GIANYAR – Kemenparekraf memikat wisatawan Belanda melalui otentiknya gastronomi lokal. Dikemas melalui program famtrip, cita rasa spesial kuliner mendapatkan apresiasi besar dari 10 media pesertanya. Komposisinya diantaranya, De Telegraaf, NDC Media, Meridian Travel, Margriet, dan Triptalk. Ada juga Zin, Your Little Black Book, hingga Travel Media. Ikut bergabung juga VITO Belanda.

Program famtrip Kemenparekraf digelar 17-23 November 2019. Menjadi media branding, famtrip ini jadi sinergi besar antara Kemenparekraf dengan Corendon dan Turkish Airlines. Corendon merupakan perusahaan multichannel pariwisata. Lini bisnisnya Tour Operator, Hotel, dan Airlines. Perusahaan itu selalu menawarkan Bali sebagai destinasi long haul.

“Belanda salah satu pasar wisatawan penting di Eropa. Melalui program famtrip ini, kami kuatkan pasar Belanda melalui sajian gastronomi lokal yang spesial. Bagaimanapun, kuliner selalu menjadi daya tarik dari sebuah destinasi wisata. Dan, Ubud dengan segala pesonanya punya beragam tawaran kuliner yang nikmat dan otentik,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kemenparekraf Nia Niscaya.

Sepekan di Bali, peserta famtrip terlihat enjoy mengekplorasi beragam alam, budaya, hingga kulinernya. Memberikan kesan positif, program gala dinner digelar Kemenparekraf pada Kamis (21/11). Berlokasi di Restoran Blanco par Mandif, Ubud, gala dinner menyajikan beragam menu lokal hingga internasional. Beberapa kuliner lokal yang disajikan adalah Aged Wagyu dan Maranggi. Hidangan penutupnya Getug.

Aged Wagyu disajikan spesial karena menggunakan bumbu rica. Bumbu rica jadi salah satu kekayaan nusantara dengan cita rasa berani. Identik dengan pedas, bumbu rica punya komposisi potongan cabai, cabai rawit, bawang merah-putih, jahe, garam, dan gula. Bahan ini lalu dimasak dengan minyak kelapa dan dicampur daun jeruk, serai, hingga air jeruk nipis.

Lalu, bagaimana dengan Maranggi? Varian sate yang satu ini demikian populer. Sate Maranggi biasanya memakai bahan utama daging sapi dan kambing. Daging tersebut lalu direndam dalam bumbu khusus. Bumbu rendam ini terdiri dari kecap manis, jahe, ketumbar, lengkuas, kunyit, dan cuka. Biasanya sate ini disajikan dengan acar sambal tomat, sambel oncom, ketan bakar, hingga nasi timbel.

“Kuliner lokal yang otentik sengaja disajikan. Bali dan Indonesia itu destinasi kuliner terbaik di dunia. Kami ingin para peserta famtrip bisa menikmati beberapa kekuatan kuliner lokal. Kami gembira karena responnya positif. Mereka sangat menikmatinya,” terang Nia.

Secara khusus, Gianyar pun memiliki beberapa kuliner yang sangat khas. Sebut saja Nasi Tepeng yang kuat dengan bumbu rempahnya. Semakin spesial, Nasi Tepeng disajikan bersama aneka sayuran. Ada kacang merah, kacang panjang, daun kelor, nangka muda, kelapa, hingga terong. Wilayah Gianyar juga memiliki Ayam Betutu yang khas. Bahkan, Gianyar dinilai sebagai sentra dari kuliner Ayam Betutu.

“Gianyar, Bali, bahkan Indonesia menawarkan beragam kuliner. Meski ada kesamaan nama, namun tiap daerah memiliki kekhasannya sendiri. Untuk menikmati seluruh kuliner nikmat ini, wisatawan Belanda dan Eropa bisa datang langsung ke Bali atau wilayah nusantara lainnya. Dijamin lebih nikmat, apalagi alam dan budayanya eksotis seperti di Ubud ini,” tegas Nia.

Dipilihnya Ubud untuk mendekatkan kuliner lokal ke pasar Belanda memang tepat. Sebab, Ubud jadi prototype Destinasi Gastronomi Dunia. Bekerjasama dengan Kemenparekraf, UNWTO masih melakukan penilaian atas Ubud sebagai Destinasi Gastronomi Dunia. Pengajuan dilakukan Kemenparekraf sejak 2017. Kepastian status itu akan diumumkan pada 2020 nanti.

“Posisi Ubud sangat penting sebagai Destinasi Gastronomi Dunia. Kalau status itu sudah terkunci, maka daya tawar pariwisata Ubud, Bali, bahkan Indonesia akan naik. Kami kenalkan semua potensi yang ada kepada pasar Belanda seawal mungkin. Dengan begitu, pergerakan wisatawan Belanda dan Eropa akan semakin positif ke sini,” papar Nia.

Pergerakan wisatawan Belanda menuju Bali kompetitif sepanjang tahun 2018. Jumlahnya mencapai 7.283 orang. Total arus wisatawan Negeri Tulip yang berkunjung ke Indonesia mencapai 13.472 orang. “Kami optimistis, grafik kunjungan wisatawan Belanda akan naik pada 2019. Apalagi, Kemenparekraf bekerja sama dengan Corendon. Pada 5 bulan awal, kuota 2.500 pax wisman akan terpenuhi,” tutup Nia.(****)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here