JAKARTA – Pengamat politik Rocky Gerung dinilai gagal paham mengenai program Kartu Prakerja yang belum lama diluncurkan pemerintah. Rocky justru dinilai sedang mengusung misi lain dari pernyataan yang dilontarkannya. Dalam perbincangan di chanel Youtube, Rocky menyebut anggaran Rp 5,6 triliun untuk Kartu Prakerja sebagai perampokan digital.

Menurut Mahasiswa semester 2 Universitas Krisnadwipayana (Unkris) Noval Fahrizal Gunawan, pernyataan Rocky Gerung tersebut layaknya pernyataan orang gagal. Noval pun menyebut pihaknya sebagai Generasi Tolak Goblok.

“Rocky orang gagal. Dia boleh ngoceh apa saja, tapi ternyata juga gak mampu naikkan suara Partai Demokrat di tahun 2019 kemarin. Dan sekarang pun ia juga gak masuk struktur DPP Demokrat, justru ia terlihat lagi nyari muka sama AHY. Kasian,” kata Noval, Rabu (13/05/2020).

Tidak hanya Rocky, Noval juga menyentil pengamat hukum dari UI Andri W Kusuma yang mengatakan dalam mengakses video dalam paket yang disediakan Program Kartu Prakerja, masyarakat harus mengeluarkan uang untuk membeli paket data internet.

“Memang masyarakat mana yang tidak beli paket data? Presiden, menteri, sampai anak bocah alay juga main internet gak gratis. Semua harus membeli paket data. Kalo gak paham mending gak usah komentar, malah malu-maluin almamater,” papar Noval.

Ditegaskannya, mereka yang mengkritik kartu pra kerja adalah orang-orang dengan motif politik tertentu.

“Semangat kartu pra kerja adalah digitalisasi sesuai dengan industri 4.0, transparansi dan bersaing di era globalisasi. Jadi dapat dipahami banyak pelaku pungli yang senewen. Pelaku pungli pada marah dengan program digitalisasi ini. Mereka inilah para dinosaurus yang sudah usang cara berpikir dan metode-metode konvensionalnya,” tegas Noval.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here