www.INDONESIATRAVEL.NEWS-Bukan Banyuwangi namanya jika tidak punya kreativitas tinggi dalam menggelar festival. Buktinya, dalam menyambut bulan puasa Ramadan, perhelatan Pesona Ramadan Festival Patrol Banyuwangi 2018 berlangsung sukses dan meriah.

Bertempat di Stadion Sepak Bola Diponogoro Banyuwangi, event tersebut dihadiri ribuan orang wisatawan nusantara maupun wisawatan mancanegara pada tanggal 28 hingga 29 Mei 2018.

“Inilah tradisi dan budaya yang menjadi atraksi menarik. Patrol itu adalah alat dan tradisi untuk membangunkan sahur di Banyuwangi, namun segenap, panitia dan budayawan serta seluruh pihak yang terlibat sukses membuat festival ini menjadi menarik. Terima kasih untuk semua pihak dan selamat menikmati Banyuwangi di bulan Ramadan ini” kata Bupati Banyuwangi Azwar Anas dalam sambutan resminya dalam acara tersebut.

Bupati juga memperkenalkan sebanyak 12 mahasiswa dari mancanegara yang ikut festival yang rutin diagendakan setiap tahun itu. Kata Bupati,  ke-12 mahasiswa asing ini tergabung dalam program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Mereka sedang belajar seni dan budaya Banyuwangi.

Para mahasiswa asing tersebut berasal dari Jepang, Fiji, Benin, Bulgaria, Azerbaijan, India dan Kamboja. Mereka terlihat lihai memainkan alat musik patrol dan menyanyikan lagu bahasa daerah Using Banyuwangi.  

“Budaya Banyuwangi bisa bikin kita bangga. Kita harus terus mempertahankan tradisi dan budaya kita untuk daya tarik pariwisata. Ini hal yang harus terus dilestarikan,”kata Bupati.

Musik Patrol adalah musik tradisional Banyuwangi yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara dipukul. Biasanya, musik patrol dimainkan oleh masyarakat untuk membangunkan orang tidur untuk segera sahur pada bulan Ramadhan.

Dalam acara tersebut berlangsung meriah. Alunan musik yang terbuat dari bambu, mulai dari seruling, terothok, gong, tempal, hingga kentongan pethit menggema di penjuru parkir Stadion itu. Pembukaan festival patrol ditandai dengan pemukulan alat musik terothok oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas beserta Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko dan forum pimpinan daerah.

Tradisi patrol ini pun kata Anas, akan terus ditradisikan dan dikembangkan sebagai syiar Islam. “Bagi kami syiar Islam yang dikemas dalam budaya patrol akan lebih mengena di hati masyarakat dan wisatawan. Patrol ini juga akan mengingatkan kita tentang pentingnya guyub dan peduli dengan tetangga di bulan penuh berkah ini,”kata Bupati.

Total ada 25 grup peserta Festival Patrol yang diselenggarakan selama dua malam berturut-turut pada Senin dan Selasa, 28-29 Mei 2018 dimulai pukul 20.00 WIB. Festival ini juga ternyata menjadi ajang adu gengsi antarkecamatan di Banyuwangi. Tiap kecamatan tampil totalitas di agenda tahunan ini. 

Seperti juara bertahan, Kecamatan Cluring, bahkan artis-artis asal Cluring turut serta membela daerahnya. Mereka adalah Cak Percil, beserta artis-artis dangdut Demi, Reni Farida, dan Rozi.

Kehadiran mereka menambah meriahnya festival musik patrol, yang terbuat dari bambu, mulai seruling, therotok, gong, tempal, kentongan pethit, dan alat musik tradisi lainnnya.

Usai pembukaan, penampilan pertama langsung menghadirkan seniman asli Banyuwangi ” Cak Percil”.

Pelawak kondang yang viral akibat sempat mendekam di penjara Lai Chi Kok, Hongkong karena dianggap melanggar aturan imigrasi negara setempat ini ikut meramaikan festival patrol 2018.

Percil hadir sebagai peserta dari kontingen Kecamatan Cluring, yang merupakan tanah kelahirannya.

Sambil membawa lampu petromak dan meneriakan “Saur…Saur…sing nang Hongkong ayo muleh timbang di penjara (yang di Hongkong ayo pulang timbang di penjara),” teriak Cak Percil, yang langsung disambut tawa penonton. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya sangat bangga dengan festival-festival di Banyuwangi. Kata Menpar, Kemenpar memang terus meminta kepada pemerintah daerah yang berkomitmen dalam membangun kepariwisataan untuk dapat menaruh perhatian yang lebih dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan di daerah. Semuanya harus dilakukan dengan standar yang baik agar dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk datang dan b

Maka perlu stimulus pada setiap daerah agar menciptakan eventberskala internasional masuk dalam calendar of event. Jangan sampai tertinggal dari negara lain yang sudah bisa mengumumkan jadwal event yang fix tiap tahunnya. 

Menpar  mengatakan, pariwisata telah ditetapkan sebagai leading sectorperekonomian nasional oleh Presiden Joko Widodo. Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2018, ada tiga leading sector yang ditetapkan. Satu adalah pertanian karena Indonesia adalah negara agraris, nomor dua adalah pariwisata dan ketiga adalah perikanan.

“Saya sering berdikusi dengan Pak Presiden, apa sebenarnya DNA bangsa ini? Apa sebenarnya coreindustri bangsa ini? Yang bisa menjadi yang terbaik di regional dan global dan memberikan sumbangan terbesar bagi bangsa ini? Apakah pertanian? Atau manufacturing?” kata Arief.

Arief melanjutkan, di manufacturingmisalnya, tidak ada satu negara pun yang bisa mengalahkan China di industri tersebut. Begitu juga dengan era informasi. Tidak ada satu negara pun yang bisa mengalahkan United States. Lima perusahaan terbaik dalam dunia informasi semuanya adalah American Based.

“Jadi tinggal di era keempat, yakni ekomomi kreatif dan pariwisata masuk di dalamnya. Saya katakan, ada kemungkinanya kita menjadi yang terbesar dan menjadi terbaik di regional maupun global,” ujar Menpar.

Event-event seperti Festival Patrol merupakan program penting dalam memperkuat unsur 3A (Atraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) khususnya unsur atraksi wisata berupa festival budaya (culture), kemudian alam (nature), dan buatan manusia (man made).

“Sumbangsihnya di culture sebesar 60%, alam 35%, dan 5% man made.Kita sudah paling unggul di culture, head to head hanya dengan Thailand. Jadi sebenarnya apa DNA bangsa ini? Jawabannya adalah di cultural industry. Ada nilai budaya dan ada juga nilai komersial. Itulah yang bangsa ini mungkin menjadi yang besar di regional dan global,” jelasnya.(*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here