BANDAR LAMPUNG: Lampung Krakatau Festival yang berlangsung 23 – 25 Agustus 2019 tak sekadar mempromosikan tempat-tempat wisata di Lampung. Tapi juga menampilkan jati diri Lampung sebagai provinsi yang sarat dengan seni budaya dan kuliner. Ini tampak dalam pameran Krakatau Expo, yang merupakan bagian dari sederet agenda Lampung Krakatau Festival 2019.

Kegiatan yang dipusatkan di Lapangan Saburai, Bandar Lampung itu menampilkan sederat budaya dan kuliner khas Lampung. Salah satu yang menarik perhatian adalah kain khas Lampung yang disebut Tapis. Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Menurut Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi kain Tapis dalam festival ini memang menjadi daya tarik wisatawan. Terlebih karya ini juga ditampilkan dalam parade budaya. “Tapis merupakan kain khas Lampung yang mengandung filosofi dimana untuk mencapai sesuatu harus lewat usaha dan perjuangan. Karena itu tidak mudah membuat kain Tapis meski prosesnya ditenun, sama seperti kain lainnya namun membutuhkan teknik khusus untuk menentukan corak dan motifnya. Saat disulam tangannya cukup membutuhkan waktu dan ketrampilan khusus.,” kata Arinal.

Kain tapis sendiri merupakan pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; “Cucuk”).

Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang mas dan benang perak.

Lampung Krakatau Festival memang bisa menjadi alternatif tempat “berburu” kerajinan kain khas Lampung itu. Di arena Krakatau Expo ada stand Usaha Kecil Menengah (UKM) kain Tapis binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Lampung yang diketuai langsung oleh istri gubernur Lampung Riana Sari Arinal.

Menurut Riana, hiasan-hiasan yang terdapat pada kain Tapis juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia. Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.

“Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan kebudayaan mereka. Budaya dan seni tradisional pun ikut berkembang,” kata Riana.

Selain memamerkan kain Tapis, Lampung Krakatau Festival juga menyajikan Parade Permainan Anak Tradisonal, Karnaval Budaya, Lomba Masak, Sajian Kuliner, dan berbagai hiburan lainnya.

Menpar Arif Yahya yang menyatakan bakal hadir di acara penutupan, Minggu (25/8) besok, sebelumnya mengatakan Lampung sebagai destinasi wisata sudah memiliki unsur 3A (Atraksi, Akasesibilitas, Amenitas). “Unsur 3A ini sangat penting dalam mengembangkan pariwisata dan Lampung telah memiliki itu semua,” kata Arif Yahya.

Unsur atraksi Lampung diantaranya wisata Alam dimana provinsi Lampung memiliki diantaranya Taman Nasional Bukit Barisan (taman nasional), Krui (surfing), dan Taman Nasional Way Kambas (taman nasional perlindungan gajah). Kemudian ada wisata buatan diantaranya Taman Wisata Bumi Kedaton (taman wisata), Menara Siger (menara titik nol Sumatra), dan Slanik Waterpark (kolam renang terbesar dan teramai di Lampung). Lantas ada wisata budaya dimana terdapat diantaranya Museum Lampung (Museum terbesar di Lampung dengan koleksi sebanyak 4.735 buah), Situs Purbakala Pugung Raharjo (situs arkeologi), dan Masjidi Taqwa.

“Selain itu Lampung juga memiliki beragam budaya, produk-produk budaya seperti kain Tapis dan lain sebagainya yang juga merupakan unsur atraksi,” kata Menpar.

Dari unsur aksesibilitas, Lampung bisa dikunjungi dengan jalur darat menggunakan mobil atau bis dengan jarak tempuh 235 km dari Jakarta atau sekitar 7 jam. Selain itu, terdapat jalan tol ruas Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140 kilometer yang merupakan bagian dari jalan tol Trans Sumatera. Adapun, ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung ini merupakan aksesibilitas yang lebih baik bagi industri kelapa sawit dan karet dan sudah digunakan fungsional pada mudik lebaran kemarin. Untuk ruas Kayu Agung-Betung juga sudah tersambung sampai ke Palembang sepanjang 33 km.

Untuk menuju ke Bandar Lampung dapat juga ditempuh dengan menggunakan pesawat dari Jakarta dengan waktu tempuh sekitar 50 menit. Semua penerbangan akan mendarat di Bandara Raden Inten II. Terdapat juga Bandara Muhammad Taufiq Kiemas di Krui, Kabupaten Pesisir Barat dan Bandara Gatot Subroto-Way Tuba, Kabupaten Way Kambas.

Sedangkan untuk menuju Bandar Lampung dengan tranportasi laut, bisa menuju ke Pelabuhan Merak di provinsi Banten yang memakan waktu sekitar 1,5 jam dari Jakarta. Kapal Feri beroperasi setiap jam dari Merak ke Bakauheni. Terdapat juga Pelabuhan Panjang di Kota Bandar Lampung yang merupakan pelabuhan Internasional serta Pelabuhan Srengsem untuk lalu lintas distribusi batubara dari Sumatera Selatan ke Jawa.

Sedangkan amenitas Provinsi Lampung memiliki 22 hotel berbintang (19 hotel di Kota Lampung, 1 hotel di kabupaten Pringsewu, dan 1 hotel di Lampung Selatan).

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here