JAKARTA – Optimisme pulihnya perekonomian nasisonal terus ditebarkan Indonesia. Tahun 2021 jadi momentum Indonesia bekerja kembali. Mengembangkan usaha dan memanfaatkan setiap peluang yang ada. Apalagi, pertumbuhan perekonomian Indonesia diprediksi berada di rentang 4,5% hingga 5,5%.

“Tahun 2021 saatnya bekerja kembali dan mengembangkan usaha. Terus optimistis memanfaatkan tiap peluang. Parameter pengungkitnya juga sangat jelas,” jelas Manteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Salah satu pengungkit terbesar perekonomian adalah vaksin anti Covid-19. Pemerintah sebelumnya sudah mendatangkan vaksin tersebut ke tanah air. Produk yang dipilih adalah Sinovac asal Tiongkok dengan jumlah 1,2 Juta dosis vaksin jadi. Pada Januari 2021, ada 1,8 Juta dosis vaksin jadi Sinovac yang akan datang. Selain itu, ada juga 15 Juta dosis vaksin berbentuk bahan baku.

Selain Sinovac, pemerintah membidik 5 brand vaksin lainnya. Ada Astra Zeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, BioNTech, hingga produk PT Bio Farma. Untuk pengadaan vaksin Covid-19 pada 2021, anggaran Rp73 Triliun sudah disiapkan. Lalu, sebanyak 74,5% atau Rp54,4 Triliun adalah limpahan anggaran dari slot 2020 yang tidak terserap. Rinciannya adalah, Rp18 Triliun berasal dari slot cadangan. Lalu, sebanyak Rp36,4 Triliun adalah dana Kesehatan yang masuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Vaksinasi tetap menjadi game changer ekonomi nasional. Menjadi pengungkit ekonomi yang bagus. Dan, sesuai arahan presiden, vaksinasi sudah bisa diberikan pada januari nanti,” terang Airlangga.

Selain vaksinasi, Indonesia juga memiliki amunisi pendorong ekonomi melalui UU Cipta Kerja. Apalagi, pemerintah juga gencar memberikan stimulus penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, hingga keberpihakan ekonomi kepada UMKM. Pemerintah juga menyiapkan daftar prioritas investasi dan pembentukan lembaga Pengelola Investasi yang didukung beberapa negara. Modal awalya USD6 Miliar.

“Ada banyak peluang dan potensi yang bisa dkembangkan. Ekonomi juga akan didorong oleh program ketahanan pangan, pengembangan kawasan industri, dan mandatori program B-30 yang melibatkan 17 Juta orang tenaga kerja. Lainnya, adalah program padat karya dan ekonomi digital,” ungkapnya lagi.

Lebih lanjut, pemulihan ekonomi juga bisa dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang kini berjumlah 6.100 pada Desember ini. Indeks pemulihan sektor manufaktur juga mencapai 50,6. Untuk nilai komoditas, CPO, nikel, dan logam mulia menjadi safe heaven. Pangsa ekspor juga terbuka kembali dengan penandatanganan RCEP antara ASEAN dengan Tiongkok, Jelang, Australia, dan Selandia Baru.

Secara umum, dorongan ekonomi juga bisa dilihat dari beragam kerjasama yang dilakukan Indonesia. Sebut saja, ada kerjasama Indonesia dengan EFTA, CEPA Australia, CEPA Korea, dan perpanjangan GSP. Kerjasama itu bisa ditingkatkan menjadi limited trade agreement. Kerjasama tersebut otomatis mendorong kinerja dari ekspor dan perbaikan posisi Indonesia di global value chain.

“Pemerintah terus melakukan segala hal terbaik untuk menaikan perekonomian Indonesia. Dengan kinerja luar biasa tersebut, masyarakat tentu optimistis bisa mendapatkan lagi kesejahteraannya secara maksimal. Piranti untuk membuat semua maju secara ekonomi sudah dimiliki Indonesia. Kinerja tim ekonomi harus diapresiasi,” kata Pengamat Politik Ari Bahari.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here