BADAU – Fungsi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Nanga Badau sebagai destinasi wisata segera bergulir. Saat ini fisik pengembangan zona pendukung PLBN sudah 100% selesai. Aktivasinya akan dilakukan tahun ini. Dengan kapasita barunya, PLBN siap jadi motor penggerak ekonomi baru di Badau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat (Kalbar).

Penunjukan PLBN Nanga Badau sebagai venue Festival Crossborder Badau 2019 jilid 2 pun sangat ideal. Event ini digelar Minggu (23/6) dengan konten utama pesta dangdut. Artis pendukungnya Iyeth Bustami dan Tika Zeins. Kehadiran festival ini jadi momentum branding tepat. Sebab, pergerakan pengunjung eventnya sangat kompetitif. Selain domestik, ada juga pergerakan wisatawan dari Serawak, Malaysia.

“Secara fisik, bangunan zona penunjang sudah selesai semuanya. Kami tinggal menunggu pelimpahan dari instansi terkait. Zona penunjang ini memang diarahkan untuk pengembangan ekonomi dan seni budaya. Kawasan inilah yang nantinya akan menjadi destinasi menarik di PLBN Nanga Badau,” ungkap Kepala PLBN Nanga Badau Agato Limat, Minggu (23/6).

Kawasan penunjang memiliki luas total sekitar 2.493 Meter Persegi. Rinciannya, untuk luas 1.193 Meter Persegi digunakan untuk Wisma Indonesia, mess karyawan, hingga gedung serbaguna. Adapun sisa luas 1.300 Meter Persegi dikembangkan berbagai fasilitas pelengkap. Sebut saja restoran, pusat ATM, tempat peribadatan, hingga pos keamanan.

“Kalau sudah dilimpahkan kepada PLBN, pasti langsung diaktifkan. Mungkin dalam 2-3 bulan semua sudah siap, meski kami berharap secepatnya. Mensikapi perkembangannya, yang jelas tahun ini zona penunjang PLBN Nanga Badau sudah diaktivasi. Publik Serawak, Malaysia, bisa memanfaatkan fasilitas ini sebagai destinasi baru. Sebab, kalau zona utama sudah berfungsi sejak lama,” terang Agato.

Pengembangan besar-besaran diberikan kepada PLBN Nanga Badau. Demi mengembangkan fungsi dan fisiknya, anggaran sebesar Rp153,85 Miliar pun disuntikan. Alokasi dana besar untuk mengembangan fungsi area seluas 8,8 Hektar. Memiliki area utama 7.612 meter persegi, zona inti pun dilengkapi fasilitas terbaik. Ada klinik, gudang sita, bangunan jembatan timbang, dan X-Ray mobil pengangkut barang.

“Dengan beragam fasilitas baru, otomatis mendukung pelayanan menjadi lebih efisien. Prosesnya lebih cepat dengan tingkat akurasi tinggi. Apalagi, kami didukung dengan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas. Yang jelas, pelayanan prima selalu diberikan kepada wisman yang melintas. Dengan adanya Festival Crossborder Badau seperti ini, otomatis menaikan arus masuk wisman,” katanya lagi.

Lebih lanjut, mendukung zonasi sebagai penggerak perekonomian, beberapa fasilitas yang diberikan. Zona pendukung dilengkapi dengan 20 spot bisnis. Penggunaanya 12 unit bisnis untuk display produk craft, lalu 8 unit difungsikan foodcourt. Nantinya pengisi area bisnis ini diutamakan yang berfungsi pada peningkatan kreativitas dan budaya. Contohnya, souvenir khas Dayak dan kuliner otentik Kapuas Hulu.

“Dengan berfungsinya zona penunjang ini, otomatis PLBN Nanga Badau memiliki fungsi ekonomi yang kompetitif. Masyarakat lokal bisa memanfaatkan zona ini untuk berbisnis dan berkreasi. Mereka akan mendapatkan ruang cukup berekspresi. Apalagi, pergerakan wisatawan Negeri Jiran pasti lebih positif. Mereka mendapatkan experience lebih di PLBN,” tegas Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Adella Raung.

Arus masuk wisman cukup menjanjikan. Masuk melalui PLBN Nanga Badau, wilayah Kapuas Hulu ini sudah dikunjungi 8.190 wisman direntang Januari hingga Septemer 2018. Angka ini pun tumbuh 29,59% dari rentang sama tahun sebelumnya. Pada 2017, area ini hanya dilewati 6.320 wisman. Arus kunjungan ini optimal di Februari hingga Agustus. Pada rentang ini, rata-rata pertumbuhan wisman 32% per bulan.

“Setelah semua zona PLBN berfungsi, semuanya akan membawa impact positif menyeluruh. Intinya, ada jaminan kesejahteraan bagi masyarakat di perbatasan. Bila hal ini terwujud, maka pengaplikasian konsep Nawacita cepat tercapai. Aktivitas pariwisata dengan event seperti ini, muaranya untuk kesejahteraan masyarakat,” papar Kepala Bidang Pemasaran Area III Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar Sapto Haryono.

Posisi PLBN Nanga Badau memang strategis karena posisinya menempel dengan Kecamatan Lubok Antu, Kabupaten Sri Aman, Serawak, Malaysia. Menariknya kawasan ini memiliki populasi 31.600 yang tersebar dalam 295 perkampungan. Jaraknya sekitar 5 Kilometer dengan waktu tempuh tidak lebih 15 menit.

Semakin kompetitif, PLBN Nanga Badau juga terhubung dengan beberapa kawasan di Kapuas Hulu. Ada jalan Trans Kalimantan. Fisiknya lebar dan sangat mulus. Jalan Trans Kalimantan ini menghubungkan poros Nanga Badau dengan Putussibau, Kapuas Hulu. Panjangnya poros jalan ini mencapai 170 Kilometer. Memberi keamanan ekstra, poros ini dilengkapi rambu lalu lintas dan penunjuk arah yang jelas.

“Kami gembira mendengar banyak kemajuan yang ada di Badau. Kawasan ini akan menjelma sebagai destinasi ekonomi baru di perbatasan. Potensi jualnya besar karena pasarnya jelas dan menjanjikan. Ada banyak experience dari atraksi yang ditawarkan, selain dukungan aksesibilitas dan amenitas luar biasa. Dalam waktu dekat, kawasan ini akan sangat mnsejahterakan,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here