BANDUNG – Program industrialisasi pertanian semakin mengakar. Melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, penguatan pertanian hilir pun diberikan. Hasilnya, petani berpotensi mendapatkan income hingga 12 kali melalui program hilirisasi pertanian.

“Potensi bisnis pertanian sangat besar. Sebelum dijual ke pasaran, hasil pertanian kini harus diolah lebih dahulu. Kalau diolah, maka hasilnya akan berlipat-lipat bahkan hingga 12 kali lipat,” ungkap Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, Senin (8/3).

Potensi besar hilirisasi pertanian terpotret dalam salah satu lokasi Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Al-Mukhlis, Roke Banjaran, Kabupaten Bandung dibawah binaan Pusat Pelatihan Pertanian BPPSDMP dengan komoditas utama tanaman padi/beras.

Mengembangkan konsep hilirisasi pertanian, produk P4S Al-Mukhlis pun berkembang. Selain beras organik, mereka juga mengembangkan konsep restoran. Produknya tumbuh pesat dengan unit produksi komoditas kangkung dan genjer. Ada juga unit produksi ternak ayam kampung, bebek, entog, angsa, kalkun, puyuh, kambing, perikanan, hingga Mogot.

Perlu diketahui, Mogot merupakan belatung pengurai sampah. Dalam perkembangan fungsinya, Mogot digunakan sebagai pakan ikan dan ayam. Dedi menambahkan, unit produksi pertanian P4S Al-Mukhlis memberikan beragam keuntungan ekonomi seiring diberikannya sentuhan ilmu dan teknologi.

“Mereka mampu mengembangkan bisnisnya, artinya potensi income-nya semakin maksimal. Petani sekarang harus mau berinovasi dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kalau itu dijalankan, hasilnya secara ekonomi akan maksimal. Pertanian pun memberikan prospek masa depan bagus,” lanjut Dedi.

Menegaskan nilai ekonominya, program hilirisasi pertanian versi P4S Al-Mukhlis menjadi jaminan kesejahteraan 10 kelompo tani anggotanya. Total ada 400 petani yang berhasil diberdayakan secara optimal. Sebagai gambaran tingginya nilai ekonomi hilirisasi itu, produk beras organik yang sudah dikemas dijual Rp20 Ribu/Kg. Untuk harga beras premium hanya Rp11 Ribu/Kg, banderol beras biasa Rp9 Ribu/Kg lalu Rp3.600/Kg bagi gabah.

Untuk unit produksi lain, keuntungan maksimal diberikan dari komoditi kangkung. Bila dijual biasa, 1 ikat kangkung dihargai Rp2 Ribu. Setelah diolah, kangkung dihargai Rp17 Ribu/Piring. Padahal, 1 ikat kangkung bisa diolah menjadi 4 piring hidangan. Dedi menjelaskan, diperlukan transformasi lebih dari petani untuk mendapatkan hasil maksimal.

“Harus ada transformasi dari petani agar pendapatannya semakin tinggi. Tidak usah takut kekurangan modal karena ada KUR. Semakin kompetitif, bunga yang diberikan melalui KUR juga sangat rendah. Yang pasti, semakin ke hilir maka keuntungan yang didapatkan lebih besar. Minimal 4-5 kali lipat, bahkan bisa sampai 12 kali lipat,” jelas Dedi.

Menawarkan beragam kemudahan permodalan, P4S Al-Mukhlis mengembangkan sistem pola tunda jual. Familiar sebagai resi gudang, pola ini mewajibkan petani memberikan agunan berupa 2-4 Ton gabah premium sebagai jaminan. Modal uang lalu diberikan dengan menghitung jumlah gabah agunan dikalikan Rp7 Ribu/Kg. Nantinya, petani wajib menjual hasilnya minimal 70% kepada lembaga tersebut.

“Kami menerapkan konsep hilirisasi ini sesuai arahan Kementan. Ada banyak bantuan yang sudah diberikan pemerintah. Kami memang sangat yakin, hilirisasi pertanian memberi income yang besar. Produk ikutannya sangat banyak. Kami akan terus berinovasi untuk mengembangkan pertanian menjadi industri yang bagus bagi petani di sini,” tegas Ketua P4S Al-Mukhlis Nono Sutrisno Sambas.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here