www.INDONESIATRAVEL.NEWS, JAKARTA – Untuk kesekian kalinya, film Bali: Beats of Paradise membuat penonton berdecak kagum. Kini giliran publik Korea Selatan yang dimanjakan oleh alunan gamelan khas Bali. Mereka pun rela merogoh kocek dalam hingga berdiri berdesakan.

Korea Selatan sudah 2 kali menikmati Bali: Beats of Paradise. Film karya Sutradara Indonesia Livi Zheng ini tayang di National Museum of Korean Contemporary History, Kamis (24/1). 2 hari berikutnya, giliran Observatorium Seoul Sky yang disambangi Bali: Beats of Paradise, Sabtu (26/1).

“Bisa menampilkan Bali: Beats of Paradise di Korea Selatan menjadi momentum luar biasa. Film ini merupakan salah satu cara melestarikan budaya Indonesia. Selain alur ceritanya yang menarik, kami juga melibatkan pemenang Grammy-Award Judith Hill dari California. Dia adalah partner duet Michael Jackson. Bergabung juga gitaris jazz Balawan,” terang Livi Zheng, kemarin.

Penayangan Bali: Beats of Paradise di Observatorium Seoul Sky pun spesial. Sebab, ini adalah bangunan observatorium dengan lantai kaca tertinggi di dunia. Memiliki tinggi 555 meter, observatorium ini masuk Guinness World Record. Bali: Beats of Paradise tayang di lantai 118 atau Sky Deck.

Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi mengatakan, tayang di Observatorium Seoul Sky itu luar biasa.

“Kami tentu gembira karena film Bali: Beats of Paradise tayang di Observatorium Seoul Sky. Ini adalah bangunan ikonik dan simbol modernitas Korea Selatan. Kami berharap, publik mancanegara semakin mangapresiasi gamelan. Pun demikian dengan masyarakat Korea Selatan. Mereka menyukai gamelan, seperti masyarakat Indonesia yang familiar dengan K-Pop,” ungkap Umar Hadi.

Tayangan Bali: Beats of Paradise mendapat respons besar. Pengunjung rela merogoh kocek sektar 27 Ribu Won hingga 50 Ribu Won. Bila dikurskan menjadi sekitar Rp345 Ribu sampai Rp640 Ribu. Mereka tampak antusias menyimak film Bali: Beats of Paradise melalui big screen. Demi mendapatkan pengalaman terbaik, pengunjung rela duduk di lantai hingga berdiri berdesakan.

“Film ini memiliki pesan yang sangat kuat. Bagaimana, menyadarkan masyarakat tentang pentingnya sebuah keberagaman dan sifat adaptif tradisi. Gamelan ini menggabungkan banyak filosofi dan tradisi Indonesia. Apalagi, Indonesia memiliki moto ‘Persatuan dalam Keberagaman’. Bali: Beats of Paradise ini sangat luar biasa,” tegas Umar Hadi.

Sebelum Korea Selatan, pujian juga mengalir di Amerika, Filipina, hingga Tiongkok. Film ini bertemakan gamelan Bali. Alurnya diangkat dari kisah nyata perjalanan hidup Nyoman Wenten. Bersama istrinya, Nanik Wenten, Nyoman pun tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat, hanya untuk memperkenalkan gamelan. Sutradara Korea Selatan Cho Chang-ho menjelaskan, Bali: Beats of Paradise menginspirasi.

“Saya kagum setelah melihat Film Bali: Beats of Paradise ini. Dalam diri saya, tiba-tiba timbul keinginan untuk mendengarkan musik gamelan ini lebih seksama. Saya tertarik dengan berbagai cerita di baliknya. Sebab, filosofi yang terangkai sangat dalam. Saya merasa separuh hati ini sudah ‘terbeli’ oleh Indonesia,” ucap Cho yang sukses membesut Film The Peter Pan Formula (2006) dan Lovers Vanished (2010).

Gamelan sebenarnya tidak asing di mancanegara. Beberapa film besar garapan Hollywood juha telah mengadopsinya sebagai musik latarnya. Sebut saja Film Avatar dan Star Trek. Game nintendo Super Mario Bros juga menggunakan musik gamelan sebagai backsound-nya.

“Saya jadi ingin tahu lebih banyak mengenai Indonesia dan budayanya. Saya merasakan bahwa gamelan bagi orang Indonesia adalah hidup dan harmoni yang indah. Saya sangat tersentuh oleh film ini,” ujar Jurnalis Sunday Times Christ Lee.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menuturkan, ada banyak keunggulan yang selalu ditawarkan Bali. Selain atraksi, aksesibilitas dan amenitas Pulau Dewata sangat luar biasa. Ada banyak direct flight dari kota besar mancanegara yang menggunakan Bali sebagai poros utamanya.

“Sejak awal Bali: Beats of Paradise ini menginspirasi. Background ceritanya memang luar biasa. Sangat menginspirasi. Bisa tayang di Korea Selatan juga menjadi moment bagus. Mereka ini pasar penting bagi pariwisata Indonesia. Publik Korea Selatan juga sangat menyukai warna warni budaya nusantara,” tutup Menpar. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here