BANYUASIN – Sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, harus terus menjaga produktivitasnya sekaligus menjaga ketahanan pangan nasional. Hal ini dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan alat dan mesin pertanian.

Apresiasi diberikan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) untuk pertanian Banyuasin yang mampu memproduksi beras dalam jumlah besar.

“Produksi beras di Banyuasin sangat tinggi. Oleh karena itu, Banyuasin menjadi lumbung padi nomor satu di Sumatera Selatan dan masuk dalam empat besar penyumbang pangan nasional. Kita berharap Banyuasin bisa terus meningkatkan produksinya. Petani Banyuasin bisa memanfaatkan alsintan agar hasil panen lebih maksimal dan losses lebih sedikit,” tutur Mentan SYL, Rabu (29/07/2020).

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian, Sarwo Edhy mengutarakan hal serupa. Ia berharap Banyuasin bisa memaksimalkan penggunaan alsintan untuk mendukung aktivitas pertanian.

“Dengan alsintan, indeks pertanaman bisa meningkat. Karena, pekerjaan menjadi lebih efektif dan lebih singkat. Misalnya untuk mengolah lahan, jika cara lama membutuhkan waktu berhari-hari namun dengan alsintan jenis traktor pengolahan lahan hanya hitungan jam. Petani pun bisa menanam lebih cepat dan panen lebih awal sehingga ada waktu untuk kembali menanam,” tuturnya.

Sarwo Edhy menjelaskan jika alsintan bukan hanya untuk mengolah lahan. Ada juga alsintan untuk menanam, panen, hingga pasca panen.

“Jika semua jenis alsintan ini bisa dimaksimalkan petani, hasil pertanian dipastikan akan semakin meningkat,” ujarnya.

Sementara Bupati Banyuasin, Askolani, beberapa waktu lalu mengatakan wilayahnya berhasil memproduksi sebanyak 519 ribu ton beras. Hal ini yang menjadikan Banyuasin lumbung pangan nomor satu di Sumsel dan empat besar nasional.

Ia menjelaskan, dalam pengelolaan lahan pertanian para petani sudah memakai hand traktor roda empat. Sebab itu bisa membajak sawah sampai 4 sampai 5 hektare, karena dengan cara biasa dalam waktu sepekan hanya bisa satu hektare lahan.

‘’Seperti Desa Sungai Pinang, Kecamatan Pantau Bayur ini masih tergantung dengan alam, tentunya dengan teknologi baru ini kita akan perbaiki irigasi dan tanggul, bahkan yang tidak ada akan dibuatkan,’’ tambah dia.

Dikatakan Askolani, dalam hal ini juga ada empat strategi penting. Menurutnya, pertama peningkatan mutu bibit unggul yang diberikan ke para petani di wilayahnya, kemudian pupuk, hingga peralatan yang lebih modern.

‘’Selama ini petani pakai tradisional. Berkat bantuan pemda dan pusat, jadinya kita sudah modern. Dimana air laut kita bisa alirkan ke persawahan di Banyuasin, dengan cara sistem pompanisasi,’’jelasnya.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here