www.INDONESIATRAVEL.NEWS, MANGGARAI – Rencana penutupan Taman Nasional Komodo selama setahun, ditentang pelaku industri pariwisata. Salah satunya yang tergabung dalam Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia atau Association of The Indonesian Tours dan Travel Agencies (ASITA) cabang Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Barat (NTT).

ASITA melakukan pertemuan dengan seluruh pelaku pariwisata di Manggarai. Hasilnya akan segera disampaikan ke Gubernur NTT agar menjadi pertimbangan.

“Hasil pertemuan itu, ASITA Kabupaten Manggarai Barat dan seluruh pelaku pariwisata menolak rencana itu,” ujar Ketua Pelaksana Harian Asita Cabang Manggarai Barat, Donatur Matur, Minggu (27/1).

Dijelaskan Matur, pernyataan Gubernur NTT tentang rencana menutup TN Komodo selama setahun, membuat pelaku pariwisata di Manggarai Barat serta Asita cabang Manggarai Barat tidak tenang. Begitu juga wisatawan asing dan agen perjalanan wisata dunia. Mereka terus bertanya kepada Asita Manggarai Barat tentang rencana tersebut.

“Kami mendapatkan surat elektronik melalui email dan pesan whatsapp yang berkaitan dengan rencana penutupan Taman Nasional Komodo tersebut. Banyak wisatawan mancanegara yang membatalkan perjalanan wisata ke Taman Nasional Komodo. Sebaiknya pemimpin NTT membuat kajian-kajian terlebih dahulu sebelum membuat pernyataan di publik,” jelasnya.

Salah satu pengusaha travel di Labuan Bajo, Hasdin, menganggap rencana Viktor tidak jelas alias absurd. Hasdin menjelaskan, sebaiknya TN Komodo tidak ditutup jika alasannya untuk meningkatkan populasi rusa.

“Kalau demi meningkatkan populasi rusa yang katanya dicuri, bukan harus ditutup. Seharusnya pemerintah memperketat keamanan agar tak ada perburuan rusa di Pulau Komodo dan sekitarnya. Aneh saja kalau ditutup,” ujar Hasdin.

Hal senada disampaikan Guri Ridola, pengusaha travel di Labuan Bajo lainnya. Dia menilai wacana Gubernur Viktor Laiskodat gegabah. Menurut Guri, ada jalan lain supaya ekosistem alam di TN Komodo tetap berjalan.

“Kalau sumber masalahnya rusa berarti itu masalah perburuan liar. Ya pengamanan ditingkatkan. Apa hubungannya dengan wisata sampai ditutup segala?” keluh Guri.

Dia menambahkan, penutupan TN Komodo malah memutus mata pencarian warga Labuan Bajo. Guri menaksir ada 70% warga Labuan Bajo yang hidup dari jasa wisata.

“Kalau benar ditutup, itu memutus mata pencarian warga di sana. 70 persen warga Bajo itu usaha wisata. Kalau ditutup sangat tidak masuk akal,” ungkap Guri.

Idealnya, seorang kepala daerah itu mendorong industrinya timbuh dan berkembang. Jika industrinya hidup, maka pajak dan retribusi berbagai aktivitas ekonomi di daerahnya lancar. Maka pajak yang mengalir di pemerintah juga lwebih banyak.

Dan, masyarakat akan lebih sejahtera karena aktivitas ekonomi nya juga hidup. Petani, pedagang di pasar, UMKM, nelayan, industri rransportasi, kesenian, yang terkait dengan Atraksi, Akses dan Amenitas akan hidup. Mereka adalah ujungq tombak yang mengangkat ekonomi lokal.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here