KEEROM – Bumi Papua dikenal memiliki banyak satwa khas. Diantaranya bahkan berstatus langka. Lewat Festival Crossborder Keerom 2019, kampanye pelestarian satwa langka akan dilakukan. Di Keerom sendiri ada 3 jenis satwa yang cukup dikenal. Yaitu Burung Cenderawasih Kuning-Besar, Kakaktua Raja, dan Kakaktua Besar Jambul Kuning.

“Papua dan Keerom punya kekayaan hayati yang luar biasa. Potensi besarnya harus dilestarikan, apalagi faunanya. Keerom memiliki beragam satwa unik yang dilindungi. Meski demikian, keindahannya bisa dinikmati. Boleh difoto, tapi jangan diburu untuk ditangkap. Biarkan hidup bebas di alam,” kata Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani, Minggu (21/4).

Keerom memiliki kekayaan berupa Cenderawasih Kuning-Besar (Paradisaea Apoda). Ukuran tubuhnya sekitar 43 Cm. Bulunya berwarna coklat marun dengan mahkota kuning. Pada lehernya terdapat warna hijau zamrud, lalu bantalan dadanya cokelat kehitaman. Pada Paradisaea Apoda jantan terdapat bulu-bulu panggul lengkap dengan ekor kawat panjang. Untuk betina, berbulu coklat marun tak bergaris.

“Burung Cenderawasih adalah khas Papua. Jenisnya banyak dengan ukuran berbeda-beda. Paradisaea Apoda salah satu jenis yang besar. Burung ini banyak dijumpai di hutan-hutan Keerom. Selain warna, suara burung ini juga indah. Siapkan dahulu kamera sebelum ‘berburu’ Burung Surga di hutan Keerom. Memakai kamera handphone pun jadi. Yang penting moment langka tidak terlewatkan,” kata Ricky lagi.

Selain Paradisaea Apoda, hutan Keerom juga menyimpan keunikan Burung Kakaktua Raja. Burung jenis ini memiliki panjang mencapai 60 Cm. Warna bulunya hitam, lalu pada bagian pipi terdapat warna merah. Pada bagian kepala terdapat jambul yang bisa ditegakan. Makanan burung ini adalah biji-bijian. Paruhnya besar hitam pekat.

Sebagai pemakan biji, paruh Kakaktua Raja memiliki ukuran berbeda di sisi atas dan bawahnya. Beda ukuran ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian yang dikonsumsinya. Selain Papua, burung ini juga berkembang bagus di Australia bagian utara.

Ricky menambahkan, Burung Kakaktua Raja harus dilestarikan meski masuk kategori risiko rendah menurut IUCN Red List.

“Kakaktua Raja burung yang khas. Tampilannya garang dengan bulu hitam dan jambul di kepalanya. Silahkan eksplorasi kekayaan alam Papua ini. Tapi, sekali lagi jangan menangkap apalagi membunuh untuk diawetkan. Kakaktua Raja tetap harus dilestarikan meski jumlahnya masih aman di alam bebas,” jelas Ricky lagi.

Deret panjang Burung Kakaktua yang bisa dinikmati di Keerom bertambah. Venue festival tersebut juga memiliki koleksi Kakatua Besar Jambul Kuning (Cacatua Galerita). Kakaktua Jambul Kuning pun mudah dijumpai di hutan-hutan Keerom. Fisiknya berukuran sekitar 35 Cm. Semua bulunya berwarna putih, lalu ada jambul kuning di kepalanya.

Cacatua Galerita memiliki zona tingga hutan primer dan sekunder. Pakannya berupa biji-bijian, kacang, dan beragam buah segar. Kakaktua tersebut memiliki keunikan, yaitu sarangnya berupa lubang pohon. Burung betina akan menetaskan 3 telurnya di sana. Ricky menjelaskan, wilayah Keerom sangat bagus sebagai tempat tingga fauna unik dan langka.

“Keerom zona tinggal ideal banyak satwa langka, seperti 3 burung tersebut. Menikmati keindahan burung itu di alam tentu memberikan sensasi dan experience berbeda. Lebih menarik lagi, hutan-hutan di Keerom juga banyak menyimpan satwa uniknya,” papar Ricky lagi.

Hutan Keerom terbagi dalam 9 blok. Total luasnya 173.456 Hektar. Untuk Hutan Lindung memiliki luasan sekitar 49.196 Hektar. Sisa luasannya adalah hutan produksi dengan ragam fungsi dan peruntukannya.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menerangkan, Keerom pun menawarkan banyak atraksi terbaik.

“Bisa menikmati satwa langka di alam tentu menjadi sesuatu yang luar biasa. Bagi pengguna aktif media sosial, satwa langka di alam Keerom adalah konten terbaik. Saat menikmati Festival Crossborder Keerom 2019, pastikan luangkan waktu guna mengeksplorasi sisi eksotis tersebut. Bila mengunggahnya di media pasti akan mendapatkan banyak likes,” tutup Menpar. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here