BANDUNG BARAT – Direktorat Wisata Alam, Budaya dan Buatan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata tengah menyusun roadmap atau peta jalan sebagai pedoman bagi kepariwisataan Indonesia. Mengambil lokasi di Mason Pine Hotel di kawasan Bandung Barat, Jawa Barat, penyusunan roadmap itu dihadiri sekitar 35 orang dari berbagai instansi berkompeten.

Analis Kebijakan Ahli Madya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Danang Rahadian menjelaskan, diversifikasi produk wisata harus mampu menciptakan permintaan dari kalangan wisatawan. “Ini yang harus dijawab. Roadmap harus bisa menjawab setidaknya indikasi program, peta jalan dalam mengembangkan produk agar berdaya saing dan berkelanjutan,” katanya pada acara Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Roadmap Produk Wisata Alam, Budaya dan Buatan yang digelar di Mason Pine Hotel, Sabtu 4 Juli 2020.

Kendati begitu, hal utama yang mesti dipikirkan sebelum menciptakan produk wisata adalah siapa target yang hendak disasar, termasuk seberapa besar kapasitas penyerapannya. “Ketika asumsi salah, aksi salah, hasilnya salah. Roadmap ini mengadopsi bagaimana perubahan situasi terjadi. Pasca-pandemi kita harus kalibrasi. Indikasi program di tiga tahun pertama menentukan hasil akhirnya,” tutur dia.

Analis Kebijakan Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Noviendi Makalam menambahkan pentingnya merumuskan strategi promosi yang lebih menekankan pada bagaimana membangun sebuah kodisi yang diakibatkan analisis terhadap PDB (Product Domestic Bruto).

Sementara Ahli Peneliti Muda pada Direktorat Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Basuki Antariksa menekankan pada pembangunan berkelanjutan pasca-pandemi Covid-19.

“Ada beberapa hal yang menjadi fokus. Pertama, roadmap sebagai roadmap itu sendiri. Yang perlu dipikirkan dalam pembuatan roadmap ini visi-misi. Biasanya tak membumi. Ini yang harus memilik indikator jelas,” ingatnya.

Pada kesempatn yang sama, Direktur Wisata Alam, Budaya dan Buatan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Pariwisata, Alexander Reyaan menjelaskan, bentuk dari roadmap yang tengah disusun masih butuh intensifikasi pertemuan. “Kesimpulan pertama, roadmap seperti dokter yang mengidentifikasi sakit pasien. Langkah selanjutnya, sakit akan diapakan. Roadmap ini bagi kami pendekatan atau identifikasi produk dan pasar. Itu harus mampu dilanjutkan dengan penetapan strategi produk dan promosi. Harus dibuat semenarik dan semudah mungkin,” katanya.

Kedua, produk yang akan dimunculkan di roadmap ini harus memiliki berkualitas tinggi. Dengan begitu, perlu kriteria yang harus ditentukan lengkap dengan indikator dan target pencapaiannya.

“Kriteria perlu dirumuskan, sehingga tak semua produk masuk ke dalam roadmap, karena ada jutaan produk wisata di Indonesia ini. Roadmap ini dapat menyelaraskan produk dan pasar. Maka, harus ada keseimbangan pandangan dan pemikiran,” saran Alex.

Ia juga menjelaskan jika roadmap yang sedang dirumuskan mampu mengurangi gap antara konsep produk dengan kondisi riil produk itu sendiri di lapangan. Terakhir, Alex menegaskan jika roadmap tidak sekadar dokumen. “Roadmap harus dibuat dengan baik agar bisa diimplementasikan dan dipahami pelakunya.Ini pedoman dalam mengambil kebijakan produk pariwisata ke depan,” tutup dia.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here