SEMARANG – Walikota Semarang Hendrar Prihadi meresmikan Galeri Industri Kreatif, Minggu (26/5). Galeri tersebut berada di Gedung PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Kota Lama. Tepatnya, di belakang Gereja Blenduk.

Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, galeri tersebut menempati ruangan yang selama ini kurang dimaksimalkan.

Namun, dilakukan restorasi yang biayanya didukung oleh Bank Jateng. Khususnya pada interior. Dan kini ruangan tersebut siap menampung berbagai produk industri kecil dan menengah.

Meski gedung ini milik PPI, peran dari BUMN juga sangat luar biasa. Dibantu pula oleh PT. Angkasa Pura untuk penyediaan lapak klithikan, serta PT. Pertamina untuk gerobak kuliner.

Selain itu untuk memenuhi pecinta kopi, ada Cafe Covare milik PT. PPI yang siap menyajikan kopi dari seluruh nusantara. Sedangkan produk IKM ini tersedia dari semua kab / kota se Jawa Tengah.

Sedangkan pembayaran, dalam rangka cashless society maka sistemnya dikelola oleh Bank Jateng. Untuk mempermudah semua transaksi, Bank Jateng juga menyiapkan kantor kas serta ATM dan money changer.

“Pemugaran sebenarnya sudah selesai sejak bulan lalu. Namun karena suatu dan lain hal, peresmian Galeri Industri Kreatif baru bisa kita resmikan sekarang. Semoga ini bisa mengakomodir lebih banyak pelaku industri kecil dan menengah,” ujarnya, diamini Wakil Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang juga selaku Ketua BPK2L (Badan Pengelola Kawasan Kota Lama).

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sangat mendukung hadirnya Galeri Industri Kreatif Semarang.

“Satu langkah maju sudah dilakukan Semarang. Mereka membuat para pelaku industri kreatif memiliki wadah. Dan ini juga mempermudah konsumen yang ingin mendapatkan produknya. Selamat buat Semarang,” katanya.

Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung menyatakan, galeri ini mampu menampung puluhan pelaku industri kecil menengah. Dari jumlah tersebut, sekitar 36 diantaranya merupakan pedagang barang antik. Selebihnya ada pengusaha fashion, logam, furniture, dan kuliner.

“Agar pedagang lebih tertib dan enak dipandang mata, semua akan ditata sedemikian rupa hingga memiliki daya jual. Misal, pedagang pakaian tidak mungkin disatukan dengan kuliner. Masing-masing akan dipisah sesuai dengan jenisnya,” jelas Adella.

Terkait kuliner, diharapkan para pedagang dapat menyajikan makanan yang unik dan menarik sesuai dengan selera kekinian, seperti yang dicari kaum millenial. Namun demikian, tentunya tetap mempertahankan khasanah tradisi sebagai ciri khas atau identitas.

“Untuk memenuhi estetika tersebut, pengelola telah lakukan kurasi agar para pedagang memiliki visi yang sama. Yaitu membangun ruang pamer atau Galeri Industri Kreatif ini menjadi lebih menarik,” ungkapnya.

Kabid Pemasaran Area I Kemenpar Wawan Gunawan menambahkan, Galeri Industri Kreatif tersebut dapat menjadi salah satu pendukung Kota Lama sebagai daya tarik wisata. Terlebih, Semarang sedang diwacanakan sebagai warisan dunia.

“Kota Lama merupakan aset berharga bagi Semarang. Dengan adanya galeri tersebut, tentu akan mendukung Kota Lama sebagai salah satu destinasi wisata. Keduanya bisa saling melengkapi sehingga menjadi kekuatan utuh untuk menarik wisatawan,” jelasnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, belanja suvenir dan berburu kuliner menjadi kebiasaan wisatawan selain mengunjungi spot-spot menarik saat berlibur ke suatu daerah. Dengan kata lain, keberadaan galeri tersebut juga dapat membantu perekonomian para pengusaha kecil dan menengah.

“Semoga produk-produk yang ditawarkan di galeri tersebut bisa menjadi magnet bagi wisatawan untuk mengunjungi Kota Lama, begitu pun sebaliknya. Di samping itu, promosi tetap harus dilakukan agar dikenal lebih luas,” ingatnya. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here