Langkat – Bagi Anda yang memutuskan untuk berlibur di masa pandemi Covid-19 ini tak ada salahnya jika memilih destinasi wisata Bukit Lawang di Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Destinasi yang terletak di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) itu menawarkan berbagai macam atraksi. Salah satunya adalah melihat dari dekat habitat orangutan yang banyak tersebar di sini.

Suasana yang sejuk dan asri membuat kita betah dan nyaman berlama-lama di sini. Tenang saja, Anda tak perlu khawatir terpapar Covid-19 saat berkunjung ke destinasi wisata ini. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memiliki solusi jitu mengantisipasinya agar destinasi wisata tak menjadi cluster baru penyebaran Covid-19.

Adalah program Bersih, Indah, Sehat dan Aman (BISA) yang digalakkan oleh Kemenparekraf/Baparekraf di sejumlah destinasi sebagai solusi bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata di tengah pandemi Covid-19. Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Hari Santosa Sungkari mengaku sudah dua kali mengunjungi destinasi ini. Meski begitu, ia merasa nyaman dan selalu ingin datang kembali ke sini untuk menikmati suasana alamnya. “Saya sudah dua kali berkunjung ke sini,” kata Hari Santosa Sungkari saat meluncurkan program BISA di sini, Sabtu (17/10/2020).

Ia merasa senang jika hadir di sini. Apalagi, sarana pendukungnya cukup memadai. Salah satunya adalah SDM (Sumber Daya Manusia) yang sudah sadar wisata dengan menguasai bahasa Inggris untuk menjamu wisatawan asing. “Masyarakat yang menjajakan dagangan di warung-warung sekitar sini sudah banyak yang berbicara menggunakan bahasa Inggris,karena banyak wisatawan dari Eropa,” tuturnya.

Bagi dia, Bukit Lawang semacam one stop destination lantaran memiliki banyak obyek wisata yang bisa dikunjungi dalam satu kawasan. “Di sini banyak destinasi wisata, terutama di Langkat ini destinasi wisata yang unik dengan menjual alam yang indah. Bukit Lawang peduli dengan kelestarian alam,” katanya.

Keasrian alam di Bukit Lawang menjadikan tempat ini habitat asli orangutan. Kita dapat menyusuri hutan ditemani seorang pemandu yang akan memberi penjelasan mengenai orangutan. Sembari melihat orangutan, kita juga akan menyusuri hutan alias tracking menyusuri keasrian alam Bukit Lawang.

Untuk memberikan jaminan kepada wisatawan, program BISA diluncurkan untuk kembali menggairahkan destinasi wisata di Kabupaten Langkat yang sempat terpuruk karena pandemi Covid-19.

Koordinator Destinasi Area I Kemenparekraf/Baparekraf, Wijonarko berharap kegiatan ini dapat menjadi upaya sinergis dalam membangun kepariwisataan Indonesia. “Semoga kegiatan ini juga dapat menjadi titik awal bagi seluruh pemangku kepentingan untuk membangun sinergi yang lebih baik ke depannya,” harap dia. Pada kesempatan itu, Wijonarko mengapresiasi para peserta yang berpartisipasi pada program BISA bergandengan tangan meningkatkan kebersihan, keindahan, kesehatan dan keamanan destinasi pariwisata untuk membangun kesiapan menjalani pariwisata produktif dan aman di era normal baru.

Ia menilai penurunan tingkat penularan Covid-19 membutuhkan kesadaran dan komitmen dari seluruh pihak, baik pemerintah daerah, pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif, hingga masyarakat umum. Upaya yang dilakukan tidak hanya sebatas menjalankan 3M; mengenakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak sebagai kebiasaan baru dan wajib, namun juga pelaksanaan 3T; Testing, Tracing dan Treatment oleh pemerintah daerah. “Dengan demikian, daerah bisa menjadi zona hijau, menumbuhkan rasa safe and secure bagi wisatawan sehingga mereka akan berdatangan dengan sendirinya,” ujarnya.

Menurut Wijonarko pandemi Covid-19 berdampak cukup serius pada seluruh rantai pariwisata. Pariwisata adalah sektor yang paling sejak awal pandemi melanda langsung terdampak cukup serius. Sebab, sektor pariwisata dianggap memiliki risiko penularan Covid-19 yang cukup tinggi. Dampak langsung ditimbulkan di antaranya terjadinya penurunan kunjungan wisatawan ke sejumlah destinasi wisata di seluruh Indonesia. Selain itu terjadi pelambatan perjalanan domestik, penurunan okupansi hotel, penurunan konsumsi produk UMKM hingga pemangkasan lapangan pekerjaan.

“Padahal pariwisata merupakan industri yang menyerap lebih dari 13 juta tenaga kerja. Pariwisata juga merupakan sektor padat karya. Belum lagi multiplier effect yang merupakan turunan dari industri ini,” katanya.

