www.INDONESIATRAVEL.NEWS–Indonesia memiliki banyak daerah wisata yang terpencil dan sulit dijangkau. Namun, hal ini dapat diatasi dengan aksesibilitas ala nomadic tourism. Yaitu menggunakan seaplane, helicity, dan live on board.

Menurut CEO Airfast, Arief Wibowo, seaplane menjadi salah satu moda tranportasi yang mampu diunggulkan. Apalagi untuk menjangkau destinasi di daerah-daerah terpencil. Ada dua jenis seaplane yang bisa digunakan.

“Ini yang harus kita ketahui. Ada seaplane yang memang melayani penerbangan dari laut ke laut, atau dari pantai ke pantai, dan lainnya. Tapi, ada juga seaplane yang melayani perjalanan sea to land, atau dari laut ke darat dan sebaliknya,” tutur Arief Wibowo.

Hal itu disampaikannya, Jumat (23/3), saat menjadi pembicara di ajang Rakornas Pariwisata I/2018. Rakornas di Nusa Dua, Bali, membahas digital destination dan nomadic tourism.

Dijelaskan Arief Wibowo, kelebihan seaplane adalah mampu menjangkau tempat-tempat yang tidak mampu dicapai pesawat jenis jet dan lainnya. Selain itu, seaplane tidak membutuhkan lokasi khusus seperti bandara.

“Seaplane itu atraktif dan menarik. Karena, akses yang dijangkau lebih luas. Seaplane bisa menjangkau lokasi yang tidak bisa dijangkau pesawat jet, atau pesawat penumpang yang lebih besar. Mengapa, karena pesawat besar itu membutuhkan landasan. Sedangkan seaplane tidak memerlukan itu,” katanya.

Karena sifatnya bisa dari laut ke laut hingga darat ke laut, permasalahan yang dialami seaplane adalah regulasi. Terutama jika ingin membuka rute ke luar negeri.

“Apalagi kalau kita ingin membuka rute internasional. Regulasi ini akan menyulitkan. Karena, kita tidak memiliki bandara untuk izin. Kan ini tidaksama dengan pesawat umumnya. Tapi, jika kondisi ini mampu diatasi, potensi datangnya wisatawan mancanegara sangat tinggi,” katanya.

Dijelaskannya, dengan kondisi Indonesia yang berupa negara kepulauan, seaplane akan sangat membantu.

“Indonesia sangat tepat untuk menjadikan seaplane sebuah solusi untuk menunjang nomadic toursim. Karena, seaplane sudah diterapkan disejumlah negara untuk mengangkat destinasinya. Seperti di Maladewa. Selain itu, seaplane juga telah diterapkan di Kanada,” katanya.

Menurut Arief, seaplane milik Airfast telah melayani sejumlah lokasi. Khususnya di wilayah Indonesia Timur. “Seaplane juga akan kita bawa ke sejumlah lokasi. Terutama Belawan dan Karimun Jawa,” jelasnya.

Airfast juga mulai mendeteksi sejumlah lokasi yang bisa dilayani dengan seaplane milik mereka.

“Aircraft Indonesia sudah berdiri selama 46 tahun. Kita memiliki 22 pesawat. Tapi, dari jumlah itu 20 diantaranya adalah aircraft. Sisanya seaplane. Armada seaplane kita memang masih sedikit. Tapi, akan segera kita lengkapi. Apalagi kita juga mulai mendetek lokasi yang bisa kita layani. Dan yang banyak di kawasan Indonesia Timur,” ujarnya.

Arief juga mengungkapkan success story perusahaannya menjalankan seaplane bisnis.

“Kita men-setup dan menyiapkan segalanya dari zero. Kita siapkan selama 7 bulan. Kita memulainya dari Pulau Bawah Anambas. Tempat ini adalah lokasi terbaik untuk pairtimes para turis. Kemudian kita mulai ada juga project lain, termasuk Halmahera,” katanya.

Dijelaskannya, hal terpenting dalam seaplane adalah menjamin keamanan dan kenyamanan.

“Kita harus menjamin penerbangan safe and secure. Apalagi untuk daerah terpencil. Dengan alasan itu, kita sekarang masih menggunakan pilot asal Kolombia dan Amerika. Karena Indonesia belum ada seaplane. Dan ini tidak sama dengan pesawat biasa,” paparnya.

Akses nomadic tourism juga bisa dilakukan dengan helicity. Menurut Denon Prawiraatmaja, CEO Whitesky Aviation, helicity sangat membantu bagi mereka yang butuh kecepatan saat beraktivitas. Namun, harganya relatif mahal. Helicity milik Whitesky Aviation sendiri baru beroperasi selama 3 bulan.

“Helicity baru diluncurkan 3 bulan lalu. Pak Menteri Pariwisata pun hadir. Tantangannya, harga heli lebih tinggi. Dan kami harus duduk dengan sejumlah stakeholder membahas hal ini. Melalui proses belajar. Kita akhirnya dapat formula untuk diterapkan di Indonesia. Harga untuk sekali terbang di dalam kota Jakarta sekitar Rp5 juta. Sedangkan rute Jakarta-Bandung Rp12 juta. Tapi penerbangan itu dibagi rata. Penumpang maksimal adalah 4 orang. Yang artinya jumlah itu dibagi rata untuk empat orang,” tuturnya.

Menurut Denon, sebelum menjadi penunjang kegiatan pariwisata, helicity lebih banyak melayani korporasi. Perusahaan-perusahaan. “Namun, kita juga melayani kegiatan indiviual. Seperti person VIP. Kita melayani kebutuhan mereka,” ujarnya.

Sekarang Helicity menjadi salah satu moda pariwisata. Selain Jakarta-Bandung, heli ini juga melayani penerbangan Nusa Dua-Nusa Penida, Nusa Dua-Gili Trawangan, juga Nuda Dua-Lombok.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, sangat gembira dengan kesiapan seaplane dan helicity untuk mendukung nomadic tourism.

“Indonesia memang bukan yang pertama menerapkan nomadic tourism. Tapi, kita punya potensi untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat wisata nomadic terbaik di dunia. Untuk itulah semua hal-hal yang bersangkutan harud dibenahi. Harus dilengkapi. Sehingga wisatawan yang datang memiliki banyak pilihan,” tuturnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here