NTT – Setelah dilakukan renungan suci, Sabtu (1/7) dini hari, puncak Festival Parade Pesona Kebangsaan (FPPK) 2019 dilanjutkan dengan upacara bendera, pada pagi harinya. Kegiatan yang berlangsung di Lapangan Pancasila itu dimaksudkan untuk memperingati hari lahir dasar negara Indonesia.

Upacara berlangsung khidmat, diikuti unsur pemerintahan, forkopimda, pelajar, dan masyarakat umum. Peserta diwajibkan memakai pakaian daerah, untuk merepresentasikan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan agama.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, Derson Duka mengatakan, mengikuti FPPK 2019 bisa sekaligus belajar sejarah Indonesia. Khususnya tentang bagaimana awal lahirnya Pancasila sebagai buah pikiran Preseiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

“Siapa sangka, Pancasila yang saat ini menjadi dasar negara Indonesia, justru lahir ketika Soekarno berada dalam pengasingan oleh penjajah Belanda. Setidaknya, penggemar wisata sejarah bisa mengunjungi tiga tempat yang menjadi saksi keseharian Soekarno pada masa pengasihan. Yaitu antara tahun 1934-1938,” ungkapnya.

Adapun tiga tempat yang dimaksud yakni Lapangan Pancasila, Situs Rumah Pengasingan Bung Karno, dan Serambi Soekarno. Di ketiga tempat itulah Soekarno banyak menghabiskan waktunya. Baik untuk istirahat, merenung, membaca buku, maupun berdiskusi dengan orang-orang di sekelilingnya kala itu.

“Lapangan Pancasila berada di Kelurahan Kotaraja, Kecamatan Ende Utara, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Yang menarik, di kawasan ini terdapat sebatang pohon sukun. Dulu, hampir setiap sore Bung Karno datang ke sini. Beliau duduk menyendiri di bawah pohon sukun tersebut, dan merenungkan nasib bangsa. Termasuk mengagas lahirnya Pancasila,” jelasnya.

Untuk mengenang proses lahirnya Pancasila, maka dibangunlah Lapangan Pancasila di kawasan tersebut. Pengunjung juga masih bisa menjumpai pohon sukun, serta patung Bung Karno dalam posisi duduk merenung, memandang ke laut lepas.

Selanjutnya Situs Rumah Pengasingan Bung Karno, bisa dijumpai di Jl. Perwira, Kabupaten Ende. Rumah ini sekarang berfungsi sebagai museum untuk menyimpan benda-benda yang berhubungan dengan Sang Proklamator. Rumah ini bisa dikunjungi siapa saja, tanpa diminta tarif tertentu. Di dalamnya, pengunjung bisa melihat tempat tidur Bung Karno, tongkatnya, lampu minyak, ceret, setrika arang, dan lain-lain.

Sementara Serambi Soekarno berada di bangunan rumah, di samping Gereja Katedral Kristus Raja. Pada masa pengasingannya, Sukarno banyak bergaul dengan kaum gereja sebagai akses untuk diskusi dan membaca beragam buku di tempat ini. Beberapa teman baiknya di Ende konon adalah pastur-pastur dari Belanda yang juga dikirim ke daerah ini.

Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Eshty Reko Astuty mengatakan, FPPK sendiri digelar untuk memperingati bagaimana sari-sari Pancasila digali oleh Soekarno. FPPK juga ditujukan untuk mempromosikan wisata, seni dan budaya Ende kepada wisatawan. Baik dalam maupun luar negeri.

“Selebihnya, event ini dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan produk-produk unggulan daerah guna mendorong minat investor berinvestasi di Kabupaten Ende,” ujarnya, diamini Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Ricky Fauziani.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan, Kabupaten Ende merupakan wilayah yang kental dengan kesejarahan Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Ini menjadi potensi wisata sejarah yang akan selalu dikenang masyarakat Indonesia.

“Bagaimana proses lahirnya Pancasila bisa ditelisik dari sini. Selain pohon sukun di area Lapangan Pancasila, wisatawan bisa mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno yang sekarang dijadikan museum benda-benda peninggalan beliau,” terangnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here