PANGKALPINANG – Pintu kreativitas di sektor pariwisata dibuka lebar-lebar pada era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Melalui Kemenpar, Jokowi memberikan wadah terbaik bagi para generasi milenial. Destinasi digital dibangun di mana-mana. Hasilnya, bahkan ikut dinikmati langsung oleh masyarakat. Dampak pariwisata pun menetes sampai grass root.

“Kabinet Kerja di bawah Presiden Jokowi banyak memberikan kejutan. Presiden Jokowi menjadikan pariwisata sebagai leading sector. Dahulu pariwisata menjadi urusan urusan orang tua juga para pejabat terkait. Tapi, saat ini pariwisata justru banyak ditopang kaum muda milenial. Konsepnya kekinian banget. #MillennialsItuKita,” ungkap Freelancer Social Media Strategist Ang Tek Khun, Rabu (3/4).

Pariwisata memberikan devisa sekitar Rp223 Triliun di 2018. Angkanya surplus Rp20 Triliun dari tahun sebelumnya. Dengan postur besar, pariwisata mampu menyerap tenaga kerja hingga 12,6 Juta orang. Sektor ini pun memberikan kontribusi pada PDB Nasional sebesar 5,25%. Angka ini jauh di atas profil 2014, sebab waktu itu devisa yang dihasilkan hanya Rp144 Triliun.

“Pada masa pemerintahan Presiden Jokowi banyak melakukan gebrakan baru. Sektor pariwisata terus didorong hingga menjadi motor ekonomi baru. Atraksi, aksesibilitas, dan amenitas terus disempurnakan. Lebih menarik lagi, kaum milenials juga diberi slot untuk berkreasi,” terang Khun yang lulusan Universitas Surabaya.

Hal ini semakin diperkuat dengan Kementerian Pariwisata yang merilis konsep Destinasi Digital. Hingga akhir Maret 2019, jumlah Destinasi Digital sudah mencapai 65. Beberapa Destinasi Digital diantaranya, Pasar Karetan (Jawa Tengah), Pasar Pancingan (NTB), Pasar Kakilangit (Yogyakarta), Pasar Rimba (Bangka Belitung). Ada juga trio Jawa Tengah lainnya seperti Pasar Inis, Kumandang, dan Watu Gede.

Destinasi Digital ini menjadi wadah kreativitas anak-anak milenial. Sebab, para milenials memiliki banyak value. Entah itu creative value, maupun commercial value. Creative value memberikan space lebar bagi member untuk mendapatkan konten terbaik bagi platform media sosialnya. Baik itu konten text, foto, maupun video. Lalu, commercial value mendatangkan inkam besar secara rutin.

Dari Destinasi Digital, ada pergerakan ekonomi yang positif bagi. Selain member, kue nikmat ini juga dinikmati oleh masyarakat. Mengacu progress Pasar Karetan, setiap lapak milik masyarakat memiliki omset sekitar Rp1,5 Juta pada 2018. Pasar Karetan membuka akses ekonomi 3 desa, yaitu Segrumung, Sasak, dan Slamet. Mereka mendapatkan aliran kas Rp2 Juta-Rp3 Juta per pekan dari lahan parkir.

“Hasil positif dari Destinasi Digital ini harus diapresiasi. Apalagi merespon Presiden Jokowi, Kemenpar banyak melakukan gebrakan hebat. Bukan sekedar aksi, prestasi besar yang didapat juga sangat nyata. Rapor positif Destinasi Digital ini menjadi sisi lain keberhasilan pengembangan pariwisata,” tegasnya.

Profil serupa juga ditunjukan oleh Pasar Rimba. Pasar ini melibatkan masyarakat dalam aktivitasnya. Warga diajak mengembangkan konsep pertanian dengan fokus sayuran dan buah. Mereka kini menjadi pemasok produk holtikultura di pasar utama Belitung. Ilustrasinya, Pasar Rimba memiliki 4 buah green house dengan sayuran yang ditangkap lengkap. Ada sawi, kangkung, tomat, edamami, dan bayam.

Pada akhir 2018, dengan masa panen 5 pekan, sawi memberikan kapasitas produksi 25 Kg. Produk dari edamame dihasilkan 30 Kg per panen. Untuk bayam, produksinya 25 Kg per 3 pekan atau tomat dengan kapasitas 25 Kg. Menempati lahan 6 Hektar, koleksi buahnya ada Sirsak, Mangga, Sawo, Rambutan, Manggis, Sukun, Matoa, Nangka/Cempedak, Jambu, Durian, dan Jeruk hingga Rosela.

Buah Markisa bahkan sudah dipanen dengan kapasitas produksi sekitar 3 Ton. Kini, Pasar Markisa ini setiap pekannya memanen sekitar 100 Kg buah Markisa. “Destinasi Digital diberikan kebebasan untuk mengembangkan seluruh potensinya. Hasilnya tentu sangat riil. Selain dirinya, Destinasi Digital ini juga menghidupi masyarakat di sekitarnya. Pangsa pasarnya juga sangat jelas,” papar Khun lagi.

Terus memberikan space lebar bagi milenials, Kemenpar juga merintis program Local Guide. Program ini memberikan kesempatan lebih luas bagi milenial untuk aktif dalam industri pariwisata lebih besar. Lalu, secara teknis mereka juga bisa meng-create bisnisnya secara masif. Kanalnya pun lengkap melalui sport tourism, adventure, wisata sejarah, alam, budaya, hingga nomadic tourism.

Local Guide memungkinkan milenial mengembangkan paket wisatanya sendiri. Selain destinasi menarik di daerahnya, mereka juga bisa menentukan banderol harga paket wisatanya sendiri. Lebih menarik lagi, Kemenpar akan membantu branding setiap paket wisata yang ditawarkan. Untuk menguatkan Sumber Daya Manusianya, format training of trainers akan diberikan.

“Pariwisata semakin hidup di daerah. Milenials dan masyarakat pasti akan lebih diuntungkan bila Local Guide ini digulirkan. Dengan progress positif pada semua lini pariwisata, kondisi ini sudah seharusnya dipertahankan bahkan ditingkatkan. Peluang untuk terus mengembangkan Destinasi Digital terbuka lebar bila sistemnya tidak mengalami perubahan,” tutupnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here