www.INDONESIATRAVEL.NEWS, KENDAL – Menjadi Juragan Pasar Karetan, berarti siap memikul tanggung jawab untuk lebih memajukan destinasi digital tersebut. Konsekuensi itu dipahami betul oleh Diah Ariani. Karenanya, beragam kegiatan akan terus digulirkan setiap minggu.

Dihubungi lewat telepon, Diah Ariani atau yang akrab disapa Dea Lee, mengaku akan menghadirkan performance akustik pada pekan ini. Ia yakin, musik akan selalu mampu menghidupkan suasana, terlepas dari genree yang diusungnya.

“Kita sudah siapkan satu grup band akustik untuk performance di Pasar Karetan. Temanya tetap lagu-lagu romantis karena target utamanya kaum milenial. Biasanya sajian semacam ini cukup efektif. Interaksi pengunjung dengan pengisi acara juga terjalin baik. Banyak request,” ujarnya, Jumat (11/1).

Kendati sudah banyak dikenal orang, Dea menyadari bahwa strategi promosi masih sangat dibutuhkan untuk lebih memajukan Pasar Karetan. Khususnya melalui teknologi digital dengan memanfaatkan media sosial.

“Eranya sudah bergeser. Sekarang kira sudah dimudahkan dengan keberadaaan medsos. Jadi untuk sarana promosi, kita minta bantuan teman-teman untuk ikut mengenalkan Pasar Karetan lewat Instagram. Selain itu, kita juga menggandeng mahasiswa. Misalnya mereka ada tugas untuk bikin vlog/ video, maka kita tawarkan untuk bikin liputan di Pasar Karetan,” jelasnya.

Meski baru terbentuk sekitar 1 tahun, Dea bersyukur Pasar Karetan sudah menjadi salah satu destinasi yang cukup populer di Jawa Tengah. Selain para milenial, tempat ini juga mulai ramai diunjungi bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah melek digital. Biasanya, mereka membawa banyak rombongan ke Pasar Karetan.

Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Media Kemenpar Don Kardono menyatakan, destinasi digital besutan GenPI Jawa Tengah ini telah memberi banyak manfaat. Baik dalam sektor ekonomi, sosial, maupun budaya. Dengan konsep Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE), pasar ini mampu bersaing dengan destinasi lain yang lebih dulu ada.

Setiap minggu, pasar yang berada di Desa Meteseh, Kecamatan Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah ini ramai dikunjungi warga. Rata-rata jumlah pengunjung sekitar 2.000 orang. Dengan total 20 lapak di dalamnya, Pasar Karetan mampu memberikan omset kisaran Rp1-1,5 juta per lapak.

Pasar Karetan juga membuka akses ekonomi bagi tiga desa sekaligus. Selain Segrumung, akses ekonomi juga didapat Desa Sasak dan Slamet. Familiar sebagai 3S, desa-desa ini setiap pekannya mendapatkan aliran kas Rp2-3 juta dari lahan parkir. Saat ini parkir menggunakan lahan milik sebuah pondok pesantren di sana.

“Pasar Karetan muncul dengan konsep unik. Destinasi digital ini memiliki udara segar khas hutan karet. Ada banyak wahana yang ditawarkan, diantaranya panahan. Bangunan yang didirikan juga kental dengan nuansa tradisional. Instagramable. Tak heran jika banyak yang penasaran ingin ke sini,” ucapnya.

Sementara Menteri Pariwisata Arief Yahya mengakui Pasar Karetan merupakan salah satu contoh destinasi digital yang berkembang. Menurutnya, dunia sudah sangat digital. Karena itu, harus pula ada transformasi digital. Kemenpar sendiri melakukan promosi pariwisata hingga 70 persen dengan media digital. Sebab, target utamanya sebagian besar adalah milenial.

“Pasar Karetan sangat kreatif dan inovatif. Konsep pasar digital ini tumbuh pesat. Sangat populer. Menurut saya, kunci sukses tidaklah rumit. Kalau mau luar biasa, lakukan saja hal-hal yang tak biasa. Tapi, di sini konteksnya positif,” tegasnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here