www.INDONESIATRAVEL.NEWS, MANDALIKA – Tradisi menangkap cacing laut atau yang bisa dikenal dengan Bau Nyale di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) memang fenomenal. Bagi masyarakat Suku Sasak, cacing-cacing ini dipercaya mendatangkan berkah. Bahkan mereka rela menginap di pantai demi mendapatkan cacing-caing tersebut.

Hal ini terlihat pasa puncak tradisi Bau Nyale, Senin (25/2). Sejak dini hari pukul 03.00 masyarakat dan wisatawan sudah berbondong-bondong memenuhi Pantai Seger, Mandalika. Jumlahnya ribuan orang. Sebagian bahkan menginap di tenda-tenda yang mereka persiapkan. Semua begitu antusias bersiap menangkap cacing yang keluar pukul 03.00-07.00 WITA itu.

“Warga Lombok percaya bila cacing laut merupakan jelmaan Putri Mandalika yang terkenal dalam legenda masyarakat sekitar. Cacing laut yang berwarna hijau, cokelat dan merah yang ditangkap dianggap bisa mendatangkan berkah. Ini merupakan tradisi yang unik yang menjadi atrasi menarik bagi wisatawan,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, Senin (25/2)

Bukan sekedar menangkap cacing, prosesi ini menjadi ajang pengikat persaudaraan bagi masyarakat Lombok. Terbukti meski tidak saling kenal, mereka saling bersenda gurau satu dengan lainnya sambil mencari cacing. Bahkan tak sedikit dari anak-anak muda Lombok yang mencari jodoh diajang tersebut.

Bukan itu saja, tradisi ini pun memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bagai mana tidak, prosesi ini mengundang wisatawan datang. Baik itu wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman). Para wisatawan ini begitu penasaran dengan tradisi ini.

Apalagi saat ini, tradisi Bau Nyale dikemas sangat menarik lewat Festival Pesona Bau Nyale. Kemasan begitu tertata. Sangat atraktif dengan ragam atraksi.

“Makanya Kemenpar pun turun langsung mengemas Festival Pesona Bau Nyale. Karena tradisi ini mampu mendatangkan turis asing untuk mengikuti upacara adat yang selalu digelar pada hari ke-20 bulan ke-10 menurut penanggalan tradisional Sasak ini,” ungkap Menpar Arief.

Apa yang disampaikan Menpar Arief pun diamini oleh Penanggung Jawab Calendar of Events (CoE) Kementar Esthy Reko Astuty. Menurut Esthy, masyarakat Lombok harus berbangga dengan kekuatan tradisi yang dimilikinya. Kekuatan ini menjadi modal kuat untuk menjadi destinasi dunia.

Kalau kata Pak Menpar Arief, budaya itu semakin dilestarikan semakin mensejahterakan. Apalagi budaya Lombok memang terkenal begitu unik, termasuk Bau Nyale ini. Begitu juga dengan alamnya. Ini menjadi atraksi yang luar biasa bagi wisatawan. Khususnya wisman,” ujar Esthy yang juga Staf Khusus Menteri Bidang Multikultural Kemenpar itu.

Sementara itu Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauziyani mengatakan, tradisi Bau Nyale menjadi menu wajib bagi para traveler. Tradisi ini unik dan berbeda dengan tradisi yang ada di Indonesia. Sebuah tradisi yang menyatu dengan nilai nilai luhur budaya masyarakat Sasak Lombok. Festival ini secara turun menurun berlangsung dan lestari di tengah masyarakat Sasak. Bukan hanya sekedar menangkap cacing laut, tapi festival ini mengandung filosofi yang luar biasa.

“Ada sejarah, kebudayaan, religi dan nilai kearifan lokal yang sarat akan pesan moral dan sosial dari festival ini, tidak sekedar festival atau pesta kebudayaan biasa”, katanya

Menurut mitos dan kepercayaan masyarakat Pulau Lombok, nyale dipercaya sebagai jelmaan putri Mandalika yang cantik. Ia berkorban menceburkan diri ke laut pantai selatan. Putri Mandalika menceburkan diri ke laut sebagai pilihan. Ia tidak ingin terjadi pertumpahan darah di antara para pangeran kerajaan di Lombok, yang waktu itu memperebutkan dirinya.

“Dengan nilai budayanya yang kuat, maka sewajarnya tradisi ini menjadi momentum kebangkitkan kembali pariwisata Lombok. Lombok pasti bisa menjadi destinasi dunia,” pungkasnya.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here