BALI – Peserta Sunset Meditation dalam rangkaian Seminar Bliss in Bali sudah mulai berkumpul di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) sejak pukul 15.00 WITA, Jumat (26/4). Peserta yang mayoritas orang India serta keturunan Tionghoa dengan tertib mengatur posisi masing-masing menghadap arah terbenamnya matahari.

Tak lama berselang, pemimpin meditasi yaitu Sri Sri Ravi Shankar tiba di lokasi dengan kerumunan orang yang begitu antusias menyambut kedatangannya. Orang berebut selfie dengannya, bahkan sebagian menghaturkan rasa hormat dengan menyentuh kakinya. Pengaruhnya dalam lingkar umat Hindu begitu kuat sehingga para pengikutnya biasa memanggilnya dengan sebutan ‘Yang Mulia’.

“Yang Mulia Sri Sri Ravi Shankar adalah seorang tokoh spiritual, perdamaian dunia, dan kemanusiaan yang sangat dikenal. Kita beruntung mendapat kehadiran beliau di Bali. Apalagi beliau berkenan memandu meditasi perdamaian dan kemakmuran dunia ini,” kata Ketua Panitia Rub Gurbani.

Menurutnya, Sri Sri Ravi Shankar mencintai Indonesia dan melihat Bali sebagai tempat yang alami, indah dan pusat kebudayaan serta warisan yang menyebarkan energi perdamaian. Keindahan itu sendiri merupakan pengejawantahan Bali sebagai Pulau Dewata.

Sejak tahun 1990, Sri sudah mengunjungi Bali dan pada tahun 2006 beliau bersama The Art of Living Foundation mendatangkan sekitar 750 peserta dari seluruh dunia untuk melaksanakan Program Cahaya Perdamaian yang begitu indah. Kala itu, seluruh hadirin dipandu dalam meditasi dan menyalakan api perdamaian.

“Tahun ini, Yang Mulia Sri Sri Ravi Shankar kembali memilih Garuda Wisnu Kencana sebagai tempat berkumpul sekitar 500 peserta mancanegara, serta mengundang khalayak umum, untuk bermeditasi demi perdamaian dan kemakmuran dunia,” jelasnya.

Sementara itu, Sri Sri Ravi Shankar menjelaskan, meditasi tidak lebih dari proses alami untuk menyegarkan serta menenangkan pikiran yang kalut dan gelisah. Meditasi adalah de-konsentrasi, bukan konsentrasi untuk mengizinkan pikiran kita dengan mudah memasuki keadaan tenang.

“Setiap manusia punya kebutuhan bermeditasi karena kecenderungan alami dari manusia untuk mencari kebahagiaan. Mencari cinta murni yang tidak mengadung emosi-emosi negatif,” terangnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya mengatakan, Seminar Bliss in Bali digelar pada 23-28 April 2019. Salah satu programnya yakni Sunset Meditation yang dikoordinir oleh komunitas Art of Living yang memiliki member dari berbagai negara.

Kemenpar mendukung penuh Bliss in Bali karena kegiatan ini dianggap mampu memberi feedback bagi dunia pariwisata Indonesia, khususnya Bali. Setidaknya, kehadiran peserta dari seluruh dunia akan memberi peluang dalam hal promosi destinasi, dalam hal ini GWK.

“Kehadiran mereka tentu tak sekadar untuk meditasi, tetapi sekaligus berwisata menikmati keindahan Pulau Dewata, khususnya kawasan GWK yang sangat ikonik. Kesan baik yang terbangun dari tempat ini akan memicu para peserta untuk menceritakannya pada keluarga, saudara, dan teman-temannya. Bahkan sangat mungkin diunggah di akun media sosial masing-masing,” jelasnya.

Untuk diketahui, GWK berada di daerah Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Patung ini diresmikan pada 22 September 2018, dihadiri Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo. Di kawasan ini, pengunjung bisa menikmati maha karya berupa landmark atau maskot Bali, yakni patung Dewa Wisnu berukuran raksasa yang sedang menunggangi burung garuda setinggi 120 meter.

Terdapat juga Patung Garuda yang berada tepat di belakang Plaza Wisnu setinggi 18 meter. Patung ini menjadi titik fokus dari sebuah lorong besar dengan pilar berukir batu kapur yang mencakup lebih dari 4.000 meter persegi ruang terbuka, yaitu Lotus Pond.

Pilar-pilar batu kapur kolosal dan monumental patung Lotus Pond Garuda membuat ruang yang sangat eksotis. Dengan kapasitas tampung hingga 7.000 orang, Lotus Pond telah mendapatkan reputasi yang baik sebagai tempat sempurna untuk mengadakan acara besar dan internasional.

Asdep Regional III Sigit Witjaksono mengungkapkan, Bali merupakan pintu utama masuknya wisman India ke Indonesia. Kesamaan kultur kemungkinan menjadi salah satu alasan kenapa wisatawan dari Tanah Hindustan lebih banyak menyerbu Bali ketimbang daerah lain.

“Tahun 2018, jumlah wisatawan asal India yang berkunjung ke Indonesia mencapai hampir 600 ribu, atau tepatnya 595.000 orang. Jumlah itu masih sangat mungkin untuk ditingkatkan, sehingga target tahun 2019 diharapkan mampu mencapai 800 ribu wisman,” bebernya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, Bali selalu menarik bagi wisatawan. Berbagai atraksi tersaji dengan indah. Banyak atraksi berbalut dengan nuansa alam yang eksotis. Tak heran jika Bali juga disebut dengan julukan Pulau Dewata.

“Bali benar-benar seperti magnet yang menginspirasi banyak orang. Bali tidak hanya menyajikan pemandangan alam yang luar biasa, tetapi juga sebagai pusat kebudayaan dan religi bagi umat Hindu. Secara keseluruhan, Bali adalah salah satu pusat traveling dunia,” pungkasnya.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here