www.INDONESIATRAVEL.NEWS– Festival Budaya Islam Fanten Fagogoru 2018, telah bergulir sejak Selasa (4/12). Tepatnya di Patani, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Fanten adalah atraksi wisata religi yang sudah bertahan sejak ratusan tahun lalu. Menariknya, ada satu budaya yang selalu menyertai Fanten. Namanya Tarian Coka Iba.

Lima tokoh adat Patani memberikan penjelasan singkat mengenai Coka Iba. Kelima tokoh itu adalah Yajid Arsyad, Syakir Ahmad, Karjono Abu Bakar, H Syarif Kiayi, H Harid Abdullah.

Coka Iba sangat unik. Baik kostum maupun tariannya, berbeda dengan umumnya sebuah tarian. Penari Coka Iba tampil dengan topeng besar. Mereka menggunakan pakaian serba putih, dan berpasang-pasangan.

Salah seorang tokoh adat Patani, Syakir Ahmad, mengaku tidak mengetahui dengan pasti mengapa Coka Iba menjadi pengiring Fanten.

“Sejujurnya, kita juga tidak mengetahui pasti kapan dan mengapa Coka Iba menjadi atraksi yang selalu mengiringi Fanten. Yang kita tahu, hal ini sudah berlangsung sejak lama. Sejak ratusan tahun lalu. Dan sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum kita yang ada sini lahir,” terang Syakir.

Coka Iba juga melambangkan kesuburan di muka bumi ini. Hal tersebut dilihat dari bagian atas penari Coka Iba. Ada yang memakai lambang burung, hingga kapal. Dijelaskan Syakir, tidak ada ketentuan khusus mengenai lambang apa yang harus digunakan.

“Jadi, saat Nabi Muhammad lahir ke bumi, semua umat bergembira. Semua mahluk hidup menyambut dengan suka cita. Untuk melambangkan suka cita itu, semua hal yang terkait kebesaran dan ciptaan Allah bisa mereka gunakan di pakaian Coka Iba,” terangnya.

Tokoh adat lainnya Yajid Arsyad menambahkan, sebenarnya terdapat empat jenis Coka Iba dalam masyarakat.

“Tapi, tidak semua bisa dijalankan saat Fanten. Yang bisa mendampingi Fanten hanya Coka Iba Lalayon. Mengapa? Karena Coka Iba Lalayon lebih simple. Mudah untuk dipelajari. Dan kita mau anak-anak muda ikut memainkannya sehingga Coka Iba bisa lebih lestari,” katanya.

Sementara Bupati Halmahera Tengah, Edi Langkara, mengatakan Fanten adalah budaya yang sudah sangat mengakar di negeri Fagogoru. “Budaya yang melibatkan tiga negeri, yaitu Weda, Patani dan Maba. Budaya yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu,” paparnya.

Ditambahkannya, Fanten adalah representasi budaya di Negeri Fagogoru. Yaitu budaya untuk saling asah, asih, dan asuh.

“Fanten adalah identitas dari masyarakat Fagogoru. Dan kita akan teruse menjaganya. Sedangkan buat anak-anak muda kita juga meminta budaya ini dipertahankan. Sehingga silaturahmi dan saling peduli dalam bumi Fagogoru selalu terjaga,” paparnya.

Sedangkan Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Ricky Fauzi, mengatakan, budaya Fanten mengajarkan banyak kebaikan.

“Dalam Fanten, kita diajak untuk saling peduli. Serta menjaga silaturahmi. Ajaran yang sanhat baik. Itulah yang membuat tiga negeri tetap terjaga silaturahminya. Weda, Patani, dan Maba mampu menjaga kebersamaannya,” paparnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya ikutan senang. Karena, Kabupaten Halmahera Tengah mampu menjaga budayanya dengan sangat baik.

“Budaya yang mampu dijaga dengan baik, akan menjadi kekuatan. Hal ini dimiliki Halmahera Tengah. Budaya yang sudah ratusan tahun bisa dijaga. Dari generasi ke generasi budaya Fanten tetap dilaksanakan. Luar biasa. Saya harap masyarakat tiga negeri di Weda, Patani, dan Maba bisa terus melestarikan budaya ini,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here