www.INDONESIATRAVEL.NEWS–Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali telah memasuki usia ke-40. Di tahun 2018 ini, target besar dicanangkan. Tidak hanya itu, STP Bali sangat menyuarakan konsep Nomadic Tourism di Pulau Dewata.

Target besar STP Bali disuarakan dalam Dies Natalis, 27 Maret lalu. Perayaannya digelar di Aula Joop Ave STP Bali. Target besar yang dicanangkan antara lain, 40 penelitian individu, rata-rata 3 penelitian per dosen, hingga 40 publikasi jurnal tidak terakreditasi. Ada juga 20 publikasi jurnal ilmiah nasional terakreditasi.

Bukan hanya itu, STP Bali juga berencana membuat 8 publikasi jurnal ilmiah internasional terakreditasi. Mereka juga optimistis menghasilkan rata-rata 2 program PKM per dosen.

Ada juga 12 program untuk pendampingan desa wisata, selain 4 program pendampingan DTW. Ketua STP Bali Dewa Gede Ngurah Byomantara mengungkapkan, STP Bali semakin matang dalam mengaplikasikan keilmuannya.

“Usia ke-40 membuat STP Bali semakin matang. Kami memiliki beberapa target yang harus dipenuhi, selain beberapa capaian tahun lalu. Yang jelas, keilmuan kami didedikasikan untuk masyarakat luas. Kami selalu berharap itu menjadi alternatif solusi,” ungkapnya, Sabtu (31/3).

Sepanjang 2017, capaian manis ditorehkan STP Bali. Kalangan akademisi ini sukses menelorkan 30 penelitian individu plus 16 penelitian secara kelompok. Sebanyak 24 publikasi jurnal ilmiah juga mereka hasilkan. Memberikan input bagi umum, ada 24 program pengabdian masyarakat yang sudah mereka lakukan.

Byomantara menambahkan, misi pengabdian masyarakat sesuai dengan konsep STP Bali.

“Kami terus fokus kepada beragam jenis pengabdian kepada masyarakat. Sebab, STP Bali ini memang diperuntukan bagi masyarakat. Apa yang kami ketahui sedikit banyak harus sampai ke masyarakat,” kata Byomantara lagi.

Memanfaatkan momentum Dies Natalis, STP Bali juga membuka forum diskusi. Tema yang dipilih Nomadic Tourism, Wisata Pendidikan, hingga Digitalisasi & Wisata Event Dalam Pengembangan Destinasi. Konsep Nomadic Tourism dinyatakan sangat ideal diterapkan di kawasan Badung. Harapannya bisa mengatrol perekonomian masyarakat melaui konsep homestay.

“Nomadic Tourism ini isu yang sedang hangat. Konsepnya juga bagus. Nomadic Tourism sangat cocok dikembangkan di Bali, khususnya Badung. Konsepnya simpel, tapi manfaat dan efeknya terhadap perekonomian sangat positif. Konsep ini memang sedang gencar dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata. Jadi, kami harus mendukung dan memberi perhatian lebih,” tuturnya lagi.

Konsep Nomadic Tourism ini mengajak wisatawan untuk menetap di destinasi tertentu. Keunikannya, amenitas yang digunakan itu dibuat portable dan dapat berpindah-pindah sesuai mobilitas wisatawan.

Membangun amenitas Nomadic Tourism sangat simpel. Untuk amenitas bisa terpenuhi dengan Caravan, Glamping, juga Home Pod. Untuk aksesibilitas bisa menggunakan Seaplane, Helicity, juga Live On Board.

Ada tiga jenis wisatawan dalam Nomadic Tourism. Pertama Glampacker yang berjumlah 27 juta orang. Kelompok Glampacker ini merupakan pengembara yang gemar mendatangi destinasi instagramable. Ada juga 7,7 juta orang Luxurious Nomad atau Luxpacker yang mengembara untuk melupakan dunia. Sisanya adalah Digital Nomad atau Flashpacker dengan populasi 5 juta orang.

“Setelah Rakornas Kemenpar I/2018 dengan tema Digital Destination dan Nomadic Tourism, kami jadi semakin memahami pentingnya konsep ini. Bali punya banyak potensi untuk mengembagkan Nomadic Tourism. Spotnya sebenarnya ada banyak. Konsep Nomadic Tourism ini bahkan menjadi daya tarik lain, apalagi Bali itu destinasi nomor satu untuk digital,” tegas Byomantara lagi.

Mendukung berbagai konsep pengembangan pariwisata di Bali, Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Rizki Handayani mengingatkan soal kebersihan.

“Selain menjadi motor penggerak pariwisata, STP Bali juga harus memberikan contoh pengelolaan sampah di Bali. Beragam kegiatan penanganan sampah ini bisa dipublikasikan melalui media sosial dan youtube sebagai bukti kepedulian kepada lingkungan,” ujar Kiki sapaan Rizki Handayani.

Kampanye penangulangan sampah melalui media sosial ini tampaknya menjadi upaya preventif. Sebab, Bali harus memproteksi diri dari berbagai serangan hoax soal sampah. Dan, Pulau Dewata memang punya formula paten melalui TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat). Melalui TOSS sampah diolah jadi sumber energi baru.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menerangkan, Bali akan terus tumbuh besar.

“Posisi STP Bali ini sangat strategis untuk berbagai hal. Dengan kemampuan akademisinya, mereka bisa jadi solusi sekaligus penggerak pariwisata di Bali. Kami tunggu inovasi dari penerapan konsep STP Bali terkait Nomadic Tourism dan lainnya. Kami yakin, pariwisata Bali akan terus tumbuh seiring dengan peran besar STP Bali ini,” pungkas Menpar. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here