www.INDONESIATRAVEL.NEWS, JAKARTA – Kekayaan wisata bahari Indonesia menjadi andalan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) untuk menjaring wisatawan mancanegara. Kekayaan ini dibawa ke Boot Dusseldorf di Dusseldorf, Jerman, 19- 27 Januari 2019. Boot Dusseldorf merupakan pameran pariwisata bertema bahari dan maritim terbesar di Eropa.

“Partisipasi Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pariwisata, pada pameran wisata bahari Boot Dusseldorf tentunya untuk menjaring wisatawan Jerman pada khususnya dan wisatawan Eropa pada umumnya,” jelas Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenpar Nia Niscaya didampingi Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran II Regional IV, Kemenpar Agustini Rahayu, Jumat (18/1).

Kegiatan Boot Dusseldorf merupakan ajang Kemenpar dan industri pariwisata Indonesia untuk mempromosikan destinasi bawah laut. Juga aktivitas yang terkait wisata bahari. Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan wisata bahari. Seperti diving, snorkeling, maupun cruise. Apalagi, beberapa diving spot seperti Wakatobi, Raja Ampat, dan Bunaken telah menjadi perhatian dunia internasional.

“Agar dapat mempromosikan destinasi bahari Indonesia lebih efekstif, sebanyak 12 industri pariwisata Indonesia, 3 (empat) Tour Operator/Travel Agent/DMC dan 9 (sembilan) Hotel/Resort yang berasal dari Papua, Sulawesi, Bali, dan Maluku bergabung di Paviliun Indonesia,” kata Nia.

Wonderful Indonesia akan menempati lahan seluas 102 m2 di Hall 3A85. Pada 2018, pameran ini diikuti oleh 1.800 exhibitors dari 60 negara dengan total luas lahan 220.000 m2 yang terdiri dari 17 hall. Sebagian besar exhibitors berasal dari negara-negara Eropa, seperti Belanda, Italia, Perancis, dan Inggris. Pada 2017, Indonesia mendapatkan penghargaan dari Dive Magazine, majalah scuba-diving dari Inggris, sebagai “The Most Popular Dive Destination”.

Sedangkan Agustini Rahayu menambahkan, sebelum pelaksanaan Boot Dusseldorf, akan diadakan Networking Event yang dikoordinir oleh KJRI Frankfurt pada 18 Januari 2019 di Renaissance Dusseldorf Hotel. Tujuan networking ini di antaranya adalah untuk mempertemukan industri pariwisata Indonesia dengan industri pariwisata Jerman. Diharapkan setelah Networking Event tersebut akan terjalin kerja sama bisnis yang dapat saling menguntungkan kedua belah pihak sekaligus meningkatkan angka kunjungan wisatawan asal Jerman.

“Sebagai salah satu upaya mencapai 20 juta kunjungan wisman pada 2019, partisipasi dan kerja sama dengan banyak pihak sangat diperlukan. Kami harapkan partisipasi Indonesia pada Boot Dusseldorf dapat memberikan hasil yang dapat dinikmati oleh banyak pihak,” kata Agustini.

Sebagai target pasar wisatawan mancanegara, Jerman menyumbang angka kunjungan wisman yang menunjukkan peningkatan di setiap tahunnya. Pada 2013, wisman asal Jerman mencapai 167.340, pada 2014 meningkat menjadi 180.344, di 2015 naik lagi di angka 197.937. Peningkatan kunjungan juga terjadi di 2016 menjadi 231.694, pada 2017 naik lagi menjadi 260.586 dan pada 2018 sampai bulan November ada 257.233 wisman asal Jerman.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengungkapkan, pihaknya juga mengandalkan wisata bahari dalam upaya mencapai target 20 juta kunjungan wisman sampai 2019, mengingat potensi besar sektor kelautan Indonesia.

“Wisata bahari merupakan salah satu program unggulan dan prioritas dalam pembangunan kepariwisataan nasional, dengan arah pengembangan yang terdiri dari pengenalan destinasi selam dan selancar (surfing), cruise, serta mendukung kampanye pelestarian lingkungan bahari, dan peningkatan wisata budaya bahari,” kata Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief Yahya mengatakan, secara global, tren pariwisata bahari terus meningkat, termasuk kunjungan ke destinasi wisata bahari di Asia. Data kunjungan di destinasi pariwisata bahari unggulan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam 3 tahun belakangan ini. Menpar juga sudah melakukan serangkaian terobosan untuk percepatan pembangunan wisata bahari. Pembangunannya terbagi tiga bidang, yakni “coastal zone” atau wisata bentang pantai, “sea zone” atau wisata laut dan bergerak dari satu pulau ke pulau lainnya, dan “underwater” melalui wisata bawah laut seperti diving (menyelam) dan snorkeling.

“Indonesia juga memiliki 55 destinasi diving dan lebih dari 1.500 lokasi menyelam, tersebar dari Aceh sampai Papua. Dan jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia atau Filipina,” ungkap Menpar Arief Yahya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here