ACEH – Setidaknya ada tiga ‘quick win’ dalam pengembangan pariwisata halal di Aceh. Yaitu penilaian kebersihan, kelayakan fasilitas umum dan fasilitas dasar ibadah; promosi pariwisata halal melalui digital; serta sertifikasi usaha jasa dan SDM pariwisata.

Hal itu disampaikan Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kemenpar, Sumaryadi, dalam Workshop Rencana Aksi Pengembangan Pariwisata Halal di Hotel Kyriad Muara Banda Aceh, Selasa (21/5) lalu.

“Pengembangan pariwisata halal tidak sebatas pada destinasi yang memiliki unsur religi seperti masjid atau peninggalan sejarah Islam semata. Tetapi juga mencakup destinasi wisata alam, budaya, dan kuliner,” ujarnya.

Terkait kuliner, Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Regional I Lokot Ahmad Enda menyatakan, Aceh menyimpan menu warisan leluhur yang beragam. Kekayaan ini bisa ditawarkan pada wisatawan, termasuk dalam paket pariwisata halal.

“Soal kuliner, kita yakin sajian masyarakat Aceh pasti halal. Namun demikian, wisatawan mancanegara biasanya lebih percaya pada informasi yang dimuat media (digital) ketimbang mendengarnya langsung dari mulut kemulut. Karenanya, sertifikasi halal sangat penting,” jelasnya.

Beberapa kuliner khas yang bisa dicicipi wisatawan saat berkunjung ke Aceh, antara lain mie aceh, sate matang, kuah pliek u, ayam tangkap, dan minuan sanger.

Mie aceh adalah kuliner yang paling familiar karena menu ini bisa didapatkan di mana saja. Biasaya, mie aceh disajikan dengan kuah atau tanpa kuah. Memiliki rasa dominan pedas, namun tetap bisa disesuaikan dengan selera penikmatnya.

Sementara sate matang merupakan makanan khas Aceh yang berisikan daging kambing atau daging sapi. Daging tersebut diungkep dengan bumbu khas Aceh, baru kemudian di bakar di atas bara. Sate Matang paling sedap dimakan dengan kuah soto yang kaya akan bumbu-bumbu istimewa.

Berlanjut ke kuah pliek u. Ini adalah makan khas yang melambangkan keeratan dan keberagaman dalam masyarakat Aceh. Sajian ini tertuang dalam satu kuali, sehingga memunculkan suatu rasa yang unik. Kuah pilek u merupakan cara penyaluran hasil bumi dari daerah Aceh.

Untuk menu ayam tangkap, diolah menggunakan daging ayam yang dicincang kecil-kecil. Kemudian ditumpuk dengan daun teumuru dan cabai hijau, serta ditaburu bawang goreng. Ketika makan kuliner yang satu ini, Anda harus mencari ayam yang terselimuti oleh daun teumuru.

Melengkapi menu makanan di atas, Aceh menyediakan minuan sanger. Ini merupakan kopi khas Aceh. Campuran kopi hitam, susu kental manis dan gula. Sanger memang mrip dengan kopi susu di cafe-cafe. Tapi sanger sangat berbeda dari kopi pada umumnya, karena tak semua orang mampu membuat sanger.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, kuliner juga menjadi salah satu alasan wisatawan mendatangi sebuah destinasi. Oleh karena itu, kuliner tidak bisa dipisahkan dari pariwisata. Justru semakin memperkuat sektor pariwisata yang impactnya bisa dirasakan langsung masyarakat.

“Kita memang tidak memiliki masakan nasional, karena kuliner kita banyak dan enak-enak. Namun begitu, saya berharap kuliner Indonesia yang kaya rempah bisa semakin dikenal wisatawan mancanegara. Termasuk oleh wisatawan halal,” ungkapnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here