JAKARTA – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menggelar Focus Group Discussion (FGD) “Pembahasan Pola Perjalanan Wisata Overland Wonderful Flores, Journey Into the Magnificent Toba Caldera dan Borobudur Trail of Java Civilization”.

Pada kesempatan itu, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf, Rizki Handayani dalam sambutannya berharap pertemuan ini dapat merampungkan penyusunan pola perjalanan wisata overland ini. Ada tiga wilayah yang tengah berupaya dirampungkan yakni Flores, Danau Toba dan Jawa Tengah.

“Pertemuan ini akan memperbaiki, melengkapi, meningkatkan kualitas dari yang sebelumnya. Saya berharap nantinya pola perjalanan wisata overland ini tak hanya sekadar dokumen, tapi harus jadi inspiring. Saya ingin kualitasnya ditingkatkan,” kata Rizki saat memberikan arahan d Hotel Sari Pacific Jakarta, Rabu (27/1/2021).

Rizki berharap penyusunan pola perjalanan wisata overland ini menjadi fondasi bagi pedoman perjalanan wisatawan sesuai minat wisatawan. “Kami tak mau Flores ini jadi mass tourism. Dia tetap harus menjadi seperti saat ini, wisata premium,” ujarnya.

FGD itu sendiri dibagi menjadi tiga sesi

Pada sesi awal, perempuan yang karib disapa Kiki berharap pola perjalanan wisata overland Flores sudah bisa dirampungkan. “Pada sesi kedua kita bahas Danau Toba dan selanjutnya di sesi akhir Borobudur,” papar Kiki.

Untuk Danau Toba, Kiki menilai pada dasarnya proses penggalian identifikasi sudah terbilang cukup baik. “Hanya saja, jika dikaitkan dengan pola perjalanan minat akan sangat spesifik. Saya kembali lagi dari goals, tujuan. Bisa mendapatkan informasi, inspiring dan bahan penyusun pola perjalanan,” ungkap dia.

Yang harus diperhatikan juga yakni pandemi Covid-19 membuat semua jenis bisnis harus beradaptasi. Tren ke depan wisatawan berubah. Siapa mereka dan karakternya juga berubah. Antara milenial, spesial interest seperti tenun tentu memiliki pasar berbeda-beda.

Direktur Wisata Alam, Budaya dan buatan Kemenparekraf, Alexander Reyaan menambahkan, pola perjalanan Labuan Bajo mengambil tema “Oveland Wonderful Flores”. Menurut pria yang karib disapa Alex, pada tahap awal disusun sembilan jalur pada dokumen awal. “Namun dalam perjalanan terjadi koreksi berkaitan dengan jalur peluang yang bisa dikembangkan dalam waktu dekat. Maka terdapatlah tiga jalur,” tutur dia.

Ketiga jalur itu adalah jalur jelajah desa tradisional, jalur religi dan jalur adventure tourism. Untuk jalur jelajah desa tradisional, Alex memulainya dari Labuan Bajo. “Rutenya adalah Labuan Baju, Tentun Ruteng, Tenun dan Kampung Adat Nagekeo, Kampung Adat Waerebo, Kampung Adat Todo, Gua Liang Boa, sejarah Bung Karno di Ende, Tenun Laranuka dan Desa Dobo Sikka.

“Untuk jalur religi adalah Labuan Bajo, Gereja Tua Ruteng, Seminari Tinggi Interdiosesan St Petrus Ritapiret Sikka, Gua Maria Waelua, Patung Bunda Maria Semeta Alam, Christ the King Chatedral Ende, Taman Bukit Fatima dan Samana Santa,” terang Alex. Sementara untuk jalur adventure tourism terdiri dari Labuan Bajo, Colol Cycling, Trekking and Cycling Kampung Adat Kawa, Danau Kelimutu dan Trekking Gunung Ile Mandiri.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here