Jatim – Puncak Upacara Yadnya Kasada dipusatkan di Pura Poten, Kamis (18/7) dini hari. Sejak Rabu (17/7) sore, satu per satu perwakilan desa dari seluruh kawasan Tengger hadir membawa ongkek. Umumnya, ongkek berisi aneka hasil bumi sebagai persembahan atau sedekah.

Ritual tahunan ini membuat suasana sekitar Pura Poten di area lautan pasir, ‘hidup’ selama 24 jam. Tak hanya suku Tengger, banyak juga masyarakat sekitar dan wisatawan yang hadir. Sebagian dari pengunjung bahkan mendirikan tenda-tenda dan bermalam di sana. Beberapa di antaranya juga membuat perapian untuk mengusir dingin.

Keramaian pengunjung ini dimanfaatkan warga untuk mengais rezeki dengan menggelar dagangan di sekitar lokasi. Jadilah semacam pasar malam yang mayoritas diisi pedagang kuliner. Salah satu sumber menyebut, jumlah pedagang tahun ini membludak dua kali lipat dibanding tahun lalu.

“Yadnya Kasada memang event besar, khususnya bagi umat Hindu Tengger. Mereka berkumpul di Puri Poten untuk melakukan berbagai ritual. Seperti puja stuti para dukun pandita sekawasan Tengger, dan pemilihan para dukun atau pemuka adat, sekawasan Tengger,” kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Sinarto menambahkan, setelah semua ritual di Puri Poten selesai, dilanjut dengan melabuh sesembahan atau sedekah ke kawah Gunung Bromo. “Inilah ritual yang paling ditunggu dan menjadi daya tarik bagi wisatawan,” ujarnya.

Untuk sampai ke puncak Bromo, masyarakat harus menempuh perjalanan lebih dari 1 Km. Melewati padang dan bukit pasir, hingga akhirnya sampai di anak tangga menuju titik tertinggi Gunung Bromo. Bagi wisatawan yang kelelahan, bisa naik kuda yang disewakan warga dari Puri Poten sampai anak tangga.

Staf Khusus Menpar Bidang Publikasi dan Media Don Kardono menjelaskan, melabuh sesembahan atau sedekah biasa dilakukan umat Hindu Tengger pada rangkaian Upacara Yadnya Kasada. Jenis sedekah pun bermacam-macam. Mulai dari hasil bumi seperti kentang dan kol, kebutuhan sehari-hari, hingga hewan ternak.

“Seiring berjalannya waktu, ritual ini menjadi atraksi menarik bagi wisatawan, karena ada sebagian warga yang berburu sedekah. Berbekal alat tangkap, mereka menyongsong semua sedekah yang dilempar ke arah kawah. Ada juga pengunjung yang melempar uang sehingga menjadi rebutan para pemburu sedekah tersebut,” bebernya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, Bromo merupakan salah satu destinasi unggulan kelas dunia. Peminatnya bukan hanya wisatawan nusantara, tetapi juga mancanegara. Banyak sekali turis asing yang datang ke destinasi ini.

“Kini, dengan adanya Upacara Yadnya Kasada yang menjadi bagian dari Eksotika Bromo, tentu akan membuat kawasan wisata tersebut makin dikenal luas. Yang untung tentu bukan hanya Jawa Timur, tetapi juga Indonesia,” jelasnya.

Kepala Bidang Pemasaran I Area Jawa Kemenpar Wawan Gunawan memastikan, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru didukung aksesibilitas yang baik. Amenitas juga siap sehingga wisatawan tidak perlu khawatir terkait komponen 3A.

“Kawasan ini biasa diakses melalui Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, dan dilanjutkan perjalanan darat ke Bromo sekitar 2,5 jam. Sementara untuk amenitas, tersedia banyak akomodasi di sekitar lokasi acara. Baik berupa hotel maupun home stay,” tutur Wawan.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, Eksotika Bromo 2019 sangat pas bagi milenial. Selain artistik, ada banyak hal baru yang ditawarkan di sana. Milenial memiliki space sangat lebar untuk berkreasi.

“Dengan konsep instagramable, Eksotika Bromo akan menarik banyak wisatawan milenial, khususnya dari Asia. Terlebih, Asia memiliki potensi pasar milenial sebesar 57 persen. Eksotika Bromo menjadi event yang sayang untuk dilewatkan,” tandasnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here