TANGERANG – Krisis Virus Corona betul-betul mendunia. Badan Kesehatan Dunia, WHO melalui Direktur Jenderalnya, Tedros Adhanom Ghebreyesusus mengumumkan di Geneva Swiss bahwa Covid-19 sudah menjadi pandemi global, Rabu 11 Maret 2020.

Dalam kurun 3 bulan, virus yang melumpuhkan Wuhan, China itu sudah menginfeksi 126 ribu orang di 123 negara, dan 4.610 meninggal dari Asia, Eropa, AS hingga Afrika Selatan.

Kepanikan atas ancaman Virus Corona itu makin kuat, di seluruh kota di dunia. Sektor pariwisata paling berat mendapat tekanan, di seluruh dunia. Presiden Trump sudah mengumumkan tidak menerima visa kunjungan dari Eropa, minus Inggris.

Italia yang paling terdampak di Eropa juga membatasi orang masuk, dan keluar dari Negeri Menara Piza itu. Sampai Pemerintah Singapore dan banyak negara meminta warganya untuk mengurangi bepergian, dan lebih banyak di rumah.

Impact di 3 besar industri pariwisata, Atraksi, Akses, Amenitas (3A) sangat signifikan. Bali paling terasa imbasnya, sampai-sampai Angkasa Pura I yang mesin produksi utamanya ada di Bandara Ngurah Rai Bali, diprediksi Rp 270 M karena lesunya pergerakan penumpang.

Bagaimana dengan Angkasa Pura II? Yang mengelola 19 bandara, termasuk Soekarno Hatta Airport, Cengkareng? “Secara agregat, dari penerbangan domestik dan international, masih bertumbuh positif 4-5%, di tengah tekanan Covid-19 yang cepat dan mengglobal,” kata Muhammad Awaluddin, Direktur Utama Angkasa Pura II di Jakarta.

Kalau dilihat dari pertumbuhan jumlah penumpang, memang turun 1% di quarter pertama tahun 2020, dibandingkan periode yang sama, Januari Februari sampai 9 Maret 2019. Dari 22.664.180 penumpang menjadi 22.549.264 penumpang.

“Dengan tekanan Covid-19 yang begitu dahsyat, di seluruh dunia, kita turun 1% di 19 bandara itu masih Alhamdulillah. Kita berpacu dengan waktu, antara kecepatan menangkal Corona Virus dengan keganasan penyebaran virus itu sendiri,” jelas M Awaluddin.

Kalau dilihat dari angka itu, maka jumlah pengguna jasa terminal bandara di AP2 masih sangat besar dan ramai.

“Upaya maksimal yang kita lakukan adalah antisipasi agar bandara benar-benar menerapkan safety and security yang maksimal. “Preventif yang kuat. Cepat bergerak, cepat antisipasi, salah satu dari prinsip besar kami: moving forward,” tegas Awaluddin.

Dia mencontohkan soal campaigne yang tidak berhenti agar passangers merasa secure dan safety, saat berada di 19 bandara yang dikelola AP2, terutama Soekarno Hatta Jakarta. “Misalnya membuat jalur khusus, perlakuan khusus buat pemegang passport dari Korea Selatan, Italia dan Iran,” kata Awaluddin.

Lalu pemeriksaan suhu, persiapan tempat isolasi, dengan segala penanganannya. “Semua dijalan dengan standar operational.yang prima. Ini bagian dari kepercayaan publik, tetap menggunakan fasilitas terminal di tengah krisis corona,” paparnya.

Lalu bagaimana dari sisi bisnisnya? “Dulu, AP2 lebih banyak bertumpu pada Aero, dari PSC, passanger service charge. Saya genjot Non Aero nya, yang didorong menjadi lebih besar persentasenya. Kalau strategi ini tidak saya.ambil sejak 2 tahun silam, tentu kita babak belur saat terimbas Corona ini,” ungkap Awaluddin.

Bisa dibayangkan, ada pembatalan 735 penerbangan. Per 5 Februari 2020, seluruh penerbangan ke Tiongkok dihentikan. “Beruntung, penerbangan internasional itu porsinya 25% dari total aero di Angkasa Pura 2, sisanya domestik, dan itulah yang terus kami dorong untuk tumbuh,” kata dia.

Dua bulan, Januari-Februari 2019 lalu pendapatan dari sektor Non Aero sebesar Rp 574,6 miliar. Nah, tahun 2020 ini dalam periode yang sama Angkasa Pura II mendapatkan pendapatan dari Rp 936,6 miliar.

“Kami.berharap teror virus corona ini selesai selesai, tidak berlama-lama, agar semua bisnis menjadi normal kembali. Bisnis non aero itu apa saja? Ada land banking, rental space, tenant retail, advertising space hingga food and bavarage,” paparnya.

Seberapa besar, pertumbuhan non aero itu? Januari Februari 2019, revenue streams dari Non Aero mencapai Rp 1,4 T, sedangkan 2020 ini menembus Rp 1,8T. Hampir 25% kenaikan.

Sebenarnya, kata Awaluddin jumlah pergerakan pesawat atau penerbangan naik 9% dari akumulasi 19 bandara. Dari triwulan 1 tahun 2019 terdapat 186.084 pergerakan, naik menjadi 203.064 pergerakan pesawat di 2020. Jumlah penumpang yang berkurang 1%.

“Semoga teror corona virus segera berakhir, dan industri yang bergerak di akses, seperti airport maupun airlines kembali normal,” harap Awaluddin.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here