BULELENG – Selain menyajikan beragam atraksi seni dan budaya, Buleleng Bali Dive Festival 2019 juga melakukan pelestarian terumbu karang. Prosesinya diwali dengan Upakara Pekelem. Dan puncaknya penenggelaman struktur terumbu karang berbetuk Patung Dewa Baruna.

 

Aktivitas penenggelaman struktur terumbu karang dan Upakara Pekelem dilakukan Kamis (21/11), di Pantai Sambirenteng, Tejakula, Buleleng, Bali.

Upakara Pekelem adalah ucapan syukur dan timbal balik atas karunia yang Tuhan limpahkan. Upakara Pekelem diawali Persembahyangan Upacara Adat kepada Dewa Baruna sebagai manifestasi Tuhan.

 

“Melalui bahari, Tuhan telah melimpahkan banyak berkahnya. Sudah sepantasnya semua bersyukur dan tetap menjaga alam. Dengan begitu, berkahnya akan terus mengalir dengan beragam rupa. Selain hasil dari laut, manfaat lainnya tentu berupa aktivitas pariwisata. Kehadiran wisatawan akan menggerakan perekonomian masyarakat Buleleng,” ungkap Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana.

 

Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pertunjukan Tari Panyembrama. Tarian penyambutan tersebut ditampilkan Sanggar Desa Sambirenteng. Dibawakan secara berkelompok, tarian ini menuntut anggota badan bergerak aktif. Ada lirikan mata, senyuman, gemulai tangan dan jarinya, hingga hentakan kaki. Semuanya diselaraskan dengan musik gamelan.

 

“Ada dinamisasi yang luar biasa dalam masyarakat Buleleng. Mereka selalu mempertahankan harmoni dan tatanan seluruh elemen kehidupannya. Dari situ kelestarian akan muncul dengan sendirinya dan manfaat secara ekonomi akan terus tumbuh. Secara umum, kami mengapresiasi atas upaya ini,” terang Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenparekraf Muh. Ricky Fauziyani.

 

Salah satu momen yang ditunggu wisatawan adalah pelepasan 23 ekor tukik. Berikutnya, pengalungan bunga pada struktur patung Dewa Baruna dan Patung Penyu. Dewa Baruna dipilih karena menjadi penguasa lautan. Menurut ajaran Hindu, Baruna menjadi Dewa yang menguasai hukum alam Reta. Memastikan segala sesuatu di alam berjalan sesuai ketentuannya.

 

“Dengan kepercayaan dan upaya yang dilakukan, laut Buleleng akan terus lestari. Sebab, semua berjalan sesuai hukum dan ketetapannya. Wisatawan juga bisa belajar dari banyak nilai positif yang dimiliki oleh Dewa Baruna,” tegas Ricky.

 

Sebelum ditenggelamkan, ditampilkan Tari Rejang Renteng. Tarian sakral ini memiliki pola gerakan yang sederhana. Sifat itu juga terlihat dari kostum yang dikenakannya. Dibawakan oleh penari wanita, kebaya yang dipakai harus berwarna putih polos. Meski demikian, tarian ini punya nilai tinggi. Penarinya harus memiliki Taksu, sifat tulus dan ikhlas. Jumlah penari ganjil dan harus menghadap laut.

 

“Berada pada prosesi penenggelaman struktur terumbu karang, wisatawan akan mendapatkan banyak pembelajaran yang positif. Siapapun pasti akan dibuat kagum dengan beragam ornamen budayanya. Tari Rejang Renteng ataupun Panyembrama ini memiliki background yang bagus,” papar Ricky lagi.

 

Setelah menjalani beragam ritual yang panjang, struktur terumbu karang tersebut pun ditengelamkan. Rangkaiannya diawali dengan meletakan struktur itu di atas rakit. Selain patung, rakit ini berisikan juga banten. Komposisinya, berupa dupa panjang, bebek, 13 ekor tukik, dan sekantong benih ikan. Prosesinya semakin menarik, karena melibatkan 6 buah perahu.

 

Fungsi dari tiap perahu itu berbeda. Sebut saja, sebagai penarik rakit, bonangan, pengantar, hingga slot khusus bagi media peliput. Semakin meriah, proses penenggelamannya juga melibatkan 4 buah kano. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani mengatakan, aktivitas konservasi terumbu karang menjadi atraksi yang sangat menarik.

 

“Rangkaian prosesi penenggelaman struktur terumbu karang menjadi atraksi menarik bagi wisatawan. Mereka mendapatkan banyak experience di sana. Lebih menarik, beragam experience itu bisa dinikmati sampai beberapa hari ke depan. Silahkan datang dan bergabung di Buleleng Bali Dive Fetsival 2019,” tutup Rizki.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here