TABANAN – Meski berstatus destinasi terbaik dunia, Bali tetap mendapat porsi perhatian. Pilar sumber daya manusia (SDM) Pulau Dewata disempurnakan melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Wisata Perdesaan. Grade kualitasnya terus dinaikan.

Pulau Dewata Bali merupakan simbol kesempurnaan destinasi wisata. Alam, budaya, dan manmade-nya nomor 1 dunia. Meski demikian, Kemenpar masih repot memoles Bali. Apa sih yang dicari Kementerian yang dipimpin Arief Yahya ini? Ternyata, ada misi lebih besar yang dibidik. Kemenpar mengembangkan Desa Wisata sebagai destinasi alternatif. Muaranya, revitalisasi Bali.

“Potensi sangat besar dimiliki Wisata Perdesaan di Bali, khususnya Tabanan. Zonasi tersebut sangat kaya dengan tradisi dan budaya lokal yang adiluhung. Kalau potensi ini didorong, akan ada input positif lebih besar yang diterima pariwisata di sana,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adyani, Jumat (17/5).

Menopang skenario besar tersebut, Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengembangan Wisata Perdesaan dihelat 16-18 Mei 2019. Lokasinya ada di Puri Taman Sari Resort, Bali. Treatmentnya melalui upgrade informasi pengembangan destinasi. Dikuatkan juga konsep storyteelingnya, lalu membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Pesertanya pengelola Desa Wisata dan komunitas, jumlahnya sekitar 50 orang.

Lebih khusus, Bimtek Pengembangan Wisata Perdesaan menajamkan konsep paket wisatanya. Selain pemaketan produk wisatanya, pengemasannya juga menjadi prioritas. Giri Adnyani pun menambahkan, penyelenggaran Bimtek untuk menyulap desa di Tabanan menjadi lebih ‘pariwisata’. Kualitasnya pun dinaikan, lalu sebaran paket wisatanya dibuat lebih beragam.

“Melalui Bimtek, desa-desa di Tabanan akan didorong menjadi Desa Wisata berkualitas. Dengan begitu, desa menjadi lebih berdaya saing melalui keunggulan paket wisatanya,” lanjutnya lagi.

Menambah powernya, stakeholder Wisata Perdesaan dan adat dari 14 dilibatkan. Mereka berasal dari Desa Cau Belayu, Selanbawak, Geluntung, Tegaljadi, Tua, Kukuh, dan Batanyuh Belayu. Bergabung juga perwakilan dari Desa Petiga, Marga, Baru, Marga Dajan Puri, Marga Dauh Puri, hingga Peken Belayu. Giri Adnyani menerangkan, berbagai formulasi terbaik diterapkan dalam Bimtek tersebut.

“Bimtek ini full class. Hari pertama, diberikan materi dan best practice pengembangan Desa Wisata Bali juga nasional. Untuk hari berikutnya, ada pemaparan beragam ide dan gagasan dari peserta. Mereka ini dikelompokan. Kontennya, potensi Desa Wisata menurut konsep 3A, SMI, dan BAS. Dikembangkan juga analisis SWOT lengkap dengan paket wisatanya,” terang Giri Adnyani lagi.

Lebih lanjut, potensi besar Wisata Perdesaan dibedah. Apalagi, konsep ini selalu diturunkan pada lintas generasi. Ilustasinya diambil dari Desa Wisata Jatiluwih. Destinasi tersebut terkenal dengan kekuatan alamnya yang eksotis. Kemasannya disajikan melalui pertanian dengan lahan sawah terasering. Lebih eksotis, backgroundnya adalah Gunung Watukaru.

Warna lain, Desa Wisata Pinter. Destinasi tersebut memiliki pesona Angkul-Angkul. Familiar sebagai pintu rumah adat Bali, corak dan detail ornamennya sangat artistik. Atau, Desa Wisata Nyambu yang memiliki ‘mutiara’ berupa Tanah Lot. Kawasan tersebut dilengkapi wisata kuliner dengan cita rasa yang sangat otentik. Resepnya masih terjaga hingga saat ini. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here