MELAKA – Hubungan dua negara serumpun Indonesia-Malaysia semakin akrab. Apalagi, acara Forum Nusantara 2019 digelar. Kedua negara bertukar inspirasi menyangkut warisan pusaka budayanya. Konsepnya hangat melalui dialog dengan civitas akademika kampus sebagai katalisnya.

Forum Nusantara 2019 dihelat Kamis (25/4), di Auditorium Ibu Zain, Aras 4, UiTM Kampus Bandaraya, Melaka, Malaysia. Agenda tersebut diikuti oleh 350 orang peserta. Mereka berasal dari civitas akademisi UiTM Cawangan Malaysia, Institut-Institut Tinggi, hingga institusi umum.

“Malaysia memegang posisi penting. Negeri Jiran adalah market besar dan potensial bagi pariwisata Indonesia. Lebih dari itu, Indonesia dan Malaysia memiliki budaya identik. Program Forum Nusantara 2019 akan semakin merekatkan persaudaraan keduanya,” ungkap Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung, kemarin.

Program Forum Nusantara 2019 menjadi kolaborasi besar Wonderful Indonesia bersama Kementerian pelancongan, Seni, dan Budaya Malaysia. Bergabung juga Institut Warisan Melaka (INSWA), Perbadanan Muzium Melaka, Tourism Malaysia, dan Majilis Perwakilan Pelajar UiTMCM. Mengembangkan konsep dialog, beragam narasumber kompeten dihadirkan.

Mengembangkan tema dialog ‘Pariwisata Nusantara-Cabaran, Potensi, & Peluang’, ada 4 narasumber dihadirkan. Mereka adalah, Mantan Ketua pengarah Tourism Malaysia Datuk Seri Mirza Mohammad Taiyeb Beg dan Ketua Tim Percepatan Pariwisata Sejarah Religi Tradisi dan Budaya Kemenpar Tendi Nuralam. Ada juga Dekan Fakulti of Hotel & Tourism UiTM Melaka Mohd Salehuddin.

“Dialog berjalan sangat positif. Ada banyak gagasan yang dikembangkan Program Forum Nusantara 2019. Kami optimistis, upaya ini akan semakin melestarikan beragam budaya yang ada di Indonesia dan Malaysia. Atau, dahulu dikenal sebagai nusantara. Bahkan, budaya ini bisa terus dikembangkan untuk mendatangkan banyak manfaat,” terang Adella lagi.

Merunut sejarahnya, Indonesia dan Malaysia pernah disatukan melalui konsep Nusantara. Negara ini sukses dikembangkan oleh 2 kerajaan, yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Waktu itu, wilayah Nusantara meliputi Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Seiring perkembangannya, Bahasa Melayu lalu muncul sebagai perekatnya.

Membingkai sejarah besar dalam dialog, penguatan dilakukan Program Forum Nusnatara 2019. Agenda ini juga melakukan kajian ilmiah terkait budaya dan warisannya dari sudut Nusantara. Program tersebut pun membuka transformasi dan pertukaran pengetahuan budaya kedua negara saat ini. Lebih lanjut, program ini membuka peluang kerjasama kampus di Melaka dengan industri pariwisata Indonesia.

“Sebagai tindak lanjutnya, program ini membuka banyak peluang di bidang pariwisata. Hubungan dan kerjasama di bidang pariwisata ini akan baik bagi kedua negara. Selain melestariakn budaya, di situ juga banyak value yang bisa dioptimalkan. Apalagi, pergerakan wisatawan Malaysia ke Indonesia kompetitif sekali,” tegas Adella.

Sepanjang 2018, pergerakan wisatawan Malaysia menuju Indonesia mencapai 2,5 Juta orang. Pergerakan ini menjadi penyuplai wisatawan terbesar bagi pariwisata Indonesia. Pun demikian dengan arus keluar. Pada 2018, pergerakan wisatawan Indonesia menuju Malasyia lebih menggiurkan sekitar 3,27 Juta orang. Bagi Negeri Jiran, porsi tersebut terbesar ke-2 setelah Singapura.

“Program Forum Nusantara 2019 sangat strategis. Ada banyak potensi yang bisa dikembangkan dari situ. Selain fokus pelestarian budaya kedua negara, muncul peluang industri di sektor pariwisata yang positif. dari konsep ini, kami optimistis bisa mengambangkan beragam potensi yang ada bersama-sama. Saat ini konsep Nusantara akan terus dikuatkan,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here