BANDA ACEH – Pembukaan Festival Saman 2019, Senin (19/8) malam, berlangsung meriah. Terlebih, hadir Tari Ratoh Jaroe yang dirangkai dengan penampilan Saman Gayo. Kedua tarian ini dibawakan massal. Festival Saman 2019 berlangsung di Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh.

Festival Saman salah satu even yang masuk dalam 100 Calendar of Event nasional. Dan menjadi Aceh’s 3 Top Even. Kegiatan ini dibuka Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah. Hadir juga sejumlah pejabat daerah, dan Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin.

Dalam kesempatan itu, Kadisbudpar Aceh, Jamaluddin mengajak seluruh wisatawan hadir di Festival Saman.

“Tari Saman bukan sekadar kesenian. Tarian ini menyiratkan tentang kebudayaan yang filosofis. Sementara di luar Gayo Lues, Saman cenderung dikenal sebagai jenis kesenian tari,” papar Jamal.

Dalam perhelatan kali ini, Disbudpar menghadirkan grup Saman di luar Gayo Lues sebagai peserta lomba. Mereka juga akan merasakan dan menyaksikan interaksi Saman secara sosio-kultural dengan masyarakat Gayo Lues. Sehingga, mampu menjadi bagian dalam struktur sosial masyarakatnya.

“Saman di Gayo Lues merupakan hal yang lumrah. Namun, bagaimana group Saman daerah lain bertandang ke kampung jawara untuk menjadi juara. Inilah yang menariknya,” kata Jamaluddin yang didampingi Plt Sekretaris, Suburhan.

Festival Saman sendiri digelar 18 hingga 21 Agustus. Tema yang diangkat “Pancarkan Cahaya Aceh Melalui Seni Budaya”. Festival ini didukung Kementerian Pariwisata RI, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta Dinas Pariwisata Kabupaten Gayo Lues yang berlangsung di Lapangan Seribu Bukit kecamatan Bebesen, Kota Blangkejeren.

“Festival Saman akan dibuka oleh Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah pada Senin malam,19 Agustus 2019,” sebut Jamal.

Plt Sekretaris, Suburhan, menambahkan, tari massal Ratoh Jaroe dan Saman ditujukan untuk meluruskan paradigma yang keliru mengenai Ratoh Jaroe sebagai Saman.

“Ratoh Jaroe adalah seni kreasi sementara Saman yang diakui sebagai warisan budaya tak benda Milik Dunia oleh UNESCO, bukan hanya merupakan seni tradisi, namun bagi masyarakat Gayo Lues, Saman adalah Kebudayaan,” kata Suburhan.

Selain perlombaan tari Saman Acara Festival Saman juga merupakan bagian dari rangkaian acara indosiana, yang juga diisi dengan kegiatan yang bersifat edukasi dalam implementasinya untuk lebih mengenal budaya Gayo Lues.

“Salah satunya adalah pegelaran seminar Saman yang diprakarsai BPNB (Badan Pelestarian Nilai dan Budaya) wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Selain itu beberapa artis daerah Gayo Lues yang menampilkan performanya,” kata dia lagi.

Terpisah, Kabid Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhani mengatakan, Festival Saman di Gayo Lues juga menampilkan pentas musik. Akan hadir beberapa penyanyi lokal Aceh, serta ditutup dengan penampilan Rialdoni pada 21 Agustus 2019.

“Penyanyi lokal Aceh akan ikut menghibur pengunjung Festival Saman 2019 dengan lagu berbahasa Aceh maupun Gayo yang lagi hits di masyarakat. Performa ini akan hadir di Festival Musik The Light of Aceh dalam rangka memeriahkan Festival Saman 2019,” demikian pungkas Rahmadhani.

Selain Festival Musik The Light of Aceh yang ikut meramaikan Festival Saman 2019, Museum Aceh ikut serta juga meramaikan festival yang masuk 100 Top Kalender Even Pariwisata Indonesia dan 3 Top Kalender Even Aceh dengan pameran sejarah Aceh.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, mengatakan Aceh sangat beruntung memiliki Tari Ratoh Jaroe dan Saman. Sebab, dua tarian ini sudah dikenal di mancanegara.

“Dan saat Asian Games lalu, Tari Ratoh Jaroe mampu menghipnotis dunia lewat keindahan dan kekompakan gerakan penarinya,” papar mantan Dirut PT Telkom itu.

Ia berharap masyarakat Aceh terus menjaga dan melestarikan dua tarian yang sangat khas ini.

“Yang harus diingat, budaya itu semakin dilestarikan akan semakin menghasilkan. Akan semakin tinggi nilainya,” tutur menteri asal Banyuwangi itu.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here