Sub Koordinator Area I A Kemenparekraf/Baparekraf, Andhy Marpaung memaparkan program BISA yang digagas instansinya. Program padat karya ini merupakan terjemahan Kemenparekraf atas arahan Presiden Joko Widodo dalam upaya mitigasi dampak Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Dalam kerangka itu, program BISA diinisiasi sebagai gerakan yang cepat, tepat, fokus dan terpadu melalui sinergitas antara Kemenparekraf/Baparekraf dengan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya.

Ia melanjutkan, pariwisata merupakan salah satu sektor berdaya ungkit pemulihan ekonomi yang kuat karena memiliki kontribusi backward dan forward linkage yang luas ke sektor lainnya. Oleh karena itu, ia menilai agar dapat bertahan di masa pandemi ini, seluruh stakeholder industri pariwisata dan ekonomi kreatif perlu menyadari bahwa tren pariwisata dunia akan berubah. “Penerapan protokol kesehatan, tingkat adaptasi pada kenormalan baru dan utamanya faktor health and hygiene serta safety and security akan menjadi prioritas bagi wisatawan dalam menentukan tujuan berwisata,” papar Andhy.

Menurutnya, hal ini sejalan dengan target Indonesia untuk meningkatkan ranking Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) pada 2020. Hasil TTCI 2019, Pariwisata Indonesia masih menempati peringkat ke-102 dalam kategori Health and Hygiene dan peringkat ke-80 dalam kategori Safety and Security dari 140 negara.

“Gerakan BISA ini bertujuan untuk memberdayakan para pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif serta masyarakat yang terdampak ekonominya. Gerakan ini diharapkan akan mendorong perbaikan indikator Health and Hygiene dan Safety and Security di lingkungan destinasi pariwisata untuk peningkatan peringkat TTCI,” ujar Andhy.

Di sisi lain, anggota Komisi X DPR RI Djohar Arifin Husin menjelaskan, dengan program BISA Kemenparekraf/Baparekraf ini diharapkan dapat kembali menumbuhkan kepercayaan wisatawan untuk kembali datang berkunjung ke sejumlah destinasi di Kabupaten Langkat ini. “Program BISA Kemenparekraf/Baparekraf ini menjawab keresahan wisatawan yang ingin berlibur di masa pandemi ini. Dengan adanya program BISA ini wisatawan merasa terjamin keamanannya untuk kembali berlibur,” kata Djohar.

Ia meminta agar program BISA ini dapat terus dilakukan sehingga menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. “Dengan adanya program BISA ini seluruh Desa Bahorok harus bersih dan indah. Orang Bahorok harus aman. Jadi, melalui program BISA ini masyarakat Bahorok harus menjadi masyarakat yang bisa jadi contoh bagi destinasi yang menjadi keamanan wisatawan,” tuturnya.

Wakil Bupati Langkat, Syah Afandi menambahkan, salah satu hal yang mesti mendapat perhatian adalah infrastruktur. Selama ini pula hal itu yang terus diupayakan oleh pihaknya meski di tengah keterbatasan anggaran dan kewenangan.

“Bukit Lawang ini kalau dilihat dari Kualanamu kelihatan bukitnya yang indah dan cantik, namun infrastrukturnya yang kurang indah. Kami ingin membangun infrastruktur tapi di luar otorisasi pemerintah kami dan masuknya ke provinsi. Alhamdulillah dengan adanya program BISA ini, ada kebiasaan yang harus diterapkan di Bukit Lawang ini karena belum maksimal sebelum adanya program BISA ini,” ungkap dia.

Dengan kehadiran Kemenparekraf/Baparekraf, faktor kekurangan itu dapat ditanggulangi untuk terus memajukan destinasi wisata di Kabupaten Langkat. “Dengan kehadiran Kemenparekraf di Langkat ini akan menghadirkan gagasan yang continue untuk bisa memajukan destinasi wisata yang ada di Langkat seperti Rumah Galih, Tangkahan, Bukit Lawang. Insya Allah kalau pengelolaannya baik ke depan ini bisa untuk menambah devisa di Langkat, terutama masyarakat kita ini perlu dibimbing,” ujarnya.

“Hal lainnya yang mesti diperhatikan adalah bagaimana tata letak hotel dan lainnya agar tak berserakan dan diatur dengan rapi. Kami membutuhkan masukan dari Kemenparekraf/Baparekraf sehingga kami mendapat stimulus bisa meningkatkan perekonomian di Langkat,” tambahnya.

Ia menilai destinasi di sini tiada dua di dunia. Keunikannya menjadikan destinasi di Langkat ini terkenal ke penjuru dunia. Ditambah dengan atraksi budaya yang kuat membuat destinasi wisata di sini semakin diminati wisatawan mancanegara. “Dengan budaya Melayu-nya menambah wisatawan makin terhibur dan berbeda dari destinasi lainnya,” ujarnya.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here