www.INDONESIATRAVEL.NEWS, JAKARTA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) semakin agresif membangun pariwisata Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Salah satunya dengan menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengemasan Produk Wisata Sejarah dan Warisan Budaya. Bimtek ditujukan bagi para pelaku pariwisata Kota Tanjung Pinang Kepri. Program ini digelar di Balai Adat Indera Perkasa, Kampung Ladi Pulau Penyengat, Tanjung Pinang, 23-24 Januari 2019

Menurut Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adnyani, bimtek diikuti oleh 30 orang pelaku wisata di Tanjung Pinang. Mereka terdiri dari Dinas Pariwisata Tanjung Pinang, Pokdarwis, komunitas, masyarakat kampung adat serta pelaku usaha pariwisata.

“Bimtek ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi kepada stakeholder pariwisata terkait pengemasan produk wisata sejarah dan warisan budaya. Terlebih lagi Pulau Penyengat memiliki potensi besar dalam produk wisata sejarah dan warisan budaya,” ujar Giri, Rabu (24/1).

Giri menerangkan bimtek memberikan beberapa output bagi para pesertanya. Dengan mengikuti bimtek ini peserta diharapkan dapat melakukan identifikasi produk pariwisata sejarah dan budaya. Selain itu para peserta nantinya dapat melakukan analisa pasar serta signifikansi produk.

Karena, wisata budaya bukan pasar mass tourism. Tetapi special interest tourism sehingga kebutuhan dan cara pemenuhannya lebih spesifik. Wisata budaya menargetkan kepuasan wisatawan sebagai prioritas dalam arti pengalaman mengenal lebih dekat terhadap produk warisan budaya.

“Ini tentunya harus menjadi pemaham sehingga pemasarannya dapat tepat sasaran. Untuk itu sejumlah nara sumber yang sangat berkompeten kita akan hadirkan. Mereka adalah Wiwien T Wiyonoputri, Almely Melviana, serta Raja M Syafarullah. Mereka akan berbagi ilmu bagai mana mengemas wisata sejah dan budaya,” ungkap Giri.

Dikesempatan yang sama, Asisten Deputi Bidang Wisata Budaya, Oneng Setya Harini menjelaskan, data menunjukkan kunjungan wisatawan ke Indonesia 60% adalah untuk wisata budaya. Sedangkan 35% karena tertarik untuk wisata alam, dan 5% karena tertarik pada obyek wisata buatan.

“Para stakeholder pariwisata ini bisa menggali, mengembangkan potensi wisata budaya serta sejarah dengan menawarkan produk yang dapat menarik kunjungan wisman. Karena faktanya budaya dan sejarah itu sangat laku dijual ke wisman. Terlebih Kepri memiliki kedekatan sejarah dan budaya dengan Malaysia dan Singapura. Ini yang ingin kita maksimalkan,” ungkap Oneng.

Menteri Pariwisata Arief Yahya pun menyambut baik pelaksanaan Bimtek tersebut. Menurutnya ini merupakan langkah strategis untuk menggali kekuatan sejarah dan budaya yang dimiliki Kepri. Apalagi Pulau Penyengat merupakan pusat sejarah dan budaya Melayu. Di pulau ini asal usul Bahasa Melayu berada. Selain itu pulau ini merupakan makam para raja-raja Melayu.

“Pariwisata itu terkait erat dengan kedekatan atau proximity, baik dekat secara jarak maupun dekat secara budaya. Tinggal bagai mana pengemasannya sehingga menjadi sebuah paket yang menarik wisatawan. Jadi wisatawan Malaysia dan Singapura seperti terasa belum sah sebagai orang Melayu kalau belum datang ke Pulau Penyengat. Kuncinya seperti itu,” jelas Arief Yahya.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here