TARAKAN – Kota Tarakan Kalimantan Utara dipastikan semarak sepanjang Desember 2019. Sebab, Festival Iraw Tengkayu kembali digelar, 1-31 Desember. Event ini menjadi bagian dari Calendar of Events Kemenparekraf.

Festival Iraw Tengkayu berisikan berbagai kegiatan. Seperti expo, pameran, bazar, pentas seni dan budaya, lomba indie band, dan sebagainya.

Menurut Ketua Tim Pelaksana Calendar of Events Kemenparekraf Esthy Reko Astuty, Iraw Tengkayu merupakan upacara tradisional yang diadakan oleh masyarakat suku Tidung di Tarakan, Kalimantan Utara.

“Iraw Tengkayu adalah festival berupa upacara ritual menghanyutkan sesaji ke laut. Biasanya, festival ini dilaksanakan setiap 2 tahun sekali dan bertepatan dengan hari jadi Kota Tarakan,” tutur Esthy, Senin (2/12).

Sedangkan Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenparekraf Fahmizal Usman, Iraw Tengkayu adalah pesta rakyat. Banyak budaya yang ditampilkan. Khususnya dari Suku Tidung.

“Iraw Tengkayu ini merupakan bagian dari unsur kebudayaan Indonesia. Kebudayaan yang lahir dan berkembang pada masyarakat Tidung sebagai wujud dan bentuk interaksi dengan lingkungan sekitarnya,” terangnya.

Ditambahkan Fahmizal, tradisi Iraw Tengkayu bertujuan untuk memperlihatkan rasa syukur masyarakat nelayan di kota. Oleh karena itu, Iraw Tengkayu juga sering disebut sebagai pesta laut.

“Di dalam perkembangannya tradisi ini bisa memperlihatkan resistensi budaya. Budaya yang tetap berkembang dan bertahan dalam masyarakat Tidung. Bahkan menjelma menjadi atraksi sekaligus daya tarik wisata kota buat Kota Tarakan,” papar Fahmizal.

Iraw Tengkayu di awali dengan upacara doa. Pesta rakyat ini diisi dengan pawai mengiringi Padau Tuju Dulung, yaitu sebuah perahu dengan tujuh haluan, sebelum akhirnya dilarung ke Pantai Amal.

Iraw Tengkayu sendiri mempunyai dua arti kata yang diambil dari bahasa Tidung. Iraw berarti perayaan atau pesta, sedangkan tengkayu adalah pulau kecil yang dikelilingi oleh laut, yaitu pulau Tarakan.

Festival Iraw Tengkayu berintikan pada penurunan Padaw 7 Dulung. Padaw dalam Bahasa Indonesia berarti perahu. 7 Dulung berarti tujuh tiang yang tertancap di atas perahu yang berhiaskan warna khas Suku Tidung, yaitu kuning, hijau, merah.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani berharap budaya Suku Tidung ini bisa terus dilestarikan.

“Budaya itu semakin dilestarikan akan semakin tinggi nilainya. Semakin berharga. Oleh sebab itu, budaya-budaya seperti Iraw Tengkayu harus terus dilestarikan. Karena melengkapi kekayaan budaya nasional,” ujarnya.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here