga menerapkan standar protokol kesehatan cukup ketat. Antrean pengguna jasa tertata baik dengan panduan jarak minimal 1,5 meter. Di counter Garuda Indonesia pun sama. Jarak aman diatur dengan baik. Pun halnya dengan kru maskapai yang menerapkan standar protokol kesehatan dengan penggunaan face shield dan sarung tangan.

Di kelas ekonomi, meski dalam satu baris terdiri dari tiga kursi, namun Garuda Indonesia mengosongkan kursi tengah. Sirkulasi udara juga HEPA (High Efficiency Particulate Air) Filter. “HEPA (High Efficiency Particulate Air) Filter merupakan sistem penyaringan udara di kabin pesawat di mana teknologi ini dapat menyaring partikel terkecil di udara seperti virus, bakteri dan kontaminan lainnya hingga 99,97 persen. Kami juga rutin melakukan penyemprotan disinfektan pada pesawat kami,” kata Gita Indriyani Savitri perwakilan Garuda Indonesia.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here