MANADO – Kekuatan dan potensi musik digital terus dipoles Kemenparekraf/Baparekraf. Medianya melalui program Pelatihan Musicpreneur pada 14-15 April 2021. Kemasannya hybrid, yaitu kombinasi daring dan luring. Untuk luring, venue yang dipilih berada di Manado, Sulawesi Utara. Program ini diinisiasi oleh Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan c.q Direktorat Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif.

“Masyarakat sudah bertransformasi menuju digital. Artinya, potensi konten digitalisasi musik terbuka. Untuk mengoptimalkan potensi market yang besar, maka kualitas SDM dinaikan. Kami berikan konsep manajerial bisnis musik di era digital,” ungkap Direktur Pengembangan SDM Ekonomi Kreatif, Muh. Ricky Fauziyani.

Menguatkan industrialisasi musik digital, program Pelatihan Musicpreneur pun mampu menyita anemo publik. Sebanyak 50 peserta bergabung secara luring. Mereka adalah para musisi yang berasal dari Likupang, Minahasa Utara, Manado, Minahasa, Bitung, dan Tomohon. Adapun jumlah peserta daring sebanyak 206 orang.

Dari jumlah peserta 206 orang tersebut, mayoritas sebanyak 47 nama berasal dari Jawa Barat. Ada juga 21 nama dari Jawa Timur, Yogyakarta dengan slot 21 orang, hingga 16 nama dari Nusa Tenggara Timur. Untuk slot lainnya diisi 15 orang peserta asal Jawa Tengah dan 14 nama dari Sumatera Utara.

“Peserta merupakan para musisi dengan background karakteristik daerah yang kuat. Mereka bisa mengoptimalkan kekhasannya masing-masing tersebut hingga memiliki value bisnis tinggi. Kalau karya mereka diterima pasar, tentu menjadi kekuatan branding yang positif bagi pariwisata dan ekonomi kreatif,” lanjut Ricky.

Menguatkan inspirasinya, Pelatihan Musicprenuer menghadirkan 3 narasumber. Ada musisi Sandy Andarusman (Ikatan Drumers Indonesia), Ketua Indonesia Musik Forum Buddy Ace, hingga CEO Musicbalst.Id & Direktur Digital Platform Fesmi Bayu Randu. Experience peserta semakin lengkap karena diajak praktek melalui kelompok podcast, produksi musik, dan event musik.

“Kami memberikan wawasan tambahan kepada para peserta. Para pekerja musik ini diajak tetap adaptif, inovatif, dan kolaborayof di era digital dan dalam masa pandemi Covid-19. Artinya, mereka tetap produktif dan menghasilkan pendapatan,” papar Koordinator Edukasi III, Toar RE Mangaribi.

Selain menaikan kapasitas SDM, program Pelatihan Musicpreneur memiliki posisi strategis. Sebab, menjadi corong branding destinasi wisata di Sulawesi Utara terkhusus Minahasa Utara. Selain terkenal dengan eksotisnya alam dan budaya, spot ini memiliki Destinasi Super Prioritas Likupang.

“Seluruh potensi yang ada di sini harus dikembangkan, termasuk ekonomi kreatifnya. Dengan begitu, destinasi wisata semakin memiliki daya tawar yang tinggi atas pasar. Kami di sini memiliki potensi besar berupa musim Kolintang yang sudah terkenal,” tegas Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Minahasa Utara, Audy Sambul.

Serupa itu, Sandy “Pas” Andarusman menjelaskan di era digital musisi dapat memperluas peluang kreatifnya melalui sosial media. Caranya, melalui youtube, vlog, podcast, serta endorse di media Instagram. Hal ini diperkuat oleh Buddy Ace bahwa perlunya jiwa preneur dari musisi memanfaatkan peluang di era digital. CEO Musicbalst.Id & Direktur Digital Platform Fesmi Bayu Randu mengatakan, seluruh elemen membutuhkan kolaborasi kuat.

“Menjadi musicpreneur bukan berarti semua dilakukan sendiri. Tetap membutuhkan kolaborasi dari seluruh rangkaian produk musik. Dilakukan bersama-sama mulai Praproduksi, Produksi, Distribusi, Promosi. Dari situ tercipta ekosistem yang mandiri,” tutup Bayu.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here