PALEMBANG – Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) tidak hanya dikenal sebagai Kota Pempek. Palembang juga sempat diidentikkan sebagai kota religi. Salah satu yang mencirikan itu adalah Ziarah Kubro yang digelar setiap tahun. Tahun ini bakal digelar 26-28 April 2019.

“Ada puluhan ribuan umat muslim datang ke Palembang untuk ikut dalam haul dan ziarah kubro tahun ini. Mereka tidak hanya dari Palembang dan Sumsel saja, tapi juga ada dari mancanegara,” kata Humas haul dan ziarah kubro, Habib Mahdi, Rabu (24/4).

Dikatakan Habib Mahdi, umat muslim yang datang tidak hanya untuk ziarah. Ada yang sengaja datang untuk bersilaturahmi dengan keluarga di Kota Palembang mengingat bulan suci Ramadan tinggal menghitung hari.

“Ya biasanya mereka silaturahmi juga dengan keluarga yang ada disini, dengan para ulama karena mereka sudah tinggal di luar negeri. Jadi kegiatan ziarah kubro ini sebenarnya kegiatan rutin jelang bulan suci Ramadan,” kata Habib Mahdi.

Habib Mahdi menjelaskan, menjaga dan memelihara sejarah tentu bukan hal yang bisa dilakukan sekali-sekali. Butuh usaha yang konsisten dan berkelanjutan agar generasi muda tidak lupa terhadap muasal mereka dan negeri tempat mereka tinggal.

“Bagi masyarakat Islam di Palembang, salah satu langkah wajib untuk menjaga sejarah adalah dengan menggelar ziarah kubro setiap tahunnya,” ujarnya.

Ziarah kubro sendiri secara bahasa berarti ‘ziarah kubur’. Bagi masyarakat Palembang, ziarah kubro merupakan kegiatan berziarah massal ke makam-makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam, atau kerap juga disebut ‘waliyullah’.

Ziara kubro Palembang sudah menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat muslim Palembang yang bermukim di sekitar Sungai Musi, khususnya bagi masyarakat komunitas Arab.

Hal yang unik dari ziarah kubro adalah bahwa makam yang disambangi ribuan umat muslim tersebut tidak berpusat di satu tempat saja, melainkan tersebar di berbagai lokasi di Palembang. Mulai dari Kambang Koci 5 Ilir, Kawah Tekurep, hingga ke wilayah Seberang Ulu.

Ziarah kubro dikhususkan bagi kaum laki-laki yang biasanya mengenakan pakaian serba putih. Bisa dipastikan jika kegiatan ini tengah berlangsung, beberapa jalanan di Palembang akan ditutup sementara, karena ribuan muslim berpakaian serba putih akan turun dan memadati jalan-jalan yang ada di Palembang, persis sebuah pawai.

Ziarah Kubro juga turut dihadiri beberapa ulama dan bangsawan dari negeri tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam bahkan hingga Hadramaut, Yaman. Bersama masyarakat, peserta Ziarah Kubro, para bangsawan tersebut akan berjalan kaki menuju titik-titik ziarah di Palembang dalam sebuah barisan panjang manusia yang mengenakan pakaian serba putih, seraya menjunjung panji-panji bertulisan huruf Arab.

Karena banyaknya makam yang hendak diziarahi, kegiatan ziarah kubro dibagi menjadi tiga hari berturut-turut. Puncak ziarah kubro akan digelar pada hari ketiga, mulai dari Kampung Sungi Bayas, 10 Ilir Palembang, menuju Pemakaman Pangeran Syarif Ali BSA di 5 Ilir, kemudian ke Pemakaman Kawah Tekurep 3 Ilir dan berakhir di Pemakaman Auliya’ Kambang Koci 5 Ilir.

Kegiatan hari pertama dibagi dua, yaitu di pagi hari dan sore hari. Di pagi hari, ziarah bermula dari Masjid Darul Muttaqien Pasar Kuto, menuju makam Habib Aqil bin Yahya dan Pemakaman Habib Achmad bin Syech Shahab. Sementara di sore hari, kegiatan dilanjutkan di Pondok Pesantren Ar-Riyadh 13 Ulu dengan haul dan rauhah oleh Habib Ahmad bin Abdullah Habsyi.

Model kegiatan yang sama juga akan berlangsung pada esok harinya, bertempat di Kampung Sungi Bayas 10 Ilir dan Rumah Habib Ahmad bin Hasan Al-Habsy di Komplek As-Segaf.

Ketua Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Esthy Reeko Astuty mengatakan, prosesi ziarah kubro yang dilangsungkan setiap tahun lambat laun tidak lagi menjadi sekedar kegiatan religi, namun juga turut bersinggungan dengan ranah budaya dan tradisi serta pariwisata.

“Kemenpar bersama Pemerintah Kota Palembang turut menjembatani pihak penyelenggara ziarah kubro untuk melaksanakan agendanya. Karena berlangsungnya ziarah kubro juga menunjukkan betapa kayanya khazanah kebudayaan dan sejarah Kota Palembang. Ziarah Kubro juga dapat menjadi magnet baru bagi turis domestik maupun mancanegara,” jelas Esthy.

Dikatakan Esthy, Palembang menjadi salah satu kota pertama di Indonesia yang disinggahi oleh para penyebar agama Islam. Kini ziarah kubro telah menjadi suatu kegiatan religi sebagai keistimewaan bagi kota Palembang

“Ini yang harus dikedepankan dan terus ditingkatkan. Sehingga apa yang kita lakukan juga menjadi amal yang diterima Allah. Terutama dalam memajukan kota ini,” ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menyatakan bertekad sekaligus meminta keterlibatan seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan dan memperbaiki tata kelola destinasi wisata ziarah di Tanah Air.

Menpar menyebutkan ada tiga hal yang akan menjadi fokus pemerintah dalam membangun dan memperbaiki tata kelola destinasi wisata ziarah.

“Saya akan fokus pada pemasaran, destinasi, dan SDM. Pengembangan destinasi wisata ziarah harus dilakukan secara lebih serius. Termasuk pengelolaan destinasi, pengemasan produk wisata, serta promosi dan pemasaran pada segmen wisata minat khusus,” jelas Menpar Arief Yahya.

Menpar Arief mengungkapkan, potensi pariwisata berbasis religi di Indonesia sangat lengkap dan diakui dunia. Komposisi populasi berdasarkan pemeluk agama selain membentuk segmen wisatawan berbasis religi, juga akan membentuk karakteristik destinasi wisata ziarah (pilgrimage tourism) berbasis kewilayahan.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here