SAMARINDA – Untuk kesekian kalinya, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengingatkan betapa pentingnya peran generasi milenial di era industri pariwisata 4.0. Kali ini. Penegasan disampaikan Menteri Arief Yahya kepada peserta Millenial Gathering 2019. Event ini berlangsung di Swiss-Belhotel Borneo, Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (30/3).

Menurut Menpar Arief Yahya, tren wisatawan mancanegara telah mengalami pergeseran. Kini, wisatawan dunia didominasi generasi milenial. Tak heran jika gaya berwisata juga berubah. Lebih digital. Dan akrab dengan media sosial.

“Milenial adalah sebutan bagi mereka yang berada pada rentang usia 15-34 tahun. Ini usia produktif. Mereka mendominasi pergerakan wisatawan dunia. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia juga didominasi kaum milenial,” papar Menteri Arief.

Menurutnya, 50 inbound traveller ke Indonesia adalah milenial. Jumlah ini diyakini akan semakin berkembang.

“Tahun 2030, milenial akan menguasai pergerakan wisatawan diberbagai negara. Tren ini juga terjadi di Indonesia dan negara-negara Asia lain. Dan pangsa milenial sekarang menjadi rebutan. Semua destinasi menyiapkan event untuk merangkul para milenial,” katanya.

Pernyataan yang disampaikan tidak sembarangan. Menpar merujuk pada data UNDESA tahun 2014. Disebutkan, Asia akan menjadi rumah bagi populasi milenial pada tahun 2030. Sebanyak 57% kaum milenial dunia, ada di Asia pada tahun itu.

Bahkan, UNDESA menyebut negara-negara Asia dengan populasi kaum milenial terbesar pada tahun 2030. Negara-negara itu adalah China dengan jumlah 333 juta orang. Diikuti Indonesia dengan 82 juta anak-anak milenial. Lalu Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, dan Thailand dengan 19 juta kaum milenial.

Menpar juga menerangkan kebiasaan yang dilakukan wisatawa milenial. Hal yang paling utama, milenial sangat akrab dengan digital. Semua pergerakannya tidak bisa luput dari gadge. Karena, milenial memiliki needs dan behaviour yang distinct.

“Mereka sangat bergantung pada teknologi dan sosial media. Oleh karena itu, segmentasi terbaiknya adalah tidak mensegmentasi milenial sebagai segmen. Karena, milenial sangat penting. Terutama karena size dan influencing powernya. Milenial itu Big and Loud,” terangnya.

Oleh sebab itu, diperlukan pengembangan strategi marketing khusus buat milenial. Strategi sebagai suatu inisiatif untuk mengkapitalisasi potensi masa depan industri pariwisata. “Sebab, who wins the future,wins the game,” sambung Menpar lagi.

Menpar pun mengingatkan kembali tagline ‘The more digital, the more personal. The more digital, the more professional. The more digital, the more global’. Dijelaskannya, perubahaan perilaku konsumen yang mempengaruhi pasar tersebut digerakan oleh kaum milenial.

Hal ini sejalan dengan semangat Presiden Joko widodo (Jokowi) yang menyebutkan bahwa kaum milenial adalah masa depan Indonesia. Milenial cenderung selalu berperilaku dengan basis digital, mobile, interaktif yang kini jumlahnya mencapai 50% dari jumlah wisman inbound ke Indonesia.

“Maka siapapun yang menguasai komunitas anak muda, dialah yang berpotensi memenangkan pasar masa depan atau winning the future market,” tambah Menpar Arief Yahya.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here