POLEWALI MANDAR – Polewali Mandar Internasional Folk and Art Festival (PIFAF) 2019 menjadi panggung pertunjukkan budaya. Berbagai budaya dunia dipersembahkan saat pembukaan. Apalagi seluruh delegasi menpersembahkan penampilan terbaiknya pada parade budaya di lapangan Stadion HS Mengga, Polewali Mandar (Polman), Kamis (1/8).

“PIFAF menjadi atraksi wisata yang semakin memukau. Konsepnya matang. Kehadirannya bahkan bukan sebatas pertukaran budaya antar negara-negara peserta, tetapi juga menjadi media promosi pesona pariwisata Polman,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Dibuka dengan tabuhan gendang oleh Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar, atraksinya begitu memukau. semarak dengan penampilan kesenian dan kebudayaan dari delegasi enam negara. Dari mulai Ekuador, Ceko, Slovakia, Timor Leste dan Korea Selatan hingga delegasi dari berbagai daerah di Sulawesi. Hanya delegasi dari India yang belum sempat tampil lantaran terlambat tiba di Polman.

Pada pembukaan tersebut Gubernur didampingi perwakilan Tim Calendar of Event (COE) Kemenpar Arya Raseno, Bupati Polman Andi Ibrahim Masdar, perwakilan CIOFF Amar Afriza dan Plt Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Polman, Andi Masri Masdar.

“Konsep yang kami usung sengaja selalu berubah setiap tahunnya. Tujuannya jelas memberikan warna yang semakin baik disetiap perhelatan PIFAF. Karena kami sadari PiFAF ini bukan hanya sebagai atraksi wisata semata, tetapi juga mukadina dari pariwisata Polman. Sekaligus untuk semakin membawa nama Polman ke kancah pariwisata internasional,” papar Plt Kadispop Polman Andi Masri Masdar.

Diusia perhelatannya yang keempat, PIFAF semakin diminati delegasi dari berbagai negara. Menurut Andi Masri Masdar, tahun ini sebutulnya ada 13 negara yang bersedia tampil di PIFAF. Namun karena keterbatasan amenitas yang dimiliki Polman membuat panitai membatasi delegasi yang datang.

“Ini jelas PR kami untuk menambah amenitas hotel atau penginapan yang representatif di Polman. Dengan itu makin banyak negara yang bisa hadir. Caranya memperdayakan homestay di desa-desa wisata. Harapannya program ini pun di backup oleh Kemenpar sehingga pengadaan homestay bisa secepatnya dilakukan,” jelas adik kandung Bupati Polman Andi Ibrahim Masdar ini.

Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event (CoE) Esthy Reko Astuti pun mengucapkan selamat dan sukses atas terselenggaranya PIFAF 2019. Baginya PIFAF merupakan oase yang memenuhi rasa dahaga para pencinta budaya. Wanita berkerudung ini berharap PIFAF akan semakin besar dan menjadi kiblat pertukaran budaya dunia.

“PIFAF menjadi media yang efektif dalam mempromosikan pariwisata Polman. Karena anggota delegasi ini dapat menjadi agen promosi yang efektif. Mereka akan menceritakan pengalaman mereka mengunjungi Polman sepulangnya mereka ke negaranya masing-masing. Belum lagi cover up media yang secara masif memberitakan PIFAF,” ucap Esthy.

Sementara itu Deputi Bidang Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Rizki Handayani mengatakan, esensi dari kekayaan budaya tertuang dengan baik pada perhelatan PIFAF 2019. Dan itu merupakan sebuah sebuah refleksi dari potensi besar pariwisata Polman. Apalagi konsinstensi PIFAF sebagai sebuah panggung budayal dunia sudah tidak diragukan lagi.

“Menjadi pagelaran yang ke-4, PIFAF telah bertransformasi menjadi sebuah suguhan yang dapat menarik peminat budaya dunia datang. Dengan itu efeknya bukan saja PIFAF itu sendiri, tetapi berkembangnya pariwisata Polman. Dan itulah mengapa PIFAF masuk kedalam 100 Wonderful Events Indonesia Kemenpar,” pungkas Rizki yang didampingi Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here