Jatim – Upacara Yadnya Kasada dan Gunung Bromo adalah satu kesatuan. Rasanya kurang pas menghadiri upacara sakral tersebut, tanpa membidik eksotika Bromo yang bahkan sudah terkenal hingga ke mancanegara. Ada cara terbaik untuk mengabadikan ‘wajah’ Bromo, sehingga hasil bidikan mata lensa terlihat lebih indah. Yaitu melalui View Point atau Penanjakan I.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, umumnya ada dua hal yang diburu wisatawan di tempat ini. Yakni moment matahari terbit (sunrise) dan penampakan Bromo ketika mengeluarkan asap yang mengepul dari kawahnya.

“Dua hal tersebut sangat diminati wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Mereka yang datang sudah lengkap dengan ‘senjata’ masing-masing. Minimal sudah siap dengan kamera handphone,” ujarnya, Rabu (17/7).

Rata-rata, wisatawan yang datang ke View Point atau Penanjakan I tak ingin melewatkan moment terbaik sedetik pun. Tak heran, mereka sudah mendatangi lokasi mulai pukul 02.00 dini hari. Lokasi yang cukup jauh dan akses yang lumayan ekstrem, memaksa mereka menggunakan jasa ojek atau menyewa Jeep jika datang rombongan.

Sampai di lokasi, suasana masih sangat gelap. Atau remang-remang jika bulan masih bersinar. Sambil menunggu pagi, pengunjung bisa duduk-duduk di tribun yang disiapkan pengelola. Ada pula yang langsung mencari titik ideal dan standby di situ hingga matahari terbit. Yang pasti, pengunjung wajib mengenakan jaket tebal, sarung tangan, masker dan penutup kepala karena suhu udara sangat dingin.

“Suhu udara bisa sampai 6 derajat. Benar-benar dingin. Bahkan yang sudah memakai jaket pun bisa tetap menggigil. Tapi pengunjung tak perlu khawatir. Banyak juga yang menyewakan jaket tebal sebagai pelapis, dan juga selimut untuk menghalau dingin,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Sinarto, menambahkan.

Sekitar pukul 05.00, langit di ufuk timur mulai berubah semburat kekuningan. Makin lama makin terang, dan wisatawan mulai aktif memainkan kameranya. Setengah jam kemudian, fokus wisatawan mulai terbelah. Sebagian tak lagi menikmati sunrise, tetapi bergeser ke arah barat untuk menyaksikan kemunculan Gunung Bromo yang berasap di antara Gunung Batok dan Semeru.

“Hampir setiap hari, View Point dipadati wisatawan. Jumlahnya bisa seribuan lebih. Bahkan jika weekend, pengunjung lebih banyak lagi. Padat sekali,” ungkapnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, Bromo merupakan salah satu destinasi unggulan kelas dunia. Peminatnya bukan hanya wisatawan nusantara, tetapi juga mancanegara. Banyak sekali turis asing yang datang ke destinasi ini.

“Kini, dengan adanya Upacara Yadnya Kasada yang menjadi bagian dari Eksotika Bromo, tentu akan membuat kawasan wisata tersebut makin dikenal luas. Yang untung tentu bukan hanya Jawa Timur, tetapi juga Indonesia,” jelasnya.

Kepala Bidang Pemasaran I Area Jawa Kemenpar Wawan Gunawan memastikan, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru didukung aksesibilitas yang baik. Amenitas juga siap sehingga wisatawan tidak perlu khawatir terkait komponen 3A.

“Kawasan ini biasa diakses melalui Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, dan dilanjutkan perjalanan darat ke Bromo sekitar 2,5 jam. Sementara untuk amenitas, tersedia banyak akomodasi di sekitar lokasi acara. Baik berupa hotel maupun home stay,” tutur Wawan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, Eksotika Bromo 2019 sangat pas bagi milenial. Selain artistik, ada banyak hal baru yang ditawarkan di sana. Milenial memiliki space sangat lebar untuk berkreasi.

“Dengan konsep instagramable, Eksotika Bromo akan menarik banyak wisatawan milenial, khususnya dari Asia. Terlebih, Asia memiliki potensi pasar milenial sebesar 57 persen. Eksotika Bromo menjadi event yang sayang untuk dilewatkan,” tandasnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here