LABUAN BAJO – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong pengembangan potensi fesyen dan kerajinan tangan masyarakat Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, melalui program Aksilarasi (Aksi Selaras Sinergi).

Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Inovasi dan Kreativitas Kemenparekraf/Baparekraf, Josua Puji Mulia Simanjuntak, dalam acara Showcase Hasil Pendampingan Aksilarasi Bidang Fesyen dan Kriya di Pondok Mai Ceng’go Labuan Bajo, Kamis (3/12/2020) mengungkapkan program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk usaha mikro kecil menengah (UMKM) subsektor kriya dan fesyen yang banyak tersebar di desa-desa di sekitar Labuan Bajo dan Kabupaten Manggarai Barat.

Ia menambahkan, Labuan Bajo sebagai salah satu dari lima Destinasi Super Prioritas (DSP) memiliki potensi produk kriya dan fesyen yang sangat besar untuk dapat dipromosikan kepada wisatawan.

Sehingga, lewat program Aksilarasi ini, Kemenparekraf/Baparekraf mengundang sejumlah ahli untuk memberikan pembekalan, pendampingan, dan pelatihan terhadap para perajin produk fesyen dan kriya setempat. Ini sebagai upaya meningkatkan para pelaku wisata dan ekonomi kreatif di Manggarai Barat, terutama di Labuan Bajo untuk terlibat langsung mengembangkan potensi-potensi yang ada di daerahnya.

“Kami ingin menjadikan warga setempat, putra-putri daerah menjadi aktor utama dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Manggarai Barat, khususnya di Labuan Bajo,” kata Josua.

Dengan mengaktivasi perajin lokal lewat program Aksilarasi ini, Josua berharap hal ini dapat memunculkan kantong-kantong perekonomian yang baru di Labuan Bajo. Salah satunya dengan memasarkan produk fesyen dan kriya melalui hotel, restoran, serta toko suvenir setempat.

“Saat ini kami juga mengundang stakeholders yang dapat menyerap karya-karya para perajin ini yaitu pengelola hotel dan restoran. Hotel biasanya punya _gift shop_, bahkan mereka juga menggunakan produk-produk itu sebagai bagian interior. Restoran juga demikian, termasuk juga toko-toko suvenir,” katanya.

Josua mengatakan, produk-produk kriya dan fesyen ini memiliki nilai kekayaan budaya lokal yang dapat menjadi produk unggulan yang khas dari Labuan Bajo.

“Produk-produk ini ke depan diharapkan akan menjadi bagian dari _signature product_ dari Manggarai Barat tepatnya di Labuan Bajo. Maka dari itu masyarakat lokal harus terlibat dalam kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif supaya roda ekonominya bergerak,” ungkap Josua.

Selain Josua, acara ini juga dihadiri oleh Direktur Industri Kreatif Fesyen, Desain, dan Kuliner Kemenparekraf/Baparekraf, Erwita Dianti; Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Augustinus Rinus; Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan UKM (Perindagkop) Kabupaten Manggarai Barat, Fransiskus Xaverius Sukur; Sekretaris Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Yuke Sri Rahayu; serta sejumlah perwakilan hotel, restoran, dan perajin produk kriya dan fesyen yang berasal dari beberapa desa di Kabupaten Manggarai barat.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, Augustinus Rinus, mengungkapkan terima kasihnya kepada Kemenparekraf/Baparekraf atas pelaksanaan program Aksilarasi di bidang fesyen dan kriya ini. “Lewat program ini, kita bisa meningkatkan potensi produk kerajinan fesyen dan kriya semaksimal mungkin yang sebenarnya punya potensi yang luar biasa namun belum diangkat secara maksimal,” ujar Augustinus.

Selain itu, berkaca dari program Aksilarasi ini, Augustinus juga mengungkapkan niatnya untuk membuat peraturan bupati yang mewajibkan industri wisata di Manggarai Barat agar menggunakan produk buatan perajin lokal.

“Walau saya sudah mengeluarkan instruksi bupati mewajibkan itu tetapi saya akan mendorong ini menjadi sebuah peraturan bupati. Sehingga ini jadi syarat utama ketika setiap orang yang menanamkan investasi di Manggarai Barat dia wajib menggunakan produk-produk lokal seperti yang telah kita lihat pada saat ini. Hanya dengan demikian kita mengangkat ekonomi masyarakat,” ungkap Augustinus.

Adapun produk kriya dan fesyen yang dipamerkan dalam _showcase_ ini adalah pakaian, kain tenun dengan pewarna alam. Selain itu, ada pula kerajinan anyaman pandan berupa tikar pesiar, keranjang logam, dan keranjang sayup serta aksesoris seperti kalung, gelang, anting, dan masker dengan corak khas Manggarai Barat.

Anyaman pandan tersebut merupakan buatan kelompok perajin dari Desa Watu Panggal. Sementara, kerajinan tenun, pakaian, serta aksesoris tersebut dibuat oleh para perajin asal Desa Ngancar, Desa Poco Rutang, dan Desa Wae Mose.

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here