www.INDONESIATRAVEL.NEWS– Festival Lembah Baliem 2018 benar-benar mampu menggerakan perekonomian di Wamena. Hal ini adalah imbas dari pergerakan positif wisatawan selama tiga hari penyelenggaraan event. Yaitu 7-9 Agustus 2018.

Festival Lembah Baliem ditutup Kamis (9/8). Festival ini mampu menyedot animo 1.380 wisman plus 6.000 wisnus. Wisman berasal dari 4 benua, seperti Asia, Australia, Eropa, juga Amerika. Komposisi wisman didominasi Tiongkok, Taiwan, Jepang, juga Korea Selatan.

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jayawijaya Alpius Wetipo mengatakan, event ini memberi efek bagus bagi perekonomian.

“Penyelenggaraan festival mampu menggerakan perekonomian di Wamena. Hampir di semua lini ikut merasakan manfaat ekonomi dari festival ini. Hotel dan penginapan penuh bahkan kekurangan, lalu rental mobil juga banyak orderan,” kata Alpius, Jumat (10/8).

Selama berada di Wamena, rata-rata wisman memiliki spending hingga Rp5 juta per hari. Pembiayaan itu sudah termasuk akomodasi, jasa guide, kunjungan destinasi, hingga aktivitas lainnya. Festival juga mendapatkan manfaat secara langsung dari ticketing. Harga tiket dibanderol Rp20.000 per orang. Namun, anak-anak hanya dikenai Rp15.000.

Pada penyelenggaraan 2017, festival ini mampu memberikan income lebih dari Rp80 juta. Pendapatan maksimal itu didapat dari penjualan 2.000 lembar tiket dengan harga bagi wisman dan wisnus berbeda. Padahal, waktu itu pendapatan dari ticketing hanya ditarget Rp37 juta. Alpius menambahkan, total pendapatan dari ticketing tahun ini masih dihitung.

“Kami masih menghitung jumlah pemasukan dari tiket. Sebab, wisatawan di festival ini sebenarnya ada tiga kelompok. Namun, untuk harga tiket semuanya sama. Ada wisman, wisnus, juga warga lokal. Yang jelas event ini sudah memberikan dampat pengaruh ekonomi yang bagus bagi Wamena. Sebab, kami yakin para wisatawan akan datang ke sini di lain waktu. Tidak harus menunggu tahun depan,” ujarnya.

Festival Lembah Baliem memberikan space besar bagi pelaku bisnis di sana. Mereka menyiapkan stand khusus bagi para pelaku UMKM. Sebab, Lembah Baliem juga menghasilkan banyak produk. Salah satu unggulan Lembah Baliem yang menyita perhatian adalah kopi. Sekretaris Koperasi Baliem Arabica Kelion Y Yikwa mengatakan, omset tahun ini meningkat.

“Rata-rata penjualan kami naik bila dibandingkan penyelenggaraan festival tahun sebelumnya. Kami ini diuntungkan dengan kenaikan jumlah wisatawan,” jelas Kelion.

Koperasi Baliem Arabica ini rata-rata meraih pendapatan Rp1,3 juta. Jumlah ini surplus Rp300 ribu bila dibandingkan tahun lalu. Rata-rata omset per hari Festival Lembah Baliem 2017 sekitar Rp1 juta. Kelion menjelaskan, komposisi konsumen pada festival tahun ini didominasi wisman dengan 60% dan sisanya wisnus dengan jumlah 40%.

“Wisatawan tertarik dengan kenikmatan kopi Wamena yang khas. Kopi di sini memang unggul. Sebab, kami menanamnya dengan cara organik. Kami menanam, mengolah, hingga menjualnya secara mandiri. Kami melibatkan masyarakat. Dan, terpenting prodak kami juga sudah tersertifikasi. Untuk brand, kami memakai nama Baliem Blue Coffee,” jelasnya lagi.

Koperasi Lembah Baliem memiliki anggota 2.000 petani kopi. Mereka tersebar pada 5 kabupaten. Ada Jayawijaya, Lani Jaya, Membramo Tengah, Tolikara, juga Yahukimo. Hebatnya, mereka ini telah mengekspor produknya ke beberapa negara.

Pada 2013, sebanyak 36 ton berhasil mereka kirim ke Amerika Serikat. Mereka juga memiliki pasar bagus di kawasan Melanesia. Namun, saat ini mereka hanya melayani permintaan dengan kisaran 100 kg-1 ton. Pasar paling aktif di Hong Kong.

“Festival Lembah Baliem ini membantu kami untuk promosi produk. Sebab, ada banyak wisman yang datang dari berbagai belahan dunia. Saat ini pasar Hong Kong yang rutin. Kami bahkan sudah memiliki cabang di sana. Selain produksi kopi, kami juga mengembangkan konsep ekowisata di Distrik Wolo, Jayawijaya. Kami juga memiliki toko online papuamart.com,” ujar Kelion.

Selain kopi, Festival Lembah Baliem juga menyajikan beragam produk kerajinan tangan. Manajer OI Tourism Yatinus Kobak ini mengatakan, rata-rata omset penjualan produk kerajinan tangan Rp6 juta per hari. Produk yang paling banyak diminati para wisatawan adalah fosil, koteka, noken, patung, gelang, topi kare-kare, juga busur panah tradisonal Suku Hubula di Lembah Baliem.

“Untuk omset penjualan barang-barang kerajinan masih lumayan, meski rata-rata ada penurunan tipis dari tahun kemarin. Namun, tujuan kami membuka stand di sini juga untuk promosi produk. Kebetulan di sini banyak wisman,” kata Yatinus.

OI Tourism pun menampung barang-barang hasil kerajinan dari masyarakat di beberapa distrik. Untuk koteka dan noken misalnya, produk ini diambil dari pengrajin Suku Yali, Hubula, dan Dani. Patung berasal dari pengrajin Kota Wamena.

Yatinus lalu menjelaskan, OI Tourism juga aktif memproduksi sendiri beberapa barang kerajinan.

“Kami menjalin kerjasama dengan pengrajin di beberapa wilayah. Namun, kami juga membeli bahan baku mentah lalu dibuat sendiri menjadi kerajinan. Contohnya kalung dan topi dengan bahan burung Kasuari, ini kami buat sendiri. Secara umum, keberadaan festival atau event ini sangat membantu,” katanya.

Mendengar progres positif dari Festival Lembah Baliem 2018, apresiasi diberikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Menurutnya, pariwisata akan memberi dampak positif bagi ekonomi.

“Festival Lembah Baliem bagus. Dengan kekuatan potensinya, masyarakat berhasil memanfaatkannya secara ekonomi. Festival ini harus terus didorong. Investor tampaknya harus masuk ke sana,” tutup Menpar. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here