BANJARMASIN – Festival Budaya Pasar Terapung (FBPT) 2019 berlangsung meriah. Beragam atraksi seni dan budaya ditampilkan. salah satunya, permainan bagasing. Secara umum, rangkaian acara dipusatkan di Banjarmasin. Tepatnya di halaman Kantor Gubernur Kalimantan Selatan, 23-25 Agustus.

Ketua Komunitas Olahraga Tradisional Indonesia Provinsi Kalsel, Abdul Hamid mengatakan, Bagasing merupakan permainan tradisional yang hampir punah tergerus zaman. Dahulu, permainan ini hanya dimainkan oleh orang dewasa. Tetapi untuk melestarikannya, sekarang bagasing sudah dilakukan oleh segala umur.

“Gasing adalah benda yang dibuat dari bahan kayu, dan dibentuk sedemikian rupa. Cara memainkannya yakni diputar menggunakan seutas tali,” ujarnya, Sabtu (24/8).

Menurutnya, sejarah bagasing di Kalimantan Selatan, awalnya dimainkan sebagai ajang silaturahmi. Karena saat itu belum ada hiburan, maka masyarakat perupaya menciptakan keseruan sendiri menggunakan bahan yang mudah didapat dari alam. Jadilah bagasing yang murah meriah dan bisa menciptakan keakraban diantara warga.

“Dahulu, masyarakat sering mengadakan pertandingan Bagasing. Agar lebih meriah, bagasing diisi dengan tenaga dalam. Area pertandingan pun dipilih lokasi tanah yang liat. Sehingga ketika ada bagasing yang diserang dengan tenaga dalam, bagasing tersebut bisa amblas ke dalam tanah. Seiring berjalannya waktu, sekarang permainan bagasing lebih menampilkan teknis. Tidak ada lagi yang menggunakan tenaga dalam,” ungkapnya.

Dikatakan Abdul Hamid, permainan bagasing mengandung banyak filosofi kehidupan. Kalau bagasing berputar dengan baik, kencang dan stabil, mengisyaratkan bahwa hidup harus dijalani dengan seimbang. Baik dengan Sang Maha Pencipta, maupun dengan sesama manusia.

“Bagasing atau yang di daerah lain cukup disebut gasing, memang bukan hanya ada di Kalimantan Selatan. Beberapa daerah juga memiliki permainan ini. Bedanya, bagasing di Kalimantan Selatan memiliki bentuk yang lebih pendek dan lebar. Biasa dibuat dari kayu kemuning, kayu besi, dan kayu halaban. Sementara gasing di daerah Jawa dan Sulawesi, bentuknya agak tinggi dan lonjong,” terangnya.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan Dahnial Kifli menyatakan, Festival Budaya Pasar Terapung 2019 dirancang dengan konsep dasar, agar wisatawan dapat merasakan sensasi dan keunikan pasar tersebut. Adapun misi kegiatan ini antara lain untuk mempromosikan potensi pariwisata di daerah setempat.

“Dari kegiatan ini, kami berharap dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisnus dan wisman ke Kalimantan Selatan. Yang jelas, event ini juga dilaksanakan dalam rangka mendukung gerakan Visit Kalsel 2020,” jelasnya.

Melalui event ini pula, diharapkan budaya pasar terapung lebih dikenal masyarakat luas. Masyarakat sekitar juga dapat menikmati dan merasakan kehadiran objek wisata sebagai hiburan yang murah meriah. Goalnya, ekonomi semua pelaku industri pariwisata sekitar pasar terapung dapat meningkat.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menyatakan, Festival Pasar Terapung 2019 masuk dalam Calendar of Event (CoE) Kemenpar. Artinya, kegiatan ini memang menjadi atraksi unggulan di Provinsi Kalimantan Selatan.

“Festival Pasar Terapung 2019 akan berlangsung di atas Sungai Barito yang mengalir di Kota Banjarmasin. Pasar ini sudah sangat terkenal. Biasanya, wisatawan yang datang ke Banjarmasin akan meluangkan waktu untuk mengunjungi pasar tersebut,” bebernya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, pasar terapung merupakan budaya lokal yang sudah berlangsung lama. Karenanya, pasar ini bisa menjadi kekuatan Kalimantan Selatan untuk mengembangkan destinasinya sehingga semakin dikenal luas.

“Festival Pasar Terapung akan menjadi buruan wisatawan. Terutama yang suka mencari konten menarik, baik fotografer maupun videografer. Terlebih, wisatawan bisa terlibat langsung dalam aktivitas pasar. Minimal sebagai pembeli. Ini tentu menjadi pengalaman yang menarik dan otentik bagi mereka,” tandasnya. (****)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here