www.INDONESIATRAVEL.NEWS, Pagi ini, 28 Februari 2018, wajah Prof Dr HM Ahman Sya, Deputi Bidang Kelembagaan Kemenpar terlihat cerah. Dengan batik warna biru, profesor asli Jawa Barat ini bakal back to campus, setelah mendedikasikan keilmuan dan pengalamannya di Kementerian Pariwisata selama 5 tahun.

Berikut wawancara dengan deputi yang berkacamata itu. Apa kabar Prof Ahman?

Baik, terima kasih.

Bagaimana dengan capaian angka Wisatawan Mancanegara bulan Januari 2018 ini?

Kalau data resmi BPS Badan Pusat Statistik belum dirilis. Semoga bisa tembus di atas 1 juta wisman, meskipun awal Januari 2018 ini masih terdampak erupsi Gunung Agung Bali. Seperti Anda ketahui, 40% wisman itu masuk via Bandara Ngurah Rai Bali. Begitu Pulau Dewata ini terkena pengaruh aktivitas vulkanik, dampaknya menasional.

Wisman itu ke Indonesia, selalu ingin ke Bali. Pintu masuknya bisa direct flight ke Bali, bisa juga via Jakarta, Manado, Surabaya, Medan dan lainnya. Karena itu ketika bandara Bali ditutup, dampaknya nasional.

Oh, Prof Ahman, ada yang bertanya soal akurasi data yang dirilis Kemenpar? Apakah datanya akurat? Kredibel? Bisa dijadikan acuan?

Hahaha… Pertanyaan Anda itu bikin saya geli. Itu sudah jelaslah. Pak Menpar Arief Yahya itu background nya IT, selalu menggunakan benchmark, selalu di kalibrasi dengan global standard, sangat detail dengan angka-angka.
Beliau sadar betul, yang berada di bawah Kemenpar adalah industri, beliau sendiri mantan dirut di korporasi besar, yang selalu menggunakan data. Tidak mungkin bertaruh reputasi soal data.

Kalau soal perhitungan devisa?

Devisa sektor Pariwisata diperoleh berdasar pada data yang bersumber dari BPS dan dihitung berdasarkan ARPU —Average Revenue Per User—. Ada faktor spending wisman dan rata-rata lama tinggal di tanah air, yang disurvei oleh PES, Passenger Exit Survey.

Nah, bagaimana dengan data 2016?

Oh, Anda menanyakan data lama, 2016 ya. Sebentar saya mesti buka HP dulu, biar akurat.

BPS pada bulan Juni tahun 2017 merilis buku Statistik Indonesia. Nah pada buku tersebut tercantum bahwa di tahun 2015 pengeluaran rata-rata wisman per kunjungan: 1208,79 USD.

Litbang Kemenpar melakukan perhitungan sementara sebagai proyeksi devisa sektor Pariwisata 2016. Perhitungan dilakukan menggunakan data valid yang resmi dan masih berlaku, yaitu data tahun 2015 yang sudah dirilis oleh BPS.

Metode penghitungan proyeksi devisa sektor Pariwisata 2016, sudah menggunakan prinsip kehati-hatian dengan pendekatan atau asumsi yang konservatif.

Pengeluaran rata-rata wisman per kunjungan dikalikan jumlah wisman, 1.208 USD x 11,5 juta wisman = 13,8 Miliar USD.
Maka angka proyeksi devisa tahun 2016 menjadi 13,5 milyar USD, setelah dilakukan penghitungan yang konservatif.

Prof Ahman, bagaimana dengan wisman Tiongkok? Yang sering disebut-sebut, suka berisik, ngomongnya keras-keras, gak mau antre, bahkan —maaf— “jorok”?

Ini juga isu lama. Dan sudah sering dijelaskan Pak Menteri. Tapi oke deh, saya review lagi.

1. Tidak semua wisman Tiongkok itu kelas bawah, spending rata-rata nya 1.018 USD per kunjungan, 143 USD per hari dan 7 hari length of stay per kunjungan tahun 2016.

2. Jumlah outbound China itu lebih dari 130 juta orang per tahun, menyebar ke seluruh penjuru dunia, yang ke Indonesia tidak sampai 2%. Semua negara di dunia berpromosi untuk mendapatkan wisatawan Tiongkok.

3. Kalau soal tradisi atau budaya yang berbeda, itu tentu melalui proses yang tidak serta merta, butuh waktu, mereka harus menyesuaikan budaya negara-negara destinasi wisatanya. Keluhan ini juga dirasakan di Prancis, Swiss, dan banyak negara Eropa lain. Itu yang harus kita edukasi perlahan-lahan.

Nah bagaimana dengan kebijakan Bebas Visa Kunjungan? Ada yang menyebut lebih banyak negatifnya, lebih banyak memberi akses buat bandar narkoba daripada turis?

Wah.. wah.. Serem banget ini pertanyaannya. Begini ya, risiko itu selalu ada, setiap kita melangkah maju, di semua bidang. Karena itu di corporasi ada Risk Management, yang memikirkan, mengantisipasi, dan menindak jika terjadi penyimpangan. Negara juga sama, ada Imigrasi dan Kepolisian yang salah satu tugasnya memfilter dan menindak yang melanggar aturan.

Lagi-lagi, kami menggunakan data 2016 yang dirilis sudah sejak 2017 lalu. Ini juga data yang sudah lama dan sudah pernah diperdebatan. Rata-rata ada kenaikan 13,9% sejak diberlakulan BVK.

Pertumbuhan kunjungan tertinggi terjadi pada wisatawan Tiongkok 57,45%, India 46,82%, Mesir 39.64%, Bahrain 38,81%, Rusia 34,07%, Inggris 21,91% dan seterusnya.

Kita juga akan mengevaluasi, pada negara-negara yang tidak efektif dengan kebijakan BVK itu. Ada 49 negara yang kunjungannya wisman kecil, karena itu akan diusulkan kembali ke Kemenkumham dari BVK ke VOA (Visa on Arrival).

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here