JAKARTA – Pengukuran suhu tubuh menjadi aktivitas rutin yang dinantikan warga Jakarta setiap hari. Informasi kepastian suhu tubuh tersebut jadi indikasi dan jaminan wilayahnya tetap clear dari Covid-19. Apalagi, pemerintah selalu hadir memberi dukungan dan rasa aman melalui aktivis Dasa Wisma program 10 Rumah Aman. Aktivitas ini juga menjadi media komunikasi untuk membangkitkan semangat bergotong royong.

Menjadi episentrum pandemi Covid-19 di Indonesia, kepastian suhu tubuh warga Jakarta jadi informasi vital. Mengacu informasi corona.jakarta.go.id pada Sabtu (4/4) pukul 12.19 WIB, infeksi Covid-19 sudah berada di angka 1.071 kasus. Adapun pasien yang sembuh ada 58 orang, lalu meninggal 98 orang. Ada juga 696 nama yang menjalani perawatan, termasuk isolasi mandiri 219 orang.

“Sudah berjalan sekitar 2 pekan, warga masih menunggu update pengukuran suhu tubuh setiap hari. Mereka ingin memastikan keluarga dan lingkungan di sekitarnya masih bebas dari Covid-19. Sebaran kasus Covid-19 di Jakarta memang tinggi, tapi kami tetap fokus menjaga wilayah masing-masing,” jelas Ketua RT.008/RW.04 Balekambang, Kramatjati, Jakarta Timur, Zainal Abidin, Minggu (5/4).

Warga Jakarta selalu memastikan suhu tubuh mereka di bawah 37,5 derajat celcius. Suhu tubuh tersebut menjadi ambang batas indikasi gejala infeksi Covid-19. Indikasi lain, munculnya radang tenggorokan, batuk, hingga sesak nafas dengan durasi 2 hari atau lebih. Zainal menambahkan, warganya memberikan apresiasi atas digulirkannya program 10 Rumah Aman lengkap dengan aktivis Dasa Wismanya.

“Kami secara bergotong royong mewaspadai indikasi munculnya Covid-19. Secara umum kami senang karena pemerintah selalu hadir di tengah-tengah warga. Program 10 Rumah Aman dan aktivis Dasa Wisma menjadi sesuatu yang luar biasa. Kami langsung mendapatkan informasi akurat terkait Covid-19 di lingkungan terdekat. Wajar saja apabila warga selalu menunggu kehadiran mereka,” lanjut Zainal.

Terus memberikan informasi penting, para aktivis Dasa Wisma setiap hari berkeliling mengukur suhu tubuh warga. Mereka berjalan dari satu rumah ke rumah setiap dari pagi setiap harinya. Memberikan jaminan keselamatan, mereka dibekali alat pelindung diri. Bentuknya, masker dan sarung tangan. Para aktivis Dasa Wisma ini juga selalu rutin mencuci tangan dan disinfektan.

“Warga kami juga selalu menunggu para aktivis Dasa Wisma datang untuk mengukur suhu tubuh. Para warga biasanya langsung berdiri di pintu rumah masing-masing begitu para aktivis ini datang. Selain memakai Whats Up Group, warga juga memberitahukannya secara langsung,” ungkap Yana selaku Ketua RT.10/RW.03 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.

Pertemuan dengan para aktivis Dasa Wisma pun digunakan warga untuk menggali beragam informasi terkait Covid-19 di lingkungan Rukun Tetangga (RT) mereka. Apalagi, warga saat ini menjalani aktivitas social distancing. Yana memaparkan, RT.10/RW.03 Pondok Labu membutuhkan bantuan logitisk berupa alat pelindung diri.

“Sejauh ini wilayah kami negatif Covid-19. Hal ini bisa langsung diketahui warga setelah pengukuran suhu tubuh selesai. Para aktivis Dasa Wisma akan memberikan hasil pengukuran suhu tubuh kepada para warga bersangkutan. Lebih lanjut, kami berharap adanya bantuan lebih banyak logistik berupa masker dan sarung tangan. Kami juga butuh vitamin bagi para aktivis Dasa Wisma ini,” papar Yana.

Sama dengan wilayah lainnya di Jakarta, perkembangan suhu tubuh menjadi informasi vital bagi warga RT.010/RW.06 Tanjug Duren Selatan, Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Sekitar 180 warga di sana selalu menunggu update pengukuran suhu tubuh. Ketua RT.010/RW.06 Tanjug Duren Selatan, Ida Nuntari, menegaskan, antusiasme tetap ditunjukan warga meski daerahnya negatif Covid-19.

“Proses pengukuran suhu tubuh terus dilakukan di RT kami secara bergotong royong. Warga sangat kooperatif. Mereka antusias menjalani pengukuran dan menunggu hasil pengukuran suhu tubuhnya. Sejauh ini hasilnya negatif Covid-19. Warga di sini sudah menyadari tanggung jawabnya masing-masing untuk memutus rantai Covid-19,” tegas Ida.

Tingginya antusiasme warga untuk terus memberikan informasi suhu tubuh ditanggapi positif Kepala Staf Presiden Moeldoko. Menurut Panglima TNI periode 2013-2015, pengukuran suhu tubuh jadi bagian dari aksi preventif untuk mereda sebaran Covid-19 di Jakarta bahkan Indonesia. Untuk itu, aktivitas ini harus dilakukan secara rutin hingga Covid-19 dinyatakan bersih secara menyeluruh dari Indonesia.

“Pengukuran suhu tubuh memang menjadi upaya awal untuk memastikan seseorang clear dari Covid-19. Kami memberikan apresiasi kepada masyarakat karena selalu taat aturan. Sejak awal pemerintah selalu fokus dan memberikan perhatian lebih pada masyarakat. Sinergi dan gotong royong harus terus dikembangkan. Potensi kendala teknis akan terselesaikan,” terangnya.

Lebih lanjut, kegiatan pengukuran suhu tubuh warga terus mengalami perkembangan fungsi. Moeldoko juga mengatakan, kegiatan pengukuran suhu tubuh ini memiliki fungsi untuk melihat potensi penyakit bawaan dari warga. Selain itu, kepekaan sosial kemanusiaan warga juga ikut terjaga. Sebab, para aktivis Dasa Wisma selalu mengingatkan warga untuk menjalankan aktivitas amal.

“Prinsipnya terus lanjutkan kegiatan pengukuran suhu tubuh secara aman. Dari situ juga bisa dilihat potensi penyakit bawaan dari warga. Yang jelas, semuanya harus dilakukan secara bergotong royong agar permasalahan yang muncul bisa diselesaikan secara mandiri. Untuk itu, tetap berbagi dengan sesama baik dengan makanan matang sehat atau sembako,” tutup Moeldoko.(***)

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here