www.INDONESIATRAVEL.NEWS– Ritual Seblang Olehsari, Banyuwangi, Senin (18/6), benar-benar penuh warna. Penuh kejutan. Ritualnya sakral. Diburu ribuan wisatawan nusantara, bahkan tampak wisatawan mancanegara berbaur dengan kamera siap menangkap momen sakral setiap tiga tahun sekali ini. Menpar Arief Yahya sampai ikutan larut memborong 100 kembang dermo.

“Ini adalah salah satu budaya dan tradisi adat masyarakat Osing dalam mengejawantahkan rasa syukurnya. Budaya ini saya harap tetap dilestarikan sehingga tidak hanya menjadi tontonan masyarakat Olehsari saja, tetapi bisa dinikmati masyarakat di luar Desa Olehsari,” kata Menpar Arief Yahya, Senin (18/6).

Bagi yang belum tahu, kembang dermo adalah kuntum bunga yang ditancapkan dibilah bambu. Kembang ini dijual oleh penari seblang. Inilah simbol harapan masyarakat Olehsari agar harum bagaikan bunga. Warga di Banyuwangi percaya bahwa dengan meminum rendaman kembang, itu menjadi media enteng rejeki, jodoh serta keselamatan.

Menpar yang asli Banyuwangi itu terlihat faham betul dengan filosofi tadi. Karenanya, Kembang Dermo yang diborong tak dibawa pulang. Dia justru membagikannya ke masyarakat. Ada kebahagiaan yang dibagi. Ada keceriaan yang ikut disebar. Dan yang utama, dia ingin tradisi budaya di Banyuwangi tetap lestari.

“Budaya itu makin dilestarikan makin mensejahterakan. Saya ingin seni dan budaya Banyuwangi terus eksis dan mendapatkan panggung untuk bisa ditampilkan ke khalayak luas. Kemasannya kreatif dan atraktif, sehingga mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan dan meningkatkan pendapatan masyarakat,” tambahnya.

Sadar akan impact besar dari budaya, Arief Yahya pun tak ragu menyerahkan bantuan Sound System ke Ketua Adat Olehsari. Mimpi besarnya, ini akan mendorong penguatan budaya Olehsari di Banyuwangi. “Mudah-mudahan ini bisa bermanfaat,” ucap Menpar yang disambut ucapan terimakasih dari Ketua Adat Olehsari, Ansori.

Kebetulan, Banyuwangi memang kaya cerita. Kaya tradisi. Dan beragam tradisinya, selalu diburu wisatawan. Seblang misalnya. Tarian supranatural untuk bersih desa yang diperankan seorang perempuan muda yang belum menikah. Crowdnya tak kalah dengan Barong Ider Bumi di Desa Kemiren.
Tua-muda, laki-laki-perempuan banyak yang dibuat penasaran dengan sosok penarinya. Apalagi, tahun ini ada pergantian penari seblang. Perempuannya harus muda. Masih perawan. Dan dia harus keturunan dari penari Seblang pertama.

“Hasilnya tergantung dari petunjuk roh leluhur yang merasuki tubuh tetua adat. Tahun ini yang terpilih Susi Susanti. Dia remaja berusia 18 tahun,” tutur Ketua Adat Desa Olehsari, Ansori.

Nuansa sakralnya memang sangat terasa. Di hari pertama pelaksanaan, sang penari yang didampingi keluarga dan para tokoh adat berjalan dari rumah menuju pentas yang ada di jantung desa. Ada mantera yang dirapalkan. Kemenyan yang dibakar. Ada juga nampan yang ikut disiapkan.
“Nampannya berisi mahkota Seblang. Jika nampan tersebut jatuh ke tanah, pertanda raga penari telah berganti jiwa,” tanbahnya.

Ada rasa penasaran. Ingin tahu. Yang jelas, ceritanya tidak berhenti sampai di situ. Setelah penari telah berganti jiwa, dia melempar selendang ke arah penonton. Yang terkena selendang, maka dia wajib untuk naik ke pentas dan menari bersama Seblang. Lamanya tak bisa ditentukan. Durasinya tak bisa ditebak. “Semua tergantung dari penari Seblang yang memintanya. Siapa yang menolak, dalam hitungan tak lebih dari satu menit akan tak sadarkan diri. Percaya atau tidak, silakan datang ke Olehsari. Ritualnya digelar tujuh hari berturut-turut,” timpal Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Cholqul Ridho.

Acaranya dijamin keren. Dijamin paten. Mulai tahun ini, pengunjung bahkan bisa mulai memesan paket menontonnya ke panitia. Yang tak ingin kehabisan tiket, baiknya segera hubungi Ketua Pemuda Adat Olehsari. “Mulai hari kedua hingga hari keenam, kami menyedikan kursi VIP agar penonton bisa menonton Seblang dengan nyaman. Untuk lokal harganya Rp 20 ribu. Dan untuk mancanegara Rp 30 ribu,” ujar Arif, Ketua Pemuda Adat Olehsari.

Di hari terakhir, harganya sedikit lebih tinggi. Untuk lokal, harga yang dipatok Rp 40 ribu. Sementara untuk mancanegara, Rp 50 ribu. “Hari terakhir ada Ider Bumi jadi lebih mahal. Nanti pengunjung bisa menikmati suguhan Seblang dengan nyaman. Kami juga menyediakan snack dan guide yang ramah,” ucap Arif. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here