KEEROM – Para peserta dan pengunjung Festival Crossboder Keerom 2019 dibuat sumringah. Sebab, dalam festival ini mereka bisa merasakan kenikmatan Slow Coffee. Produk kreatif olahan kopi milik milenial Jayapura ini sangat khas baik rasa dan aromanya. Slow Coffee akan terus menghangatkan event meski cuaca venue kerap berubah.

Kenikmatan khas Slow Coffee bisa dirasakan langsung di Lapangan Swakarsa, Arso, Keerom, Papua. Sebab, Festival Crossborder Keerom 2019 digelar 3-5 Mei. Posisi Slow Coffee berada di stand nomor 13. Festival ini total menyajikan 48 stand, lalu 30 spot diantaranya fasilitas yang diberikan oleh Kemenpar.

Owner Slow Coffee Onny Samuel mengungkapkan, experience terbaik diberikan produk olahannya.

“Slow Coffee dikembangkan mandiri. Kami fokus kepada produk olahan kopi. Dan, kami menggunakan kopi Papua sebagai bahan utamanya. Semuanya kami racik dan tangani sendiri. Yang jelas, cita rasanya nikmat. Respon pengunjung di festival ini bagus. Ada banyak produk kami yang laku,” ungkap Onny, Sabtu (4/5).

Slow Coffee menggunakan Kopi Wamena sebagai bahan utama. Jenis yang diolah adalah arabika Wamena. Kopi jenis ini tumbuh di area pegunungan. Wamena salah satu produsen kopi terbaik di Idonesia.

Memiliki karakter khas, varian arabika Kopi Wamena ditanam pada ketinggian 1.200-1.600 mdpl dengan tanah vulkanik. Suhunya 150C pada malam hari. Tempat tumbuh inilah yang konon membuat rasa kopi menjadi lebih manis alami. Karakternya balance dan smooth. Tampilannya cokelat dan floral dengan aroma harum. Tingkat keasaman kopi rendah. Flavor note-nya lengkap dengan sensasi herbal.

“Karakter Kopi Wamena untuk arabikanya sangat kuat. Varian jenis ini ideal untuk dicampur dengan kopi daerah lain. Kami sengaja mencampurnya dengan kopi robusta dari Saban di Toraja dan Makassar. Dengan karakternya, keduanya sangat bagus sebagai pendamping Kopi Wamena,” tutur Onny lagi.

Kopi Robusta Makassar dinilai memiliki karakter halus. Aromanya juga harum dengan cita rasa pas. Slow Coffee memberikan komposisi perbandingan Kopi Wamena dan Makassar sekitar 2 : 0,5. Pun demikian dengan komposisi Kopi Wamena-Saban (Toraja). Sebab, karakter dari kopi ini juga unik. Cita rasanya akan muncul perlahan.

Kopi Saban punya tempat tumbuh di ketinggian 1.500 mdpl. Topografinya terjal dan tempat tumbuhnya dominan bebatuan. Berada pada wilayah Saban, tempat tumbuh kopi juga bercampur dengan hutan bambu. Hutan bambu karakternya ikut memengaruhi pergerakan air tanah. Selain Kopi Saban, wilayah tersebut juga menghasilkan varian Awan hingga Pulu-Pulu.

“Bergabungnya Slow Coffee makin menguatkan Festival Crossborder Keerom sebagai destinasi terbaik. Pengunjung bisa menikmati pesta reggae dan beragam budaya tradisional milik Keerom. Ada banyak experience yang bisa dinikmati para pengunjung di sana,” terang Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar Muh. Ricky Fauziyani.

Selain pengolahan, Slow Coffee juga mengemasnya sendiri. Setiap botol produk Slow Coffee ini dijual dengan harga sekitar Rp30 Ribu. Untuk cup harganya di bawah Rp30 Ribu. Produk tersebut bisa dipesan secara online melalui IG slowcoffeejayapura atau melalui nomor 081343077007. Bila ingin menikmatinya langsung bisa datang ke gerai Slow Coffee di Dok 5, Jayapura, Papua.

“Kopi tetap menjadi produk menarik dari Papua. Cita rasanya pasti makin nikmat bila digabung dengan varian dari daerah lain. Kami merekomendasikan kopi produk dari Slow Coffee sebagai cinderamata bila berkunjung ke Papua,” jelas Kabid Area IV Pemasaran I Regional III Syukurni.

Slow Coffee memiliki wilayah pemasaran di Jayapura dan Kota Raja. Mereka memiliki langganan tetap berupa instansi. Zona pemasaran produknya bahkan sudah mencapai Sorong dan Raja Ampat.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengungkapkan, Papua menawarkan beragam experience melalui produk kopinya.

“Kopi dari Papua memang khas. Cita rasanya semakin unik dengan ragam produk olahannya. Hal ini tentu semakin menguatkan posisi Indonesia sebagai suraganya kopi. Ada beragam jenis varian dan produk turunannya yang bisa dinikmati. Jadi, silahkan datang ke Papua karena alam dan budayanya sangat eksotis,” tutup Menpar. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here